Judul dari blog ini mungkin membingungkan. Sebenarnya itu kode geografi what3words dari dua tempat di Jakarta. What3words memetakan lokasi/tempat di permukaan bumi ke dalam grid 3x3m2 yang kemudian diberi kode dengan 3 kata unik. Jadi , setiap 3x3m2 tempat di permukaan bumi punya alamat uniknya sendiri yang berisi 3 kata, contohnya adalah dua kode lokasi seperti di judul. Kita bisa mencari kode untuk alamat yang kita inginkan di halaman ini.
Untuk kode alamat pertama, metro.blushed.train, adalah Perpustakaan Nasional RI di Jalan Medan Merdeka Selatan.

Dari gambarnya sih tidak terlalu presisi di tengah ya, tapi ini alamat pertama yang muncul saat saya mencari dengan query Perpustakaan Nasional. Saya mengunjunginya untuk pertama kali pada hari Minggu lalu. Saya tahu ada perpustakaan ini dari Instagram Story teman. Letaknya tidak jauh dari Monumen Nasional (Monas). Kalau mau datang di hari Minggu bisa sekalian Car Free Day di Jalan Sudirman kemudian jalan kaki ke sana. Berikut jam buka Perpustakaan Nasional:
Bulan Ramadan:
Senin-Kamis : 07.30-14.30
Jumat: 07.30-15.00
Sabtu-Minggu: 08.30 -14.00
Bulan Biasa:
Senin-Kamis : 08.30-18.00
Jumat: 09.00-18.00
Sabtu-Minggu: 09.00 -16.00
Saat pertama kali melangkah masuk ke gerbang pintu masuk, akan terlihat satu rumah lama dan gedung tinggi di belakangnya. Ternyata rumah itu adalah lobby perpustakaan yang lama. Rumah tersebut sekarang semacam museum berisi pameran dan instalasi seni. Saat pertama kali masuk ke rumah itu, saya cukup terpukau dengan isinya. Saat pertama kali masuk, ada kipas yang terlihatnya seperti lampu led yang menyusun bentuk logo perpusnas, saya tidak ingat istilahnya padahal sudah diceritakan XD .Di dalamnya terbagi ke dalam beberapa ruang. Di setiap ruangnya, saya agak lupa detailnya, karena saya tidak sempat foto atau catat karena terlalu menikmati isinya. Salah satu ruang yang saya ingat ada ruang berisi sejarah kertas dari yang sebelumnya memakai batu, daun hingga menjadi buku. Ada juga layar sentuh yang layarnya gelap seperti gua namun bila disentuh akan muncul aksara aksara dan penjelasannya. Ada juga bahtera aksara di tengah rumah, yaitu kapal layar yang tersusun dari aksara-aksara. Saya bahkan baru tahu aksara berasal dari bahasa sansekerta A – Kshara yang artinya tidak termusnahkan. Jadi aksara itu artinya sesuatu yang abadi, tidak termusnahkan. Ada juga foto foto aktivitas presiden di tengah, tapi tidak terlalu terhubung dengan tema aksara.
Macam aksara yang ada di Indonesia (foto dapat minta XD)
Bahtera Aksara
Setelah keluar dari rumah tersebut, langsung terlihat gedung perpustakaan yang tinggi.

Gedung perpustakaan ini terdiri dari 24 lantai. Kalau saya lihat dari artikel ini dan ini, Perpustakaan Nasional ini adalah gedung perpustakaan tertinggi di dunia. Saat masuk ke dalam gedung, ada rak buku setinggi 4 lantai. Saya diwajibkan untuk menitipkan bawaan dan memasukkannya ke dalam loker sebelum bisa naik ke lantai atas. Lantai 1-4 bisa diakses melalui eskalator sedangkan untuk lantai sisanya dapat dilalui melalui elevator.
Lobby perpustakaan
Bola dunia.
Foto tokoh dan pahlawan Indonesia
Daftar lantai dan keterangan layanan yang disediakan
Dari ke-24 lantai tersebut, saya tidak mengunjungi keseluruhan lantai karena keterbatasan waktu. Pertama – tama saya mengunjungi lantai 1-4 yang bisa dikunjungi dengan eskalator, Oh iya, di dalam full AC jadi tidak perlu takut berkeringat sepanjang hari, haha. Di lantai 1 ada cafe juga, namun karena sedang bulan puasa, kafe tersebut tak terlihat buka. Di lantai 2 ada layanan keanggotaan, kita bisa daftar jadi anggota perpustakaan secara gratis. Terdapat 300 kuota registrasi anggota setiap harinya. Sebelum ambil nomor antrian, kita perlu registrasi online terlebih dahulu. Tenang saja, kalau belum registrasi di sana disediakan banyak komputer untuk melakukan registrasi online. Oh iya, kalau registrasinya menggunakan komputer umum jangan lupa di-refresh halaman pendaftarannya agar datanya baru lagi dan datamu tidak terlihat di komputer itu.
Ada sesuatu yang mengganjal, anehnya yaitu saya sudah bisa ambil antrian walau saya tidak merasa sudah registrasi online. Saya baru sadar kalau saya pernah registrasi waktu saya masih mahasiswa dulu dan datanya masih kesimpan. Saya sadarnya saat ditanya Mba di meja ambil foto dan verifikasi data. Saya ditanya mahasiswa S1 apa S2 padahal harusnya pekerjaannya adalah pegawai Swasta. Saat saya jawab S1, Mba-nya pun seperti tidak percaya. Memang harusnya tidak percaya sih haha. Setelah mengambil foto dan verifikasi data, kartunya pun langsung jadi dan berlaku selama 10 tahun dengan masih ada tulisan Mahasiswa di kartunya, haha.
Tempat interview dan foto registrasi.
Kartu perpustakaan masih mahasiswa hoho.
Jika sudah waktunya shalat, kita bisa shalat di mushalla perpusnas di lantai 6. Mushalla di perpusnas memiliki tempat salat dan tempat wudu yang terpisah untuk ikhwan dan akhwat. Mushalla di sana juga menyediakan mukena yang bersih. Saat bulan ramadan rasanya ingin tidur saja di mushalla, wkwk, tapi belum banyak lantai yang dikunjungi dan jam tutup saat hari Minggu cepat sekali, yaitu jam 2 siang.
Saya hanya mengunjungi lantai 24 dan 22 untuk membaca buku. Di lantai 24 tersedia koleksi budaya nusantara dan executive lounge. Saya membaca buku mengenai kenduri rakyat di Jakarta untuk merayakan 50 tahun kemerdekaan Indonesia dan koleksi cerita rakyat. Saya memilih buku yang ringan-ringan saja sekalian menyegarkan ingatan saya mengenai cerita rakyat yang sering saya baca waktu SMP. Jadi kangen perpus SMP, hoho. Di sana ada balkonnya juga jika ingin membaca di luar. Dari balkon terlihat pemandangan sekitar, bukan yang menghadap Monas, tetapi menarik juga jika suka baca sambil kena angin sepoi sepoi, hihi.
Perlu diingat ini
Tulisan di dalam elevator
Di lantai 22, terdapat koleksi monograf terbuka. Awalnya bingung apa itu monograf terbuka. Setelah menanyakan google, ternyata monograf itu adalah sebutan lain untuk buku, khususnya yang tidak berseri dan biasanya ditulis oleh satu orang. Terbuka berarti buku tersebut bebas dibaca atau dipinjam. Tempat dengan jumlah orang membaca terbanyak di gedung ini sepertinya di lantai 21 dan 22 ini, mungkin karena koleksinya yang lebih menarik dan disediakan banyak tempat duduk. Saya memilih tiga buku untuk dibaca, buku pertama Thousand Faces of Jakarta (1984), buku kedua mengenai trivia geografi dunia, dan ketiga buku tentang perawatan kulit. Buku pertama bukan tentang membuat lingkaran di Jakarta di tahun 1984 loh haha. Buku tersebut sebenarnya mengenai isu isu di Jakarta pada tahun 1984. Artikelnya dalam Bahasa Inggris namun iklannya menggunakan Bahasa Indonesia. Yang menjadi fokus membaca saya saat itu adalah iklannya haha, karena iklan pada tahun 1984 masih sederhana, lebih banyak tulisannya dibanding ilustrasi gambarnya. Banyak iklan properti yang sekarang sudah menjadi perumahan yang padat dan cukup terkenal. Bahkan di dalamnya masih ada foto Marissa Haque yang masih sangat muda, iyalah ya 1984, ibu saya saja masih 16 tahun. Buku kedua juga cukup menarik karena banyak foto di dalamnya. Kita bisa mengetahui semacam fun fact dari benua, negara atau suku di dunia ini. Buku ketiga sebenarnya cukup berat, saya lupa judul tepatnya karena lagi lagi tidak saya foto TT. Saya membaca seksi khusus membahas mengenai sabun pencuci wajah. Saya menjadi tahu jenis jenisnya apa saja, hoho.
Iklan Indomie 1984, masih ada rasa udang.
Iklan Ratu Plaza, mall yang sering saya lewati di Bunderan Senayan.
Suasana di lantai 22 (1)
Suasana di lantai 22 (2)
Saat pukul 13.30 diberitahukan melalui pengeras suara bahwa perpustakaan akan tutup. Semua pun bersiap-siap untuk pulang dan lift pun penuh XD. Saatnya ke destinasi berikutnya
Tempat berikutnya, yaitu ensemble.reflect.rides adalah Galeri Nasional Indonesia, masih sekitar Monas, yaitu Jalan Merdeka Timur. Dari perpustakaan ke galeri nasional bisa berjalan kaki loh, melewati monas dan gambir cuma 1.1 km.
Dekat kan ya.
Di galeri nasional kebetulan sekali sedang ada pameran seni rupa nusantara dan hari terakhir pula, beruntungnya. Isinya cukup menarik, walau saya kurang mengerti seni. Di sana cuma sebentar karena tutupnya jam 15.00, tetapi cukup membuat saya terhibur XD. Karena saya kurang bisa menjelaskannya, saya lampirkan foto fotonya saja.
Poster pameran





Maafkan kalau fotonya kurang banyak, hoho. Tidak sempat memfoto karena banyak berpikir akan makna dari karya seninya hoho.
Hari Minggu itu sebenarnya tidak hanya pergi ke Perpustakaan Nasional dan Galeri Nasional, tapi juga ikut Car Free Day dari Bundaran Senayan lalu naik MRT hingga Bundaran HI, muter muter naik busway dan kemudian di akhir naik MRT dari ujung ke ujung. Ada yang unik, saya sempat lupa membawa dompet karena terburu-buru karena saya sudah telat janjiannya XD. Alhamdulillah dipinjamkan uang untuk membeli tiket MRT dan kemudian saya balik ke kosan di Setiabudi. Akhirnya pun tetap nunggu juga dia di stasiun MRT, wkwk. Ternyata kalau pakai kartu single trip, harus turun di tepat stasiun yang kita pilih saat membayar, kalau tidak, kita tidak bisa tap keluar. Petugas pun bilang saya harus membayar tunai. Alangkah bingungnya saya karena tidak ada uang tunai. Saya pun menjelaskan kondisi saya dan Alhamdulillah petugasnya baik dan menyita kartu saya terlebih dahulu dan kemudian saya tukarkan setelah kembali dari kosan.
Setelah turun di stasiun HI, kami pun berjalan dari stasiun MRT HI ke perpustakaan nasional, melewati car free day (CFD). CFD saat itu tidak terlalu ramai, mungkin karena bulan puasa dan tidak banyak orang yang berjualan juga.
Jarak yang ditempuh untuk sampai ke Perpustakaan Nasional dari MRT Bundaran HI
Berjalan melewati banyak gedung di jalan Sudirman ternyata seru juga. Jalan yang biasanya ramai sekarang sepi dan tidak banyak polusi. Tidak terasa tiba di perpustakaan nasional, lalu ke galeri nasional dengan berjalan kaki seperti yang diceritakan sebelumnya.
Dari galeri nasional, karena tidak ada busway terdekat yang langsung ke HI, kami pun memutuskan untuk naik busway yang ada saja di halte Gambir. Ternyata busway yang duluan datang itu menuju Senen, sehingga kami perlu naik dua busway lagi untuk menuju HI, yaitu busway jurusan Harmoni dan kemudian dilanjutkan dengan jurusan Blok M – Kota. Benar-benar keliling – keliling XD.
Setelah sampai di halte Bundaran HI, dilanjutkan ke stasiun MRT Bundaran HI untuk naik MRT dari ujung ke ujung (HI – Lebak Bulus). Ternyata ada tembusannya, jadi dari halte bundaran HI ada tangga turun langsung ke stasiun MRT. Antrian untuk membeli tiket (lagi – lagi lupa foto bagaimana penampakan mesin tiket otomatisnya) lumayan panjang sepertinya banyak yang niatnya naik MRT untuk berjalan jalan saja seperti kami. Hari itu hari terakhir diskon tiket MRT 50%, Alhamdulillah beruntungnya kami. Kami membeli tiket dengan tujuan akhir masing-masing, karena kami kira sistemnya seperti KRL Commuter line yang harganya menyesuaikan dengan stasiun turun karena sesuai dengan tap terakhir. Kalau MRT ini berbeda, setelah 30 menit naik MRT *yay akhirnya kesampaian juga naik kereta dari ujung ke ujung XD* dan sampai di lebak bulus, kami tidak bisa langsung naik kereta ke arah sebaliknya. Kami perlu tap keluar terlebih dahulu sehingga tentu saja kurang bayar haha. Kami pun membayar sisa kekurangannya dan kemudian tap masuk kembali untuk naik kereta ke arah bundaran HI kembali. Oh iya, harga tiket satu trip penuh dari HI ke Lebak Bulus adalah Rp14.000 (saat promo kemarin hanya 7rbu rupiah :D)
Itulah pengalaman ngabuburit di hari Minggu. Walaupun puasa dan banyak berjalan dan berdirinya, tapi tidak terlalu terasa lelah setelahnya haha, kenapa ya? XD. Alhamdulillah bisa mengunjungi tempat baru, mendapat ilmu baru, juga semangat baru haha. Next time kemana lagi ya?
Like this:
Like Loading...