Seperti tahun sebelumnya, saya membeli planner book untuk tahun 2020. Yang menarik dari planner ini, dia sudah ada format apa saja yang harus saya rencanakan, seperti perencanaan keuangan, daftar impian, sifat baik yang ingin dikembangkan, sifat buruk yang ingin dihilangkan, dan target-target ibadah harian. Saat membuka halaman pertama buku tersebut, tertulis hadits:
“Innamal a’malu bin niyat” – H.R Bukhari dan Muslim
Atau dalam bahasa Indonesia artinya adalah “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat”. Berdasarkan artikel yang saya baca di internet (muslim.or.id dan Radio Rodja), niat itu adalah pembeda satu amal dengan amal yang lain, dan juga untuk menentukan untuk siapa amal itu kita lakukan. Intinya sih apa yang kita dapatkan itu sesuai yang kita niatkan. Jika amal yang dilakukan niat karena Allah Swt, Insya Allah akan mendapatkan pahala.
Saat saya membaca hadits itu saya jadi teringat kepada teman saya dan ibu saya. Teman saya saat SMA selalu memberikan nasihat untuk meluruskan niat. Menurutnya, *seingat saya*, jika kita mempunyai niat yang lurus untuk melakukan sesuatu, maka Allah akan membimbing kita dalam mencapai itu. Jika niatnya masih salah biasanya akan lebih sulit.
Kalau Ibu saya sih selalu menasihati saya saat saya malas melakukan sesuatu yang saya rencanakan sendiri. Beliau bilang kalau saya masih malas, berarti saya belum benar-benar berniat. Saya pun mencoba menguatkan niat saya kembali dan setelah mengulangi niat saya tersebut jadi saya terbayang tujuan yang akan saya capai dan menjadi lebih semangat.
Ya, untuk memulai tahun 2020 ini mari kita awali dengan niat yang baik dan juga niat yang kuat. Semoga semua impian kita semua tercapai. Aamiin
Mulai tahun ini asuransi kantor meng-cover biaya medical check-up (MCU) tanpa harus rujukan dokter dengan memotong limitoutpatient. Dikarenakan limit ter-reset setiap awal tahun, rasanya sayang sekali kalau tidak dipakai untuk MCU, wkwk. Jadilah, sebelum tahun 2019 ini berakhir, saya dan teman saya (sebut saja Mba Wid) segera mencari rumah sakit yang menerima asuransi kantor dan terdekat dari kosan. Mba Wid sebelumnya sudah mencoba mendaftar di Rumah Sakit Siloam Semanggi, namun ternyata sudah penuh hingga akhir tahun. Kemudian dia mencoba menelepon Rumah Sakit Jakarta, tetapi tidak diangkat-angkat. Mba Wid pun mengajak saya untuk datang langsung ke Rumah Sakit Jakarta pada hari Jumat (27 Desember) untuk mendaftar terlebih dahulu, niatnya sih untuk MCU pada hari Sabtu agar tidak perlu cuti seharian, namun karena paket MCU yang kami pilih tidak tersedia di hari Sabtu, kami pun memilih hari Senin dan mengambil cuti sehari.
Di Rumah Sakit Jakarta ada beberapa paket MCU yang bisa diambil, bisa dilihat di link ini. Kami memilih paket Executive Plus karena tesnya lebih lengkap, pemeriksaan darah lengkap, cek tumor, dan Alhamdulillah masih bisa di-cover dari kantor. MCU mengcover papsmear juga untuk mendeteksi kanker serviks, tapi kami belum bisa karena harus aktif secara seksual terlebih dahulu. Oh iya, sebelum melakukan MCU kami perlu puasa (tapi boleh minum air putih) minimal 10 jam.
Saat hari-H, saya tepar dan sudah berencana tidak jadi melakukan MCU. Malam sebelumnya saya sakit kepala berat dan saya berencana untuk istirahat saja karena besoknya mau ke luar kota. Saya pun mengirim pesan ke Mba Wid dan kemudian tidur lagi , wkwkwk. Untung saja teman saya ini tidak pantang menyerah untuk mengajak saya melakukan MCU. Dia menghubungi saya di berbagai macam kanal komunikasi seperti telegram, instagram, telepon karena saya tidak dapat dihubungi. Saya lupa menyalakan nada hp wkwk. Dia bilang kalau istirahat bisa nanti malam saja, dan MCU ini penting untuk resolusi tahun depan, wkwk. Resolusi sehat dan ramping 2020 wkwk. MCU seharusnya dimulai pada pukul 8, namun saya datang pukul 9.30. Alhamdulillah masih bisa mendaftar hingga pukul 10.00.
Apa saja sih tahapan MCU?
Pendaftaran
Saat datang ke area MCU di lantai 2, saya diberikan formulir mengenai riwayat kesehatan. Setelah itu, saya mengurus administrasi seperti mengecek sisa limit asuransi dan juga persetujuan untuk melakukan MCU. Setelah itu, saya diminta menunggu di dalam area MCU. Karena saya terlambat, jadi saya sudah di antrian paling belakang, wkwk.
Ganti Baju
Sebelum melakukan berbagai macam pemeriksaan, saya perlu mengganti baju terlebih dahulu dengan baju seperti kimono berwarna biru. Di sana terdapat ruang ganti wanita dan pria yang terpisah. Saya juga diberikan kunci loker untuk menyimpan barang-barang. Selain baju, saya juga mengganti sepatu dengan sandal yang telah disediakan. Sandalnya bagus loh, sandal Ando, wkwkk. Setelah itu, saya menunggu di ruang tengah kembali bersama pasien lainnya.
Pemeriksaan Antropometri
Kalau dilihat namanya, seperti tes yang cukup asing ya. Pemeriksaan antropometri ini mencakup pemeriksaan tensi darah, berat badan, dan tinggi badan. Hasilnya cukup mengejutkan, tekanan darah saya sangat rendah dan tinggi badan saya ternyata lebih tinggi dari yang saya tahu selama ini XD. Memang sih , terakhir saya mengukur tinggi badan dengan alat resmi itu saat SMA, tapi kan tidak mungkin tumbuh lagi biasanya, wkwk. Lumayan juga bedanya 4cm, sangat mempengaruhi perhitungan BMI. Untuk berat badan, karena ada timbangan di kosan, jadi tidak terlalu kaget, wkwk.
Pemeriksaan Laboratorium Pertama
Selanjutnya saya dipanggil ke bagian laboratorium untuk diambil darahnya. Susternya cukup sulit untuk mengambil titik pengambilan darah. Dari lengan kiri kemudian pindah ke lengan kanan. Alhamdulillah akhirnya ketemu juga, dan darah yang diambil bisa sampai 3 tabung kecil. Setelah itu dilakukan pengambilan sampel urin. Setelah selesai, saya menunggu lagi di ruang tunggu untuk dipanggil. Oh iya, di sana ada dua televisi yang menyiarkan siaran yang berbeda. Satu televisi menyiarkan TV kabel, kalau tadi ada film Lord of the Rings: The Return of King yang untungnya belum saya tonton. Satu tv lagi menyiarkan tv nasional, yang saat itu menyiarkan update kehidupan selebriti: Nikita Mirzani. Sungguh pengertian sekali RS ini, menyediakan dua macam tontonan, wkwk.
Makan Pagi
Alhamdulillah akhirnya makan jugaaaaaa! Setelah belasan jam tidak makan. Berikut menu sarapan yang disediakan:
Cek Dokter Penyakit Dalam
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan pernapasan dengan stetoskop, dan juga pengecekan kondisi tubuh apakah ada kelainan di usus, liver, dan juga bagian organ dalam lainnya. Dokternya sangat lucu, dan ternyata murid dari dokter onkologi yang biasanya saya kunjungi. Saya malah diminta tolong untuk titip salam XD.
EKG dan Mendengar Suara Jantung
Saya dipasang alat elektrokardiogram. Seperti ada beberapa tempelan yang dipasang di badan. Tujuannya untuk mengukur aktifitas kelistrikan jantung. Setelah itu dokter mendengarkan irama jantung dengan menggunakan stetoskop.
Periksa Dokter Kandungan
Nah, dokternya pun bingung sebenarnya harus mengecek apa karena tidak ikut test papsmear. Akhirnya konsultasi saja mengenai siklus haid dan juga diberikan nasihat untuk vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks.
Radiologi
Tes ini meliputi rontgen thorax. Seharusnya ada USG abdomen juga, tapi karena tidak ada dokter perempuan jadi dilanjutkan di tahun depan.
Spirometri
Tes ini untuk mengecek fungsi paru-paru dan diagnosis kondisi paru-paru. Alatnya baru pertama kali saya melihatnya. Jadi, ada semacam corong yang terhubung dengan mesin pengukurnya. Saya perlu menghisap sekencang-kencangnya melalui mulut dan kemudian menghembuskan kembali sekencang-kencangnya. Saya perlu mengulanginya beberapa kali karena tidak memenuhi syarat wkwkwk. Alatnya seperti ini:
Pemeriksaan kedua ini untuk mengecek kadar gula darah (yang biasanya ditusuk di jari itu) dan juga pengecekan urin kedua kalinya.
Treadmill Test
Tes ini dilakukan untuk mengecek apakah ada kelainan atau penyakit dijantung dengan mengecek irama dan respon jantung kita saat diberikan variasi olahraga (berjalan di treadmill dengan berbagai variasi kecepatan). Sebelumnya saya dipasangkan alat pengecek irama jantung (saya tidak tahu namanya). Kurang lebih dipasang seperti ini:
Tes ini untuk menguji seberapa peka pendengaran kita terhadap suara. Saya dimasukkan ke dalam suatu kotak kedap suara dan di dalamnya ada headset dan juga ada sebuah tombol. Jadi, operator akan mengatur frekuensi suara yang akan terdengar melalui headset yang kita pakai. Jika kita mendengar suara, kita memberi tahu dengan memencet tombol. Suaranya ada yang sangat kecil, tapi tidak ada yang terlalu keras hingga mengganggu telinga, atau karena saya saja ya yang tidak peka? wkwkwk.
Makan Siang
Akhirnya makan siang jugaaaa! wkwk. Alhamdulillah menurut saya makanannya enak, atau memang karena sedang lapar? wkwk.
Cek Mata
Pemeriksaan mata ini meliputi cek kondisi mata (seperti kondisi bola mata), tingkat kerabunan mata (Alhamdulillah minus saya masih sama XD), dan juga cek tonometri (buta warna).
Ada beberapa tes lagi yang belum dilakukan seperti USG Payudara dan dokter THT karena dokter perempuan yang sedang cuti di hari itu. Pemeriksaan akan dilanjutkan setelah tahun baru.
Saat kontrol ke klinik tadi saya melihat catatan dokter yang cukup panjang, saya jadi teringat saya seharusnya update progress juga ya di Blog. Saya sempat menanyakan ke dokter berapa lama saya harus menggunakan behel, dan katanya sih 2 tahun, dengan catatan rutin kontrol tiap bulan. Tidak terasa sudah 8 bulan menggunakan behel. Berarti saya sudah melewati 1/3 perjalanan.
Selama 8 bulan ini saya tidak melewatkan kontrol setiap bulannya karena setiap kontrol itu menyenangkan, walau harus bolak-balik Jakarta – Depok 🤣. Saya senang karena gigi saya jadi bersih dan mulut saya terasa segar karena setiap kontrol itu di-scaling. Saya juga bisa mengganti dan memilih warna karet behel berbeda tiap bulannya (kayak ABeGe gitu deh wkwk). Selain itu, saya senang mendengar perkembangan penggunaan dokter gigi dan rencana dokter untuk bulan selanjutnya.
Oh iya, harga kontrol tiap bulan bervariasi, tergantung ada penggantian kawat gigi atau alat tambahan yang diberikan. Alat tambahannya itu seperti tambahan ganjalan gigi (agar gigi atas tidak bertemu dengan gigi depan), karet orthodenti (untuk menggeser gigi, dipakai selain saat tidur dan makan), bracket tambahan di belakang gigi (agar gigi berputar ke posisi seharusnya), atau penggantian bracket yang hilang. Kalau saya, biasanya mengeluarkan biaya sekitar 240 – 400 ribu setiap bulannya untuk kontrol.
Saya sendiri merasakan perubahan yang signifikan yang sebanding dengan ketidaknyamanan penggunaan kawat giginya 🤣🤣🤣. Worth it . Saya sudah jarang sakit gigi dan pusing di belakang kepala. Kalau dari bentuk gigi sendiri juga sudah terlihat rapi. Untuk perbandingannya bisa dilihat di foto di bawah ini (mohon maaf kalau mengganggu pemandangan 🤪, ini juga foto sengaja untuk foto gigi, tapi crop dari foto yang ada, ternyata saya sering foto juga , wkwk):
Untuk perjalanan berikutnya, masih ada beberapa peer yang harus diperbaiki: menggeser gigi bawah yang masih renggang, memundurkan rahang bawah, dan lain lain yang belum diketahui. Semoga tetap konsisten untuk rutin kontrol dan lancar rezekinya, aamiin.
Bukan cerita tentang dunia pijat memijat di tahun 2019 ya, wkwk. Berhubung 2019 tinggal 3 hari lagi, jadi mau mencoba mengingat apa saja yang telah dilalui tahun ini. Oh iya, 2019 ini juga akhir dari dekade 2010. Kalau saya ingat-ingat lagi tahun 2010-2019, saya bisa melihat dekade ini sebagai dekade yang penuh dengan perubahan dinamika hidup. Umur 17-26 tahun memang bagi kebanyakan orang pasti merupakan umur produktif, dan banyak momentum penting, seperti kuliah di tempat jauh, lulus kuliah, pergi ke suatu tempat yang baru, mendapat pekerjaan pertama, menikah, atau mempunyai anak.
Tidak semua orang melalui hal yang sama, saya pun begitu. Yang pasti adalah saya di tahun 2019 ini adalah versi yang sudah melewati beberapa macam upgrading stage. Kalau di 2010 v 2.0 mungkin sekarang sudah v4.5.99 ( jangan tanya update lognya mana, wkwk, intinya sudah 2 kali melakukan upgrade major version, dan banyak sekali bug fixing wkwkwkwk) Nama panggilannya saja berubah dari Aisyah ke Ajul di tahun 2011 🤣🤣🤣.
Karena kalau dibahas dari tahun 2010 terlalu banyak, saya akan merefleksikan tahun ini saja. Tahun ini Alhamdulillah diberikan banyak kesempatan: kesempatan untuk berpindah profesi, menjadi pembicara konferensi di luar negeri, hapebaru, belajar dunia saham, bertemu dengan orang baru yang membantu saya menjadi lebih baik.
Not only gains, but also losses. Tahun ini saya juga kehilangan kakek saya, berat badan, kesehatan yang lebih menurun (dibanding tahun lalu). Saya mendapatkan beberapa mimpi baru, namun juga kehilangan beberapanya. Saya menyadari bahwa tidak semua bisa saya peroleh, walaupun sudah berusaha. Ada juga yang saya tidak usahakan, tapi saya dapatkan dengan mudah. Namun sesuatu yang pasti: kalau saya tidak berusaha dulu sebelumnya, saya menyesal di akhir.
Seperti yang pernah saya ceritakan di pos sebelumnya, kalau saya masih belum berusaha secara maksimal, saya tidak mendorong diri saya untuk menggunakan kapasitas diri secara penuh. Saya terlalu banyak khawatir dan takut, energinya jadi habis untuk memikirkan kemungkinan terburuk, bukannya digunakan untuk langsung action aja gituuuu, hahaha.
Bulan Desember ini saya seperti sudah diberi spoiler, apa saja yang harus saya hadapi di tahun depan, banyak yang harus diperjuangkan (hiperbola wkwk). Saya juga menjadi sadar bahwa hidup itu sebentar dan harus memanfaatkan waktu hidup selagi sehat. Di awal dekade berikutnya, saya ingin lebih percaya diri sendiri, dan melakukan apa yang saya inginkan, belajar lebih banyak, beribadah lebih rajin dan lebih bermanfaat. Living live to the fullest. Aamiin
Pada kesempatan kali ini, saya akan melanjutkan seri “Memories” bagian ke-2. Belum tahu sih akan ada sampai bagian ke berapa. Seingatnya saja. Pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan pengalaman dan momen bersama keluarga dan teman yang sudah tiada.
Sepeda dan Sepatu
Saat pindah dari Jakarta ke Bogor, di umur 7 tahun, tentunya saya harus beradaptasi lagi dengan lingkungan baru. Beruntungnya saya punya tetangga belakang rumah yang umurnya sepantaran dengan saya. Dia yang mengajak saya kenalan terlebih dahulu dan kemudian menjadi teman dekat saya: teman mengaji, teman bermain, dan bertualang. Kalu teman bermain dan belajar sih Bobo. Kebetulan sekali rumah neneknya dekat juga dengan rumah nenek saya. Rumah nenek saya di Sukamiskin. Rumah neneknya di Ujung Berung.
Pengalaman yang paling berkesan yaitu saat kami berjualan sepatu berkeliling komplek menggunakan sepeda. Kami memang terbiasa bermain sepeda bersama, baik pagi, atau sore. Baik saat puasa atau tidak. Mungkin karena masih SD, jadi energinya masih banyak. Saat ayah saya memiliki banyak stok sepatu untuk dijual, ibu saya memberi ide untuk kami untuk menjualnya dengan berkeliling kompleks menggunakan sepeda. Sekalian mengisi liburan saat itu. Kami lebih banyak menawarkan ke ibu-ibu yang sedang mengobrol di depan rumah. Lintas RT dan RW. Kadang ke luar komplek. Saya saat itu masih sangat pemalu, saya masih ragu-ragu dan kurang bisa menyusun kata-kata marketing, wkwk. Saya banyak belajar dari teman saya itu bagaimana menawarkan barang hingga ibu-ibu mau membeli. Pernah juga kami kehujanan, dan meneduh terlebih dahulu. Sepatunya sih akhirnya tidak laku semua, tapi keuntungannya lumayan. Saya lupa saya pakai keuntungannya untuk beli apa atau mungkin saya tabung.
Membentuk Kelompok Bernyanyi
Pernah dengar grup penyanyi cilik religi bernama “Sakha” ? Yang anggotanya Marshanda, Novi, dan Atras. Berikut salah satu cover albumnya:
Saya saat itu hapal semua lagu dari grup Sakha tersebut. Semua itu berkat tetangga saya, yang rumahnya hanya berjarak dua rumah. Beda dengan teman saya di cerita sebelumnya, teman saya yang ini berbeda dua tahun umurnya di atas saya. Saya sering bermain ke rumahnya. Dia suka sekali dengan grup Sakha ini. Dia mengajak saya dan satu tetangga lagi untuk membentuk grup bernyanyi dan menyanyikan semua lagu setiap kami main ke sana. Dia menjadi Marshanda (menurut saya memang dia mirip dengan Marshanda), teman saya lainnya menjadi Novi, dan saya menjadi Atras, karena saya rambutnya pendek wkwk dan paling tomboy. Kami sering latihan, tapi saya lupa untuk apa, soalnya seingat saya tidak pernah tampil juga ke luar, wkwk. Sepertinya saya mulai mengenal nada setelah bergabung di grup ini XD.
Dua Kakek yang Luar Biasa
Saya termasuk orang yang beruntung masih merasakan mempunyai Kakek, hingga kemarin Kakek saya dari ayah saya (Angku) meninggal dunia. Kakek saya dari ibu saya (Aki) meninggal dunia pada tahun sebelumnya, di bulan yang sama, bulan Desember.
Kedua kakek saya ini luar biasa. Angku adalah seorang veteran dan Aki adalah anggota ABRI. Angku masih bisa membawa mobil dan travelling ke luar propinsi di umurnya yang sudah lebih dari 90 tahun. Beliau rajin membaca Al-Quran. Aki di umurnya yang menginjak lebih dari 70 tahun, masih rutin bekerja di rumah, membetulkan banyak hal sendiri, berkebun, aktif bergerak. Rasanya malu sendiri kalau saya mager, karena kedua kakek saya ini rajin.
Momen yang paling saya ingat bersama Angku, adalah saat Angku tidur di rumah saya. Bantalnya pasti harum banget. Kakek saya yang ini memang senang menggunakan minyak rambut. Angku selalu memberikan nasihat untuk rajin belajar, menjadi yang terbaik, dan patuh kepada orang tua. Saya belum jadi cucu yang baik, karena saya masih sering melanggar nasihatnya ini.
Mungkin karena saya sempat tinggal di rumah Aki saat kuliah, saya memiliki lebih banyak momen bersama Aki. Waktu umur 4 tahun, saya pernah naik bis dari Jakarta ke Bandung hanya bersama Aki dan merepotkan Aki karena saya mabuk darat sehingga harus ganti baju terus, wkwk. Saat saya mengurus beasiswa ke Annex, Aki menemani saya karena mungkin khawatir saya tersesat di Bandung. Aki juga menemani saya ke dokter saat saya gejala tipes. Ya, saya ini memang cucu yang merepotkan kalau dipikir-pikir. Aki selalu berpesan untuk membanggakan orang tua.
Semoga Angku dan Aki tenang di alam yang sekarang. Semoga saya bisa segera memenuhi nasihat-nasihat Angku dan Aki. Aamiin
Menjelang tahun 2019 berakhir, undangan pernikahan tetap berdatangan. Hampir setiap minggu ada pernikahan teman hingga akhir tahun. Nah, kedua teman saya pun begitu, mari kita sebut saja dengan inisial RNS dan WR. Minggu lalu, mereka mendatangi pernikahan salah satu teman kami, dan mendapatkan pengalaman yang cukup menghibur untuk diceritakan.
Jadi pada hari Sabtu kemarin, saya, RNS, dan WR memiliki janji dengan teman saya yang lain untuk berkunjung ke rumahnya. RNS dan WR memiliki agenda yang sama setelah pulang, yaitu ke kondangan teman satu jurusan. Jadwal sudah disusun dengan baik dari beberapa hari sebelumnya, siang ke rumah teman, dan malamnya ke kondangan.
Saat hari H, kami bermain di rumah teman kami hingga setelah Ashar. Saya pulang ke rumah, WR dan RNS pulang ke kosan bersiap untuk ke kondangan pada malam harinya. Perempuan kalau siap-siap untuk datang ke kondangan tentu saja memakan waktu yang tidak sebentar, tidak terkecuali untuk WR dan RNS, walau mereka biasanya terlihat cuek di hari-hari biasa. Mereka pun berangkat ke kondangan bersama-sama.
Sesampainya ke venue kondangan, sebut saja Menara Independen, mereka langsung naik lift ke lantai yang disebutkan di dalam undangan. Sesampai di sana, mereka tidak menemukan nama teman mereka yang menikah. Memang ada acara pernikahan, tetapi bukan pernikahan yang mereka mau datangi. Mereka mengecek lagi tanggal dan ternyata mereka salah hari, seharusnya mereka datang keesokan malamnya.
WR dan RNS tidak langsung pulang. Mereka berpikir kalau sayang juga sudah berdandan dan bersiap lama tapi pulang dengan sia-sia. Mereka pun memutuskan untuk datang ke kondangan yang ada XD. Untuk masuk ke sana tidak perlu menunjukkan undangan, namun mereka masih sopan, mereka menulis buku tamu. RNS bahkan menulis nama dan alamat yang cukup detail: alamat kosan beneran XD. Mungkin kalau ketahuan, bisa ditagih ke alamat tersebut, wkwk.
Mereka pun menikmati hidangan yang tersedia. Saat makan, WR melihat ada sosok yang dikenal, dan secara refleks bersembunyi. Ternyata adik dari teman sekolah WR. WR takut ketahuan dan malu jika ditanya apa hubungannya dengan pengantin, sampai-sampai untuk meminta tolong untuk diambilkan minum oleh RNS agar tidak terlihat. Setelah minum, mereka pun langsung pulang. Souvenirnya pun tidak lupa untuk diambil XD.
PS: Cerita ini sudah mendapatkan persetujuan untuk diceritakan ulang. Mereka tetap datang ke kondangan teman saya keesokan malamnya. Jadi dua malam ke kondangan berturut-turut di tempat yang sama. Terimakasih sudah membaca XD
Mungkin karena efek hujan, yang saya tidak tahu dasar ilmiahnya apa, yang membuat saya tiba-tiba ingat beberapa kejadian di masa lalu yang jarang teringat. Hal-hal trivial yang kalau diingat bisa membuat saya terlupa kesulitan yang sedang dihadapi *lebay* Mungkin lebih ke menertawakan perilaku diri sendiri kali ya, wkwk
Lomba Berjalan Cepat Bersama Bapak-bapak
Dalam memilih sekolah, saya selalu mencari sekolah yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki tanpa harus naik angkot atau kendaraan lain, kecuali kereta. Alasan terkuatnya adalah karena saya mabuk darat waktu kecil, tapi Alhamdulillah mulai SMP sudah tidak. Oh iya, bisa ditempuh dengan berjalan kaki belum tentu jaraknya tidak jauh, tapi tidak sampai lebih dari 2 km. Saat SMP dan SMA, di daerah tempat tinggal saya, Bojonggede, tidak ada yang lebih bagus dibanding di kota Bogor, jadi saya memilih sekolah di Kota Bogor. Tentu saja tidak bisa hanya dengan berjalan kaki, tapi juga naik kereta listrik. Namun saya tetap memilih sekolah yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari stasiun Bogor.
Jadwal kereta pertama yang ke Bogor dari arah Jakarta dan merupakan jadwal yang paling aman agar tidak terlambat adalah pukul 5.38 (karena setelah itu adanya sekitar pukul 6, terlalu mepet dengan jam masuk sekolah). Jarak dari rumah ke stasiun Bojonggede adalah sekitar 1.1 km dengan medan yang banyak cukup banyak tangga naik dan turunnya. Oleh karena itu, saya harus berangkat maksimal pukul 05.20.
Saat jam-jam tersebut, tidak hanya saya yang berjalan kaki ke stasiun, tapi juga yang bekerja. Saya dulu suka jalan cepat. Jiwa kompetitif saya kadang terpanggil bukan di tempatnya XD. Saya kadang menantang diri saya sendiri untuk berjalan lebih cepat lagi agar tidak didahului oleh bapak-bapak, wkwk. Banyak sih yang tidak sadar, tapi ada beberapa ada yang sadar kalau saya kelihatan tidak mau kalah cepat, wkwk. Jadilah saya selalu berkeringat banyak sebelum naik kereta. Itu alasan saya kurus saat masih sekolah wkwkwk.
Menjadi AnKer dan merasakan ributnya Tawuran
Saya dan teman-teman saya yang juga menggunakan kereta untuk ke sekolah menamakan sendiri sebagai geng Anker (dibaca angker) alias Anak Kereta. Dulu itu kereta tidak seperti sekarang yang pintunya tertutup. Pintu dan jendelanya kebanyakan terbuka, dan masih ada yang duduk di atas kereta. Orang pun bisa dengan mudahnya menarik rem darurat yang bikin saya sering kesal sekaligus was-was. Kesal karena memperlambat kereta sampai ke tujuan. Was-was karena biasanya pertanda mau ada orang tawuran lewat. Berkali-kali saya melihat orang tawuran lewat. Pertamanya sih takut, lama-lama terbiasa XD.
Menghafal RPUL
Ibu saya mungkin tahu saya senang dengan pengetahuan umum. Saya didaftarkan ke cerdas cermat yang ada saat 17an. Ibu saya mempersiapkan saya dengan melatih saya mengingat fakta-fakta dan informasi di RPUL. Ibu saya sungguh niat. Alhamdulillah saat itu saya senang-senang saja, jadi tidak menolak. Jangan tiba-tiba tanya soal ke saya ya, sekarang sudah banyak berubah dan saya lupa XD.
Bermain Tebak-tebakan saat pergi jalan-jalan
Kalau ini sih hobi ayah saya. Untuk mengisi kekosongan dan kebosanan. Kalau dulu kan belum marak telepon genggam. Kebanyakan tebak-tebakannya buatan ayah saya sendiri. Efeknya bisa kalian tahu sendiri XD
Saya masih ingat, waktu saya masih tingkat dua saat kuliah S1 dulu, teman kosan saya (baik saat itu maupun sekarang) bercerita tentang kakak kelasnya yang tiba-tiba menghubungi dia. Kakak kelas satu almamater SMA yang beda tiga angkatan. Teman saya ini kaget karena tiba – tiba dihubungi, padahal tidak pernah kenal atau bahkan bertemu sebelumnya. Ternyata alasannya karena dia penasaran bagaimana teman saya itu bisa masuk ke fakultas dan institut yang sama dengan saya itu, karena dia tidak berhasil masuk ke sana.
Bertahun-tahun berlalu, saya pun bekerja di kantor saya sekarang. Teman kosan saya itu pun menyusul bekerja di tempat yang sama 8 bulan kemudian (dan bahkan akhirnya satu kosan lagi XD). Teman saya itu berkata kepada saya saat dia masuk: “Jul, Ingat ga kakak kelas yang kuceritakan dulu? Kerja di sini juga loh ternyata”. Ternyata kakak kelasnya itu orang yang pernah satu tim dengan saya, namun berbeda role, saya saat itu Test Engineer dan dia iOS Engineer.
Dan sekarang saya satu role dengannya sebagai iOS Engineer dan berkesempatan untuk pairing dan juga sesi 1 on 1 dengan dia. Orangnya sedikit galak, wkwk, tapi mau membuat orang lain menjadi lebih baik. Saat sesi 1 on 1 kemarin, dia memberitahu kelemahan saya yang tidak saya sadari dan masukan untuk memperbaikinya.
Berawal dari pertanyaan apa rencana saya ke depannya. Kebetulan pagi itu saya baru mendapatkan semangat baru untuk melanjutkan sekolah. Saat pagi-pagi saya ketiduran dan bangun kemudian saya melihat IG story teman saya yang sedang upacara kelulusan magister di salah satu universitas di luar negeri. Sebenarnya saya sering melihat instagram story teman saya yang juga sedang upacara kelulusan, tapi entah mengapa baru sekarang saya mau banget dan berniat untuk mempersiapkan dengan baik (salah satunya mencari dosen yang mau memberikan rekomendasi untuk saya XD). Saya pernah kepikiran S2, dan ada satu jurusan dan universitas yang dari dulu saya sudah inginkan, tapi belum ada keinginan kuat untuk mendorong mencapai itu.
Saat saya memaparkan niat saya itu, senior saya itu mendukung penuh dan dia bilang kalau itu rencana yang baik dan dia menceritakan pengalaman teman istrinya yang patah hati karena ditinggal nikah dan kemudian memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri dan menemukan jodohnya di sana dan dia bilang semoga saya bisa seperti itu (S2 dan menemukan jodoh, karena mungkin takut saya punya pikiran kalau perempuan berpendidikan tinggi susah menemukan jodoh). Tapi ada satu nasihat yang cukup mengagetkan saya, kurang lebih seperti ini:
“Mimpinya bagus sekali, tapi jangan cuma hanya jadi mimpi. Jangan ditunda-tunda, dan langsung saja mendaftar tahun depan, yang berarti langsung mulai dari sekarang. Saya melihat kapasitasmu besar, tapi kamu selalu memandang diri kamu sendiri itu rendah, sehingga kamu tidak pernah mem-push diri kamu untuk mengisi kapasitas itu. Kamu exceptional dari teman-teman alumni kampusmu yang lain, saya melihat mereka punya can-do attitude dan percaya diri. Kamu seperti punya mental block yang bikin kamu tidak mau mendorong diri kamu sendiri. Kamu seharusnya bisa lebih cepat belajarnya, dan jangan anggap kamu lambat belajarnya.”
Saat saya mendengarkan itu, saya kaget dia bisa tahu kalau saya tidak percaya diri dengan kemampuan sendiri dan tidak menyadari kapasitas diri sendiri, kalau yang lain biasanya mendorong sampai lebih, saya malah takut stress duluan. Mental block yang penyebabnya terjadi saat kuliah. Saya juga dulu percaya kalau saya suka baru saya bisa. Jadi, lebih mencari passion dulu gitu. Senior saya menasihati saya untuk jangan tunggu passion terlebih dahulu, tapi anggap sebagai tanggung jawab sebagai profesional di bidang teknologi yang harus selalu belajar dan update dengan ilmu terkini.
Sesi 1 on 1 itu memberikan mindset baru bagi saya, untuk mengejar ketertinggalan saya di iOS Development dan melanjutkan kuliah. Di masa lalu, pasti saya tidak menyangka kalau kakak kelas teman kosan saya itu akan membantu menemukan mental block saya selama ini. Semoga saya bisa lebih bertanggung jawab dengan pekerjaan saya, dan semua target sehingga saya bisa mendorong diri lebih kuat.
Judulnya mungkin agak kurang nyambung sama kesimpulannya ya, wkwk. Saya sengaja tulis di sini supaya saya bisa baca lagi dan recharge motivasi lagi. Terimakasih sudah membaca XD
Dari judulnya, terlihat sangat negatif ya. Mau cerita saja, kan tidak boleh dipendam sendirian. Jadi, bagi yang hanya mengenal saya sekilas, di kantor, di kampus, atau di sekolah saya terlihat sabar. Ya, dalam arti kalau ada teman yang mengesalkan, biasanya saya simpan saja dalam hati, dan tidak membalas langsung, intinya saya bisa mengelola emosi dengan baik kalau dalam mode publik. Beda lagi, kalau sudah di rumah atau di kosan, keluarga atau teman-teman saya sudah paham kalau saya sensitif dan cenderung mengeluarkan semua emosi saya.
Jadi, kalau dipikir-pikir sebenarnya saya tidak sepenuhnya bisa menghilangkan emosi emosi negatif, dan cenderung tidak bisa menerima dengan legowo apa yang mengganggu ketentraman hidup saya. Saya sering mencoba membalas apa yang orang lakukan kepada saya dan mencoba mengubah dan memperbaiki orang yang salah tersebut. Dari bebereapa pengalaman percobaan saya tersebut, saya menjadi sadar kalau hal itu adalah hal sia-sia. Setelah membalas, biasanya saya menyesal karena saya merasa saya jahat dan malah saya jadi merasa bersalah. Mencoba membuat orang lain menyadari kesalahannya pun sebenarnya hanya menghabiskan waktu dan energi saja. Jadi intinya menjadi reaktif itu menurut saya tidak baik, namun saya masih mencoba mencari tahu bagaimana mentransfer energi negatif yang ditimbulkan saat kesal atau kecewa karena dirugikan orang lain baik sengaja atau tidak sengaja. Intinya bagaimana agar tidak balas dendam dan melakukan hal yang lebih bermanfaat.
Balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik -Ali bin Abi Thalib
Awalnya saat membaca kutipan itu saya tidak mengerti maksudnya, mengapa bisa itu bisa disebut balas dendam. Saya berpikir lagi dan mencoba menyambungkan dengan pengalaman – pengalaman sebelumnya, balas dendam dengan mengeluarkan energi negatif ke orang itu sia-sia dan bahkan walau berhasil pun tidak membuat saya menjadi lebih lega, malah lebih banyak menyesalnya. Jadi, saat dikuasai oleh energi negatif, mari mentransfernya menjadi energi positif untuk memperbaiki diri kita. Sulit sih, easier said than done, tapi bukan berarti tidak mungkin.
Saya menulis ini bukan berarti saya sudah bisa menerapkannya secara penuh, tapi biar bisa jadi pengingat saya juga. Ada beberapa hal yang tidak bisa kita kontrol, tapi seharusnya kita bisa mengontrol diri sendiri, dan mengubah diri jadi lebih baik, aamiin.
Sebenarnya tidak ada dalam daftar keinginan untuk membeli buku ini saat saya ke Booksworm (salah satu toko buku di Church Street, Bengaluru). Saya sudah membawa beberapa buku ke kasir, dan sampai sana saya diberikan rekomendasi untuk membaca buku ini. Dia menjelaskan sangat persuasif, sehingga saya tertarik. Di sisi lain, harga buku di India memang lebih murah. Saya membeli seharga 499 Rupee atau sekitar 98ribu rupiah, sedangkan di Indonesia bisa sekitar 200-300ribu. Saya takut saya menyesal dan India kan jauh ya wkkw, walau beberapa teman masih ada yang mungkin ke sana.
Setelah lama berdiam di lemari, tiba-tiba saya tergugah untuk membaca ini, seperti diberi hidayah. Akhirnya saya selesai membacanya, sedikit lama karena diselingi dengan buku lain yang menurut saya perlu selesai dibaca lebih dulu.
Ikigai adalah suatu filosofi atau konsep di Jepang yang bisa diartikan alasan untuk bangun di pagi hari. jadi ikigai, itu adalah irisan dari apa yang kita sukai (minat), apa yang kita kuasai, apa yang bisa mendapatkan uang, dan apa yang dunia butuhkan. Gambarnya adalah sebagai berikut:
Jadi irisan antar keempat elemen itulah *terdengar seperti avatar* yang menjadi filosofi orang Jepang untuk tetap bersemangat hidup sehingga jumlah centenarians (orang yang berumur lebih dari seratus tahun) tinggi.
Salah satu bagian dari buku ini yang menarik buatku yaitu konsep antifragility. Jika fragile adalah menjadi lemah ketika disakiti atau dirugikan, nah antifragility ini justru makin kuat ketika disakiti atau dirugikan. Di buku itu diibaratkan dengan Hydra yang kepalanya tumbuh menjadi double kalau dipotong. Kita bisa menerapkan antifragility di kehidupan sehari-hari *tentu bukan dengan mencoba menumbuhkan kepala menjadi dua wkwk *:
Membuat lebih banyak pilihan
Di buku ini diberi contoh untuk menghindari fragility di bagian keuangan kita dengan tidak hanya berpegang dengan satu pekerjaan atau satu salary. Kita perlu memiliki penghasilan lain untuk mencegah kita menjadi lemah saat di-PHK di pekerjaan utama. Kita bisa mencoba untuk memonetize hobi kita atau mengambil kerja sampingan. Kalau saya sendiri berpikir ini bisa dilakukan oleh ibu rumah tangga sebagai langkah untuk menjadi antifragile jika suami tidak dapat memberikan nafkah lagi karena suatu hal atau untuk menambah uang jajan sendiri. Saya melihat teman saya sudah menerapkannya dengan berjualan online.
Note for my self: karena hobi saya bernyanyi tapi tidak mungkin dimonetize, saya mencoba hobi baru yaitu memasak, semoga gangekitchen bisa segera buka ketring, aamiin, hihihi. Selain itu, bisa juga ambil side job jadi freelancer dengan kemampuan yang ada.
Mitigasi Resiko
Sebenernya judul di bukunya sangat panjang, wkwk. Contohnya adalah jika kita memiliki uang 100 juta dan ingin kita investasikan, maka taruhlah sebagian besar e.g di tempat yang resikonya kecil, misal 70 juta di deposito. Kemudian sisanya bisa kita investasikan di beberapa saham, misal 6 juta di 5 saham. Intinya kita mengambil resiko kecil yang bisa menghasilkan reward yang besar tanpa harus menjebakkan diri kita dalam bahaya. Jadi, uang kita yang di saham bisa saja nilainya menurun atau bahkan naik berkali-kali lipat tapi kita masih aman dengan menyimpan sebagian besar uang kita di deposito.
Hindari hal-hal yang membuat fragile
Kita perlu tahu apa saja yang bisa membuat kita lemah, bisa dalam bentuk barang, orang ataupun kebiasaan buruk. Bagi yang membuat resolusi tahun baru, bisa dimasukkan ke dalam tantangan untuk tahun depan nih, apa yang perlu kita hindari. Contoh dari bukunya: berhenti mengemil di antara jam makan (bukunya menyindir saya wkwk), makan manis seminggu sekali, berangsur-angsur bayar semua hutang, menghindari menghabiskan waktu dengan orang yang toxic. atau batasi waktu sosial media e.g 20 menit per hari.
Note for myself: Saya perlu menghindari makan terlalu banyak, selain diet, juga bikin malas. Terlalu bergantung atau berharap banyak dengan orang lain. Berharaplah hanya kepada Allah SWT.
Itu saja sih jurus antifragile yang dibahas di buku itu. Kalau mau pinjam bisa hubungi saya langsung, tapi waiting listnya udah banyak XD.
Last but not least, Quotes yang saya suka di buku ini, dan memang ada di bagian kesimpulan bukunya XD :
Life is not a problem to be solved. Just remember to have something that keeps you busy doing what you love while surrounded by the people who 💕 you.