Minggu ini saya cuma masuk kantor 60% karena sakit. Hari senin saya merasa lemas dan pusing sehingga saya memutuskan untuk beristirahat di kosan saja. Saya tidak memeriksakan ke dokter dulu karena saya pikir saya hanya kelelahan karena saya tidak banyak beristirahat di akhir pekan.
Hari itu saya pakai untuk istirahat dan tidak membaca atau belajar sesuatu. Saya keluar untuk membeli makan dan Alhamdulillah teman saya juga mengirimkan makanan. Saya tidak membeli obat sama sekali. Saya sebenarnya termasuk orang yang malas meminum obat, mungkin karena ketakutan di masa kecil. Tetangga ada yang meninggal karena terselak obat.

Saat saya sakit tipes dan gejala tipes saat SD dan SMA, ibu saya berusaha sangat keras agar saya bisa meminum obat. Awalnya mencoba untuk meminum dengan normal, namun selalu termuntahkan lagi. Lalu saya coba untuk memasukkan obat ke dalam pisang, tapi saya jadi makan pisangnya bulat bulat, tidak dikunyah dahulu, kalau 3 kali sehari begitu saya takut beneran keselek wkwk. Percobaan berikutnya dengan menghaluskan tabletnya terlebih dahulu, atau membuka isi kapsul. Memang lebih mudah terminum sih tapi pahiiit sekali karena lebih mudah tersebar di mulut. Tidak ada jalan yang lebih baik memang dibanding dengan meminum obat secara normal. Saya kemudian merenung dan menyadari kalau saya perlu melepaskan rasa khawatir saya dulu. Saya meyakinkan diri kalau saya bisa minum obat jika saya tenang dan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Kalau keselek ya berarti udah takdir. Akhirnya saya bisa minum obat dengan normal, walaupun tetap malas.
Hari Selasa saya merasa lebih baik dan memutuskan untuk masuk kantor. Saat masuk kantor, saya pindah ke pilar/team lain dengan teman pairing yang berbeda juga. Di pilar ini saya diberi tugas untuk mengerjakan suatu fitur dan saya diberi kesempatan untuk mencari solusinya sendiri, namun tetap dalam pengawasan teman pairing saya. Jika saya sudah mentok, saya bisa tanya beliau. Selama 8 bulan ini menjadi iOS Engineer, saya belum yakin dengan kemampuan saya, ya memang banyak buku yang belum saya selesaikan dan jarang latihan. Saat di kantor, karena pairing, jadi banyak yang dicover sama teman pairing. Harusnya memang saya praktikkan lagi di rumah, tapi lebih banyak waktu yang saya pakai untuk hal lain. Dasar pemalas -_-
Saat hari Selasa itu, saya merasa sakit kepala, nyut-nyutan. Saya tidak yakin apa karena saya belum benar-benar sembuh, atau berpikir terlalu dalam haha. Saya diberi petunjuk oleh teman pairing, untuk bisa ditelusuri lebih lanjut melalui mesin pencarian, dan ada juga teka teki yang harus saya configure sendiri, yang tidak bisa dicari melalui mesin pencarian. Ada beberapa hal yang saya tidak tahu dan mungkin memang hal yang sangat basic, sehingga saya diminta untuk banyak membaca lagi. Hari itu akhirnya selesai, dengan sakit kepala dan hati yang sedih karena solusi belum ditemukan, wkwk.
Besoknya, saya bangun tidur dengan badan yang lemas, dan meriang. Saya memutuskan hari itu ke dokter terlebih dahulu, karena takut sakit kepala akan kambuh lagi saat di kantor. Setelah diperiksa, saya disarankan untuk istirahat sehari oleh dokter dan diberi obat dan vitamin, total 4 paket, wkwk. Di hari rabu itu saya kembali istirahat, tapi entah mengapa banyak pikiran negatif menyerang. Ya, di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat, saya sedang di posisi kebalikannya.
Saya tiba-tiba berpikir kembali apakah saya sudah berada di jalan yang benar. Saya merasa sangat bodoh yang tidak bisa mendapatkan solusi dengan cepat. Saya menuduh teman-teman satu tim kecewa dengan saya, dan saya hanya merepotkan saja. Saya pun merasa terbebani karena takut tidak memenuhi ekpektasi (ini asumsi saja padahal). Saya sedikit marah sebenarnya saat diberitahu saya tidak tahu hal-hal basic yang saya harusnya tahu. Saya berpikir bagaimana ya besok saat kerja, apakah saya bisa menemukan solusi dan melalui semua ini. Apakah saya bisa survive? Benar-benar lebay pemikiran saya saat itu.
Setelah sehat, saya menyadari kalau pikiran negatif itu harusnya membuat saya semangat dan termotivasi. Harusnya menjadi obat bagi saya yang malas ini. Seperti obat, pikiran negatif tersebut harusnya ditelan dan diambil manfaatnya, bukan dipikirkan terus menerus seperti mengunyah obat hingga pahitnya terasa dan kita jadi trauma untuk meminum obat. Kalau langsung ditelan kan tidak terasa pahitnya. Saya harus menerima semua kenyataan dan lebih semangat belajar, bukannya berhenti.
Akhirnya bisa nyambung juga dengan judul ya, hahaha.
Terimakasih sudah membaca sampai akhir XD