Start Over

Saat sesi 1on1 bersama senior saya di kantor, saya ditanya oleh senior saya, kurang lebih seperti ini:

Apa terdapat kesulitan dalam memelajari iOS?

Saya langsung ceritakan saja kesulitan saya dalam mendisiplinkan diri ini untuk belajar. Sebenarnya dari kantor sudah memberikan daftar bacaan yang harus dibaca, bahkan tugas yang harus dikerjakan. Dengan banyaknya waktu yang saya miliki, saya belum bisa menyelesaikan semuanya. Saya memiliki banyak learning debt. Saya sadar, saya harus menemukan metode lain untuk belajar, mengejar ketertinggalan saya. Saya perlu belajar dasar software engineering juga, walau pernah dipelajari saat kuliah, tapi sudah banyak yang terlupa. Jadi, saya perlu fokus belajar dua hal: Software Engineering dan iOS Development.

Senior saya kemudian memberitahu saya referensi belajar seseorang yang mungkin bisa saya tiru. Dia memperkenalkan saya dengan John Washam. Memperkenalkan di sini bukan berarti mengenalkan secara langsung ya, wkwk. Sisi menariknya adalah John Washam ini adalah lulusan Ekonomi sebenarnya, tapi dia tertarik untuk bekerja secara profesional di bidang programming, selama 15 tahun dia berprofesi sebagai Web Developer dan memiliki start up sendiri. Namun dia memiliki keinginan yang besar untuk bekerja di Google, dia sadar untuk bekerja di Google perlu pengetahuan Computer Science yang kuat, sehingga dia perlu belajar algoritma dan struktur data, arsitektur komputer, dan hal-hal lain yang dipelajari oleh lulusan Computer Science. Dia memelajari semua hal yang diperlukan dan yang mungkin akan dibutuhkan saat interview selama 8 bulan. Dia menuliskan apa saja yang dia pelajari di github dia: Coding Interview University (di sana dia juga menuliskan referensi) dan strategi dia belajar: Retaining Computer Science Language.

Yang saya pelajari dari dia, dia tidak belajar hanya dari membaca referensi dan mengimplementasi. Untuk setiap topik dia mereview topik tersebut berulang-ulang. Dia juga membuat flash card untuk mereview. Dia tidak membuatnya menggunakan kertas, tapi secara digital dalam bentuk situs. Kuncinya adalah mempelajari suatu topik tidak hanya dalam satu waktu, tapi secara interval diulang lagi menggunakan referensi yang lain, dan mengingatnya menggunakan flash card yang telah dibuat. Istilahnya sih Spaced Repetition.

Rencana untuk saya sendiri saya akan menggunakan daftar referensi yang dibuat oleh John Washam sebagai bahan belajar saya untuk mengejar dasar Software Engineering dan sebagai pengganti flash card site, saya akan menulisnya di blog saya ini, agar saya berlatih menjelaskannya kembali. Untuk mengejar iOS development saya akan membaca reading list yang diberikan dan melanjutkan mengerjakan tugas. Untuk membagi waktunya, senior saya menyarankan untuk membagi waktu seperti sistem SKS. Jadi anggap saja saya sedang mengambil 3 SKS Computer Science dan 3 SKS iOS Development. Saya harus meluangkan waktu 6 jam seminggu, untuk membaca, mengimplementasi dan menulis kembali.

Oh iya ada bacaan yang bagus juga saat saya membaca github John Washam: Believe You Can Change. Intinya, kita semua bisa berubah menjadi lebih baik, yang penting kita punya Growth Mindset. Cukup menjawab kegalauan saya yang ragu apakah saya bisa sukses di iOS ini.

Everything came through effort and that the world was full of interesting challenges that could help you learn and grow – Carol Dweck

Mencoba Bobobox – Tidur Di Dalam Pod

Saya sebelumnya sudah penasaran dengan hotel kapsul saat melihat atau mendengarkan cerita teman yang ke luar negeri. Saat sudah ada di Indonesia, bahkan di Bandung,  saya pun penasaran ingin mencoba, namun sering mengurungkan niat karena di Bandung sudah ada akomodasi. Saya biasanya menginap di rumah nenek saya atau di tempat teman yang masih tinggal di Bandung.

Suatu hari, saya kembali ke Bandung lagi namun teman saya sedang tidak ada di Bandung dan saya pun sedang tidak enak untuk merepotkan nenek, jadi saya putuskan untuk mencoba hotel kapsul ini. Saya memilih Bobobox karena menurut review dari orang-orang, Bobobox ini hotel kapsul yang benar-benar kapsul dan mengadopsi teknologi yang mutakhir  *Asik*

Bobobox memiliki 3 cabang di Bandung: Pasir Kaliki, Cipaganti, dan Dago. Untuk memesan kamarnya bisa dibeli di aplikasinya langsung (tersedia di AppStore dan PlayStore) atau di aplikasi pemesanan akomodasi seperti Traveloka, Tiket, Pegi-Pegi, atau Booking.com. Saya sendiri membelinya di Traveloka karena sedang ada promosi sehingga mendapatkan harga yang lebih murah dibanding di aplikasinya langsung atau aplikasi lain. Jadi, kalau mau pesan jangan lupa manfaatkan promo yang ada dan bandingkan ke semua penyedia, wkwk. Saya memilih Bobobox yang ada di Cipaganti karena hanya di sana yang tersedia pilihan yang paling murah, wkwkwk

Sepengamatan saya, kamar yang bisa dipilih ada 2 jenis sebenarnya:Earth dan Sky. Earth untuk kasur yang berada di bawah, dan Sky untuk tempat tidur yang berada di atas. 2 jenis pod tersebut bisa dibagi ke dalam dua macam lagi berdasarkan ukuran kasur: Single dan Double. Karena saya hanya menginap sendirian, saya memilih ukuran Single dengan tipe Earth.

Kurang lebih penampakannya seperti ini:

IMG_5042
Kamar no 15 adalah tipe Sky dan kamar no 18 tipe Earth.
IMG_5041
Kasur yang muat untuk satu orang

Fasilitas di kamarnya ada apa saja?

Selain ada kasur dan selimut, di dalam satu pod juga disediakan kaca, handuk, dan sikat gigi. Tidak hanya itu, di samping jendela ada layar sentuh semacam tablet yang ditempel yang merupakan control center, dua colokandan juga speaker bluetooth. Control Center ini untuk mengendalikan dan mengganti  warna lampu (ya lampunya bisa berganti warna loh, ada 15 pilihan warna, dan ada juga mode yang bisa dipilih) dan juga membuka kunci kamar dari dalam.  Oh iya, suhu pendingin ruangan juga bisa diatur melalui semacam tombol yang bisa diputar yang berada di atas ruangan. Karena saya biasa di Jakarta, suhu di dalam kamar di Bandung tanpa AC sudah cukup bagi saya, sehingga saya matikan, wkwk.

IMG_5040
Disediakan kaca, handuk, dan sikat gigi.

IMG_5110.jpg

IMG_5067
Tombol yang paling bawah untuk mengatur suhu pendingin ruangan.

Di dalam pod, kita juga bisa tersambung dengan Wifi yang cukup cepat. Kita bisa mengerjakan tugas atau pekerjaan di dalam pod, dengan bersandar di atas kasur atau mau di bawah menyandar pintu, namun saya termasuk yang susah untuk mengerjakan tugas di kasur, gravitasinya lebih besar untuk rebahan. Namun jangan khawatir, karena Bobobox juga menyediakan tempat semacam meja-meja dan colokan untuk mengerjakan tugas atau bekerja yang tersedia di lantai satu.

Oh ya, Bobobox di Cipaganti ini tempatnya menyatu dengan Hotel Nyland. Bobobox ada di lantai dua, dengan pintu yang terpisah. Lantai pertama untuk tempat makan (ada Melbourne Kitchen yang kata teman saya Gyutandonnya enak), working space, dan pintu masuk (ya iyalah). Tidak ketinggalan, ada juga mesin BlueMart!. Saya jadi mudah membeli minuman dan makanan ringan dengan DANA wkwk.

 

IMG_5060
Melbourne Kitchen
IMG_5061
Tempat makan dan Working Space

Untuk menjaga kebersihan di area pods, saat kita check-in akan diberikan kunci loker untuk menaruh sepatu, dan sebagai gantinya kita akan diberikan sandal yang akan digunakan di area pod.  Setelah menyimpan sepatu, kita dapat masuk ke area pod yang terkunci. Untuk membuka pintu masuk, kita tidak menggunakan kunci konvensional, namun menggunakan QRCode. QRCode ini tidak hanya digunakan untuk membuka pintu masuk pod area, tapi juga masuk ke dalam pod atau kamar tidur kita.

IMG_5063
Loker untuk menyimpan sepatu. Di dalam area pods hanya boleh menggunakan sandal yang disediakan
IMG_5062
Pintu masuk area pod, untuk membukanya, scan QRCode yang ada di dalam aplikasi Bobobox (scanner berbentuk kota di dinding sebelah kiri)

Bagaimana mendapat QRCodenya?

Jika membeli di aplikasi Bobobox secara langsung, saat check in akan muncul di halaman Stays. Jika membeli lewat aplikasi lain, kita akan diminta untuk mengunduh aplikasi Bobobox terlebih dahulu. Bila sudah diunduh, petugas akan meminta nomor hp yang digunakan untuk mendaftar dan kemudian di halaman Stays akan muncul stay detail yang di dalamnya ada QRCode. Di dalam stay detail itu juga terdapat fitur chat yang memudahkan kita untuk bertanya dengan CS.

Bagaimana dengan shalat dan mandi?

Karena ukuran pods yang minimalis (setidaknya untuk ukuran single), tidak memungkinkan untuk shalat di dalam pods. Bobobox menyediakan mushalla yang ada di lantai 1 di sebelah kiri pintu masuk. Mushallanya menurut saya bersih, hanya saja untuk ke sana perlu naik turun tangga dan perlu mengganti dengan sepatu karena sandal tidak diperkenankan dipakai di luar area pods.

IMG_5053

IMG_5055
Tempat Wudu

IMG_5052

Untuk mandi, disediakan kamar mandi bersama, tapi tenang, dipisahkan untu perempuan dan laki-laki. Kamar mandinya menurut saya sangat bersih. Di dalam kamar mandi ada 4 ruangan, 2 ruangan untuk shower dan 2 ruangan toilet. Di dalam ruangan shower, sudahdisediakan sabun dan shampoo. Air panas pun tersedia, bila keran diputar ke kiri, akan keluar air panas, bila diputar ke arah sebaliknya akan keluar air dingin. Tidak hanya itu, ada juga tempat untuk menaruh barang-barang sehingga aman dari cipratan air kecuali jika tirai tidak ditutup dan terlalu berlebihan dalam mengucurkan air, wkwkwk. Di dalam kamar mandi, ada dua wastafel di samping 4 ruangan tersebut, dan juga satu hair-dryer dan hand-dryer untuk dipakai bersama. Walau hanya masing-masing dua ruangan, tapi saya belum sempat mengalami antrian, entah karena penginap perempuan hanya sedikit, atau waktu mandi atau toiletnya yang tidak pernah bersamaan

IMG_5048

IMG_5047
Yang digantung disebelah kanan kaca bukan telepon melainkan sebuah hairdryer, dilarang keras membawanya ke dalam pods walau bisa dicabut, apalagi dibawa pulang.

IMG_5050IMG_5051

Secara keseluruhan, untuk penginapan berbudget minimal, saya merekomendasikan Bobobox untuk dicoba, walau pasti lebih hemat kalau menumpang di tempat orang XD. Saya sendiri senang menginap di sini karena fiturnya sudah cukup untuk saya, tidak berlebihan, tidak kurang. Internetan di dalam pods sangat cepat. Kekurangannya adalah saya tidak bisa makan di dalam pods (wajar sih, untuk menjaga kebersihan), karena dilarang dan satu lagi, saya perlu gonta-ganti sepatu sandal, buka-kunci loker, dan naik-turun tangga untuk mengakses mushalla.

Oh iya kalau warga Jakarta mau mencoba, ada juga di Kebayoran Baru dan Pancoran. Kalau pesan untuk weekday, harganya lebih murah. Siapa tahu mau short escape habis lembur kerja.

Terimakasih sudah membaca XD

Menjelajahi Daerah Istimewa

Haloo~

Minggu lalu saya dan teman-teman kantor saya, total 6 orang, berjalan-jalan ke salah satu daerah istimewa di Indonesia, Yogyakarta. Bagi saya, ini pertama kalinya saya jalan-jalan ke luar Jawa Barat dan DKI Jakarta selain untuk urusan yang berhubungan dengan kerjaan atau kondangan, wkwk. Beberapa waktu lalu, teman saya mengajak saya untuk merencanakan liburan. Saya mengajak beberapa teman lain untuk bergabung. Kami pun mendiskusikan kota mana yang mau dijelajahi. Beberapa kota diusulkan, dan akhirnya pilihan jatuh pada Yogyakarta.

Mengapa Jogja?

Kalau alasan saya sendiri, saya penasaran dengan kota Jogja. Kota ini disebutkan di dua lagu yang saya suka: Yogyakarta (oleh KlaProject dan kemudian dinyanyikan kembali oleh Ungu), dan Sesuatu Di Jogja (Adhitia Sofyan). Saya jadi penasaran memang ada apa sih di Jogja, hoho. Selain itu, kota ini memang seperti checkpoint saya di Pulau Jawa berikutnya, setelah Jawa Barat-Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah (Semarang). Seperti menjelajahi  provinsi di pulau Jawa dari bagian barat sampai ke timur, yang berarti sisanya itu adalah Jawa Timur. Sayang sekali waktu teman saya menikah di Malang, saya belum bisa ke sana (mungkin memang harus ke Jogja dulu XD)

Ke mana saja?

Alhamdulillah satu personel kami bisa menyetir dan sangat paham jalan di Jogja karena pernah menuntut ilmu di sana. Sebenarnya saya dan teman yang lain tidak ingin merepotkan karena tidak ada lagi yang bisa menyetir sehingga tidak bisa bergantian, tetapi teman saya yang satu ini mengaku sudah terbiasa menyetir jarak jauh sehingga dia dengan senang hati ingin mengantarkan kami ke beberapa destinasi di Jogja. Dengan menyewa mobil selama 3 hari 2 malam, kami menjelajahi beberapa destinasi berikut ini:

Waroeng SS (Spesial Sambal)

Sebenarnya ini bukan destinasi wisata sih dan ada juga di Jakarta, tapi kami sudah terlalu lapar karena kami belum makan sejak berangkat dari Jakarta, sehingga kami memutuskan untuk makan di Waroeng SS ini. Walau ada di Jakarta dan di Bandung, saya belum pernah mencoba rumah makan ini. Karena melihat harganya yang cukup murah dan kami sedang lapar, kami menjadi lapar mata dan membeli banyak makanan. Menu rekomendasi dari saya adalah telur dadar gobal gabul, sambal terasi, dan jamur krispinya. Kami sedikit kaget melihat harganya. Untuk ber-6 dengan rata-rata membeli nasi, dua lauk porsi ramai-ramai tapi dimakan sendiri, sambal, sayur dan minuman, semuanya tidak melebihi 30ribu. Harga parkir mobil pun hanya Rp2.000,00. Kami senang walaupun makanan baru datang setelah menunggu kurang lebih 1 jam.

IMG_4134
Foto ini menggambarkan porsi dua orang XD

Pantai Parang Tritis

Rencananya kami ingin mengejar matahari terbenam di Parang Tritis, namun apa daya karena sebelumnya pesanan makanan kami terlalu lama datangnya, kami tidak sempat mendapatkannya. Waktu matahari terbenam sekitar pukul 17.13 namun kami sampai TKP pada pukul 17.30. Kami hanya foto-foto di langit senja hingga langit mulai gelap.

DSC03120
Yang kelihatan hanya siluet saja XD

Tiket masuk Parang Tritis: 10ribu/orang.
Parkir: 10ribu (Mobil)

Sate Klathak Pak Bari

DSC03153

IMG_0910

Sebenarnya awalnya saya kurang tertarik karena sate yang disediakan hanya sate Kambing. Bukannya saya tidak suka sate kambing, tapi semenjak pakai kawat gigi, saya sedikit susah mengunyah

daging, dan biasanya sate kambing agak susah dikunyah. Tapi sate ini berbeda. Sate Klathak Pak Bari ini memang enaaaaaaaaaaak sekali. Gurihnya dan lembut dagingnya membuat saya menyesal hanya membeli satu porsi, walaupun di sisi lain saya masih merasa kenyang. Oh iya, satu porsinya terdiri dari 2 tusuk sate dan kuah gulai.

 

img_0890.jpg

  Tusuk satenya pun BTSB alias bukan tusuk sate biasa. Tusuk satenya terbuat dari jeruji besi. Mungkin itu rahasia matangnya paripurna. Teh manisnya juga e

nak, wangi dan manis dari gula batu. Dan ternyata Sate Klathak Pak Bari ini salah satu tempat syuting AADC2, tempat dimana Rangga dan Cinta makan bersama. Setelah film itu kabarnya tempat ini menjadi lebih ramai.

 

Taman Denggung

Di hari kedua kami di Jogja, kami berencana pergi ke Candi Borobudur. Sebelum itu, kami mengisi perut kami dahulu. Kami dibawa oleh personal guide kami alias Irma, ke Taman Denggung di Kabupaten Sleman. Di sebelah Taman Denggung itu ada gedung bernuansa Roma yang terlihat megah, tulisannya Sleman City Hall. Awalnya saya kira itu balai kota Sleman. Saya memandanginya dari jauh dan terlihat ada logo Starbucks dan beberapa logo toko terkenal lainnya. Saya mencoba mencari di mesin penelusuran dan ternyata Sleman City Hall adalah sebuah mal.

IMG_4204

Di Taman Denggung, kami terbagi dua , sebagian membeli bubur ayam, sebagian lagi membeli pecel. Saya membeli pecel bakwan. Yang menarik, penjualnya bilang kalau sedangtidak menyediakan mie basah (sepertinya yang bening. karena masih ada yang warna kuning) dulu karena ada isu pemakaian borax. Penjualnya bilang kalau penjual lain nakal karena masih menggunakan. Kami sendiri tidak ada yang tahu isu tersebut. Alhamdulillah belinya di ibu yang ini.

IMG_4206

 

Kebetulan sekali sedang ada Pelangi Budaya Bumi Merapi, jadi ada semacam pagelaran pertunjukan seni dan ada tenda dan banyak kursi untuk menonton. Jadilah kami makan sambil menonton pertunjukkan. Ada permainan musik gamelan dan tari- tarian, yang saya tahu hanya tari kuda lumping XD.

Biaya masuk Taman Denggung: Gratis.
Parkir: 2000 (Mobil)

Candi Borobudur

Perjalanan dari Taman Denggung ke Borobudur memakan waktu kurang dari satu jam (kalau tidak salah, saya agak lupa-lupa ingat) tanpa kemacetan. Kurang lebih kami sampai sekitar pukul 10.00. Matahari sudah cukup menyengat dan silau sekali. Saya menyesal tidak membawa kacamata hitam dari rumah. Karena saya tidak kuat silau, saya memutuskan untuk membeli kacamata hitam di tempat, walau tidak ada yang jual kacamata yang ada minusnya. Penjual kacamata ini langsung tahu kalau saya mengerti bahasa Sunda, padahal wajah saya tidak menunjukkan wkwk. Seperti biasa, harga ditawarkan lebih tinggi dari harga wajar dan saya awalnya merasa senang karena berhasil menawar sesuai harga yang saya inginkan, sekitar turun 30%. Setelah teman saya bilang kalau di Bekasi harganya sekitar 50% dari harga sebelumnya, rasa senang saya jadi berkurang wkwk, tapi kemudian bersyukur lagi karena masa harus ke Bekasi dulu, wkwk.

IMG_0988

Kami berjalan cukup jauh dari pintu masuk hingga ke Candi Borobudur. Ternyata banyak sekali pengunjungnya, mungkin karena hari Minggu. Karena ramai, perlu mengantri untuk naik tangga menuju bagian teratas candi. Untuk foto-foto di atas candi tanpa ada latar belakang orang pun cukup sulit. Saya tidak banyak foto diri sendiri di sana, karena saya kurang banyak ide untuk gaya apa lagi di foto wkwk. Saya cukup menikmati pemandangan dari atas candi, saya jadi teringat film Doraemon yang Legenda Raja Matahari, hoho.

 

IMG_0964
Tempat yang tidak banyak orang, hoho.

Tiket Masuk: 50000/orang
Parkir: 15000 (Mobil)

Ketep Pass

Selepas dari Borobudur, perut kami menyanyikan lagu Keroncong. Kami sudah memasang rencana untuk makan di Jejamuran, tapi kami juga mau ke Ketep Pass, sesuai saran Irma, katanya pemandangannya bagus. Karena kalau ke Jejamuran searah dengan arah pulang, kami memutuskan untuk ke Ketep Pass dulu.

DSC03356

IMG_1007

Ketep Pass masih di daerah Magelang, Jawa Tengah, sama dengan Borobudur. Barangkali ada yang belum tahu kalau Borobudur itu bukan di Jogja, hoho. Di Ketep Pass, udaranya lebih segar. Alhamdulillah cuaca sedang cerah sehingga pemandangan gunung bisa terlihat jelas. Selain udara yang segar, airnya pun dingin. Saat mengambil wudu di sana, rasanya ingin mandi sekalian wkwk. Kami hanya sebentar di sana karena lapar yang sudah tidak bisa ditunda lagi.

Tiket masuk: 9750/orang
Parkir: 10000 (Mobil)

 

Jejamuran

IMG_7953

Akhirnya makan siang juga! Itu yang ada di benak kami setelah sampai di Jejamuran sekitar pukul 3 sore. Jejamuran adalah rumah makan dengan menu serba jamur. Ada sate jamur, jamur bakar, fu yung hai jamur, pepes jamur, jamur krispi dkk. Berkaca dari pengalaman sebelumnya, kami memesan menu tengah saja dan tidak terlalu banyak. Kami memesan sate jamur, jamur asam manis, pepes jamur, jamur asam manis, dan jamur krispi. Semuanya enaaak, Alhamdulillah. Untuk harga, cukup terjangkau walau tidak semurah Waroeng SS.

IMG_7933

Selain makanannya, yang menarik dari Jejamuran ini adalah suasananya yang cozy, tempat yang luas, ada ayunan, ada kolam yang ikan koi-nya banyak sekali, burung love bird, dan ada juga pameran tanaman jamur yang jadi bahan bakunya. Nama ruangan di resto in pun dinamakan dengan nama-nama jamur, ada Shimeji, dll (sudah lupa XD). Parkirnya luas dan gratis!

IMG_7295

IMG_5005

IMG_5344

Angkringan KR dan Tugu Jogja

Sepertinya teman saya ingin mengenang masa-masa kuliahnya, sehingga dia mengajak kami untuk ke Angkringan KR di dekat Tugu Jogja. Selama dua hari ini kami penasaran sebenarnya bagaimana melihat Tugu Jogja. Dua hari di Jogja baru ketemu yang KWnya saja, belum melihat yang asli. Akhirnya sebelum ke Angkringan KR, kami bisa melihat tugu Jogja, walau hanya dari dalam mobil. Sebenarnya hanya saya dan Irma saja sih yang melihat, yang lain tiduuuur wkwk.

IMG_6397

IMG_8626

Ternyata dinamakan KR karena lokasinya di depan kantor surat kabar harian Kedaulatan Rakyat. Di depannya ada dua angkringan yang buka, dan kami memilih angkringan yang isinya lebih variatif. Ada nasi kucing, nasi bakar, dan sate-sate. Saya beli 3 jenis sate: siomay, sempol ayam, bakso, satu nasi bakar teri, dan tahu baso. Bisa diminta dipanaskan kembali. Minumannya saya pilih es jeruk. Totalnya semuanya 20ribu. Saya juga memesan wedang ronde, harganya 8ribu. Sayangnya kalau yang ini jahenya kurang terasa.

IMG_4922

Setelah makan, kami berjalan kaki ke tugu Jogja. Di sana kami menemukan 3 sosok hantu sedang main HP. Tentu saja bukan hantu beneran. Teman saya mengajak saya dan irma untuk foto bareng mereka. Iseng sekali saya pikir. Memang mereka cari uang lewat foto bareng sih. Kami pun berfoto dan mas-mas hantu ini bilang kalau foto mereka bergaransi, kalau jelek bisa foto lagi. Baiklah ~.

IMG_1072
Hantu satu lagi yang motoin

Tempo Gelato

IMG_0219

IMG_7116

Itinerary pertama yang kita buat sebenarnya adalah Tempo Gelato. Awalnya mau segera setelah sampai Jogja, tapi karena takut penuh akhirnya kami tunda hingga hari terakhir. Variasi gelatonya beragam. Begitu juga harganya. Bisa beli di cup atau cone. Saya memilih cone dengan dua variasi rasa gelato seharga 30ribu. Saya memilih rasa jahe dan salted caramel. Perpaduan yang kurang cocok ya sebenarnya, tapi saya suka suka saja. Interiornya Eropa sekali. Instagrammable. Tapi tidak saya masukkin instagram karena hari Senin, kasihan teman saya yang sedang bekerja XD.

 

IMG_1154

Masjid Kampus UGM

Ini bukan tempat wisata sih. teman saya Irma memberikan saran untuk salat di masjid kampus UGM. Pintu gapuranya menarik. Kalau kata teman saya, seperti pintu surga. Saya pikir, memang sudah pernah lihat surga? Masjidnya besar, namun sayangnya jarak antara tempat wudu dan masjidnya cukup jauh. Tidak disangka saya bertemu dengan teman sekampus saya sedang shalat juga. Saya hanya bertemu sebentar, dan dia harus pulang segera dengan suaminya.

IMG_8968

Cilok Gajahan

IMG_8045

Jauh-jauh ke Jogja, tetap makan aci juga XD. Cilok ini kalau kata Irma populer dan ramai. Saat kami ke sana, mungkin karena hari Senin, kami tidak perlu lama mengantri untuk mendapatkan cilok ini. Ciloknya ada yang rebus ada yang goreng. harga satu porsinya 5ribu yang isinya 20 butir cilok. Kuahnya pedas sekali. Kami hanya menuangkan sebagian dan sudah tidak kuat, haha. Ciloknya enak, dan di dalam ada isinya semacam gajih. Saya beli dua porsi dan masih bisa dimakan hingga dua hari kemudian XD.

IMG_8042

IMG_8046
Awalnya cilok gajahan ini dari gerobak

Taman Sari Keraton Yogyakarta

IMG_7620

Rasanya tidak lengkap kalau ke Jogja belum berkunjung ke Taman Sari. Sebelumnya saya tidak tahu sama sekali mengenai tempat ini. Taman Sari ini adalah bekas peninggalan kerajaan keraton Yogyakarta zaman dahulu. Di kawasan Taman Sari ini ada tempat yang dulunya tempat pemandian, ada juga lorong bawah tanah, dan ada juga yang dulu digunakan sebagai masjid.

IMG_8052

IMG_4889

IMG_7231

Harga tiket: lupa rinciannya, tiket untuk 6 orang + izin foto = 33ribu
Parkir: 5rb (Mobil)

Pasar Beringharjo

Karena beberapa dari kami ada yang mengincar batik, sebelum pulang kami mampir dahulu ke Pasar Beringharjo. Di dalamnya beragam batik yang dijual, dan perlu menawar dengan cermat. Harganya menurut saya kalau bisa menawar akan menjadi murah, kalau tidak, ya biasa saja, tapi tidak mahal juga. Saya belum jago menawar dan saya tidak bisa bahasa Jawa, jadi saya meminta teman saya yang bisa berbahasa Jawa untuk menawarkannya. Teman saya terkena omelan karena menawar terlalu rendah. Saya pun juga sempat dimarahi karena sudah menawar tapi tidak jadi beli karena tiba-tiba saya teringat sesuatu yang membuat saya tidak jadi beli. Maafkan saya Bu!

IMG_3663

Yang menarik, di sana ada yang jual minuman dingin, semacam air dicampur dengan buah-buahan. Dijual sudah dibungkus dengan plastik bening dan sedotan yang sudah terikat. Saya beli air mangga. Manisnya pas, dan tidak pakai gula buatan. Jujur saya mau ke sana lagi untuk membeli minumannya saja, mencoba rasa buah yang lain XD.

Semoga ada kesempatan untuk main ke sana lagi untuk menjelajahi tempat lainnya yang belum sempat dikunjungi XD.

IMG_8110