Day 39: Tidak Sesepi Itu

Sebenarnya tidak ada yang terlalu menarik untuk diceritakan, tapi untuk menjaga konsistensi menulis, mari ceritakan apa saja yang ada. Orang bilang kalau kualitas di atas kuantitas, tapi kalau saya menunggu kualitas dulu, saya akan melewatkan kesempatan belajar dengan banyak mencoba. Apa sih Jul, wkwk #mencarialasan

Akhir pekan adalah waktunya beberes dan bersih-bersih masif. Kamar saya sebenarnya termasuk luas, dibanding dengan kamar-kamar lain di kosan saya, kamar mandinya bahkan bisa dibuat untuk break dance (?), namun kamar saya tetap terlihat sempit karena banyaknya barang. Ibu kos pun bilang, kalau saya hanya perlu menatanya dengan benar.

Setelah saya selisik, ternyata saya sering sekali menyimpan barang yang sebenarnya tidak saya pakai lagi namun terlalu saya buang, seperti kardus, goodie-bag, barang rusak, dll. Hal tersebut memenuhi lemari saya sehingga saya tidak bisa menyimpan barang lain. Setelah membuang beberapa barang yang sudah tidak dipakai (tidak dengan metode Marie Kondo), akhirnya saya bisa menyimpan barang-barang yang sebelumnya saya simpan di kontainer tambahan alias kardus XD ke dalam lemari. Kamar pun kembali luas, bahkan ibu saya langsung notice saat kami video call padahal tidak saya bilang #banggasekali.

Saya juga berhasil menemukan posisi workstation yang tepat untuk membuat wfh lebih nyaman. Bekerja lesehan pun sekarang sudah nyaman dan anti pegal-pegal. Seharusnya jadi lebih produktif ya setelah ini, aamiin. Seprai, selimut dan sarung bantal saya ganti. Suasana kamar pun jadi lebih nyaman dan saya siap untuk beraksi XD

Saya keluar rumah untuk menaruh seprai, selimut, dan sarung ke laundry dan membeli bahan makanan yang perlu dibeli. Saya keluar rumah sekitar pukul 11 siang. Jalanan sepi sekali. Warung-warung banyak yang tutup. Warteg tetap buka dengan memasang tirai untuk menghormati orang berpuasa. Saya berjalan ke tempat laundry dengan leluasa karena tidak ada kendaraan yang biasanya membuat saya harus minggir-minggir. Jalan Setiabudi ini biasanya ramai, bahkan sering juga macet karena mobil mengantri untuk lewat dan pedagang yang mengisi pinggiran jalan. Di dalam hati saya merindukan keramaian, berharap pandemi ini segera berakhir.

Ternyata tidak harus menunggu pandemi. Sorenya, saat saya mencari tajil bersama teman, saya kaget saat saya keluar gang. Di sisi jalan diisi dengan penjual makanan. Ada kolak, ayam goreng, bebek goreng, es kelapa, pempek, jamu, gorengan, kebab, jus buah, sate ayam, dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu XD. Jalanan pun penuh dengan kendaraan dan orang-orang yang membeli makanan. Saya sampai harus minggir-minggir lagi seperti biasanya. Saya kira masa pandemi ini membuat penjual tajil akan kesulitan menjual makanan. Ternyata, tidak sesepi itu.

Day 38: Ramadan Tiba!

 

Alhamdulillah tahun ini kita masih dipertemukan kembali dengan bulan Ramadan. Tahun ini tentunya akan menjadi sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena hadirnya virus Corona di Indonesia. Tahun ini yang berbeda bagi saya adalah:

Bekerja dari Kosan

Perbedaan antara bekerja dari kosan dan bekerja dari kantor saat puasa sebenarnya saya kurang tahu karena hari ini saya belum berpuasa XD. Saat tidak berhalangan seperti ini sebenarnya jadi lebih leluasa kalau bekerja dari rumah karena tidak perlu sembunyi-sembunyi untuk minum. Mau sembunyi dari siapa? wkwk. Mungkin akan menambah waktu tidur jika bekerja di rumah karena tidak perlu lama bersiap-siap ke kantor dan waktu perjalanan ke kantor pun tidak ada. Waktu akan terasa lebih lama atau lebih cepat tergantung dari ketertarikan dengan apa yang dikerjakan. Jika senang, waktu akan berjalan lebih cepat.

Sahur dan Buka Puasa Pertama tidak di Rumah

Terlepas saya berhalangan atau tidak, biasanya saya sahur dan berbuka puasa di rumah bersama keluarga. Biasanya makanan sahur di hari-hari pertama adalah rendang. Makanan mewah yang bisa awet berhari-hari. Sekarang sih saya di kosan saja, namun saya tidak kuasa memasak rendang sendiri, takut dimarahi bu kos kalau terlalu lama memasaknya dan takut gagal dan mubazir nantinya. Biarlah menjadi menu spesial di rumah.

Shalat Dzuhur sambil Mendengarkan Tausiyah di Mushalla lantai 6

Bukan maksudnya shalatnya sambil mendengarkan ya. Saat bulan puasa, biasanya di mushalla lantai 6 ada ceramah dari Pak ustadz  setelah shalat berjamaah. Mushalla lantai 6 di mal sebelah kantor adem sehingga membuat betah berlama-lama di sana. Tidak sampai melewati jam kerja tapinya. Sayangnya tidak bisa tidur di sana. Sekarang mari shalat munfarid saja, ceramahnya nonton di vidio.com : Tanya Pak Ustadz. #tetappromosi

Beli Tajil dan Makanan di B2 atau Delicae, lalu Makan Bersama di Breakout

Ini bagian yang paling dirindukan karena sudah 3 tahun terakhir berturut-turut saya lebih sering buka puasa di kantor bersama teman-teman. Biasanya kami bersama-sama membeli tajil dan makanan berat di kantin di basement 2. Bihun goreng, bakwan, kelapa muda, kolak, es buah, lontong, dkk semua ada di sana. Tidak saya beli semua juga sih karena kebanyakan.

Kalau sedang mau makanan yang lebih fancy bisa membelinya di lantai 5 mal sebelah kantor. Kami membeli makanan takeaway dan makan di breakout kantor (semacam tempat makan dan berkumpul). Biasanya hari-hari pertama puasa tempat makan sangat penuh sehingga sulit menemukan tempat kosong. Kalau ada acara buka bersama yang resmi, kadang kami makan di luar dengan memesan tempatnya terlebih dahulu.

Cukup sedih sih tahun ini tidak bisa begitu, tapi sisi baiknya adalah puasa tahun ini bisa lebih hemat, aamiin.

Tarawih di Mushalla LG 

Setelah buka puasa bersama di kantor, beberapa dari kami memilih untuk shalat tarawih di mushalla LG mal sebelah kantor, sisanya memilih untuk shalat di mushalla/ masjid dekat rumah. Sebenarnya saat maghrib, mushalla tersebut menyediakan makanan dan minuman gratis. Sayangnya, saya jarang kebagian karena memang peminatnya sangat banyak dan saya yang kurang berusaha juga. Saya senang shalat di sana karena nyaman dan dekat kantor juga sehingga hanya perlu membawa alat shalat saja.

Tester Kue

Saat bulan puasa, beberapa teman saya menjual kue kering. Biasanya mereka membawakan testernya terlebih dahulu yang biasanya dibungkus dengan plastik berisi contoh masing-masing kue. Lumayan untuk menjadi tajil untuk berbuka puasa. Tenang, saya juga beli kok, bahkan ada yang habis sebelum lebaran tiba XD.

 

Screen Shot 2020-04-24 at 23.17.55

Day ke- 37: Dejavu

Minggu ini termasuk minggu yang cukup membuat saya sedih. Dua teman kosan yang selama ini menjadi partner memasak dan juga berangkat ke kantor memutuskan untuk pergi dari kosan. Meninggalkan GangEKitchen3, menyisakan saya seorang.  Wajar saja sih, dibandingkan kosan ditinggalkan tapi tetap dibayar, lebih baik sekalian pindah saja. Periode WFH pun diperpanjang hingga 13 Mei, dan mungkin akan menjadi lebih lama dari itu mengingat PSBB Jakarta diperpanjang hingga 22 Mei. Selain itu, jika sudah selesai pun nantinya jika belum mendapat kosan masih memungkinan untuk pulang pergi rumah-kantor.

Walau mereka sebenarnya sudah hampir sebulan meninggalkan kosan dan saya sudah mulai terbiasa, namun tetap saja terasa sedih. Yang ditinggalkan biasanya lebih sedih dibanding yang meninggalkan. Saya jadi ingat masa lampau saat wisuda Maret 2015, saat banyak teman-teman dekat saya lulus. Saya datang saat syukwis memberikan persembahan alias demonstrasi app yang pernah saya ceritakan di pos-pos sebelumnya, namun saya tidak bisa datang saat wisuda. Saya tidak kuat. Selain sedih karena belum lulus, tapi lebih sedih untuk membayangkan bagaimana menjalani hari-hari mengerjakan tugas akhir tanpa mereka. Saya jadi teringat foto ucapan selamat wisuda sederhana yang saya buat. Berikut penampakannya:

Inception in March
Inception in March 

Logo kubus terbalik berwarna merah putih hitam itu adalah logo Inception, nama dari angkatan jurusan Teknik Informatika + Sistem dan Teknologi Informasi tahun 2010. Mungkin pembaca sudah bisa tebak maksud dari foto di atas. Foto wisudawati menggunakan toga di atas bulan Mars yang menandakan wisuda di bulan Maret, wkwk. Absurd juga dipikir-pikir, tetapi saya bangga saja membuatnya untuk setiap wisudawan dengan modal Powerpoint wkwk.

Saya pikir setelah mereka lulus, saya akan merasa sendirian dan menjalani hari-hari dengan berat *lebay* . Alhamdulillah, sedihnya tidak berlarut-larut hingga berhari-hari. Patah tumbuh hilang berganti. Saya diberikan teman-teman baik lainnya yang menemani hari-hari di kampus setelah itu. Saya pikir ini keadaannya mirip dengan sekarang, Insya Allah akan ada teman-teman baik lainnya yang akan menemani di masa-masa pandemi seperti ini, membentuk GangEKitchen3 v.2.0 *haha* Dan setelah pandemi ini berakhir, semoga GangEKitchen formasi awal akan berkumpul kembali.

Minggu ini juga terasa cukup berat karena sariawan dan keram perut. Sariawan yang diakibatkan kawat gigi yang bergeser terlalu banyak hingga menusuk pipi. Sebenarnya saya sudah menahannya dua minggu, tapi minggu ini terasa lebih sakit karena ternyata bagian yang tertusuk itu membengkak. Saya memutuskan untuk mengganti nasi dengan bubur untuk mengurangi kegiatan mengunyah. Hari ini juga saya mengalami keram perut sehingga saya tidak bisa bekerja setengah hari. Perut saya terlalu sakit sehingga saya pun tidak bisa membeli obatnya ke warung. Saya sudah pasrah karena pesan via ojek online pun tetap harus berjalan cukup jauh karena ojol dilarang masuk melewati portal. Alhamdulillah ada teman kantor yang sangat baik yang mau membelikan dan mengantarkannya ke kosan.

Bukankah lebih mudah jika pulang saja ke rumah?

Betul. Tapi saya punya alasan sendiri. Saya merasa lebih produktif di kosan (aamiin) dan saya juga merasa saya belajar hal banyak selama masa karantina di kosan ini. Saya mulai percaya diri dengan masakan saya *sebelumnya masaknya bareng-bareng terus jadi sebelumnya ragu kalau sendiri* dan selama ini baru sekali dua kali makan dari luar *sebuah pencapaian untuk saya yang dapur kosannya nya di lantai 4 ini*  Saya juga mencoba membuat cemilan sendiri, yang akhirnya lebih banyak dimakan sendiri karena teman kosan baru masih segan untuk mengambil banyak *atau karena tak enak?* wkwk.

Di sisi lain, saya juga mencoba mengontrol emosi saya sendiri. Saya berusaha untuk lebih tegar, mengurangi rasa cemas dan panik saya setelah melihat berita-berita di sosial media, dan juga menjaga agar pikiran tetap positif agar tidak stress dan imunitas bertambah. Walau caranya masih salah sih, saya menjadi lebih banyak menonton siaran ulang salah satu acara komedi di salah satu tv nasional, wkwk. Selanjutnya, lebih banyak membaca buku dan mengasah skill. Masih saja menjadi PR XD.

Day 24: Bosan?

Tidak terasa sudah 3 minggu lebih di kosan saja. Tidak bertemu keluarga dan teman-teman kantor.2 minggu tanpa teman-teman geng kosan. haha. Awalnya saya ragu: apakah saya yang ekstrovert berat ini bisa di kamar saja tanpa bertemu banyak orang?

Setelah melalui hari-hari awal yang berat karena sakit tipes, akhirnya mulai bisa menikmati rutinitas baru ini. Yang awalnya takut bingung mau ngapain aja di rumah, sekarang sih malah banyak hal yang mau dilakukan tapi ternyata walau di rumah saja ternyata tidak semua bisa dilakukan. Siangnya WFH, malamnya masak makanan buat besoknya (awalnya masak di siang hari tapi ternyata lebih efisien malam hari). Setelah masak, capek lalu tidur haha. Seharusnya meluangkan waktu lagi buat baca buku dan ngoding.

Games yang sudah di-download pun terbengkalai. Saya berlangganan AirConsole agar bisa main bersama sama Fani dan Widya kalau akhir pekan pun tidak pernah dipakai lagi karena mereka pulang ke rumah. Saya mencoba Apple Arcade pun baru dimainkan beberapa. Saya harus mengatur waktu saya lagi supaya tidak mubazir, wkwk.

Akhir pekan saya masih lebih banyak menonton dan mencoba membuat makanan jajanan seperti cilok dan cakwe. Teman-teman saya juga mengadakan tantangan memasak. Minggu lalu tantangannya adalah membuat bubur ayam lengkap. Seru juga mengikuti resep di internet dan ternyata cukup berhasil. Long weekend in bikin apa ya? * Belajar jangan lupa tapi Juuul* Oh iya, karena masakannya lebih banyak dimakan sendiri berat badan yang turun setelah sakit sudah kembali lagi dengan cepat, wkwkkw.

Salah satu permasalahan yang belum diselesaikan adalah workstation di kosan. Sepertinya posisi bekerja saya masih kurang tepat sehingga badan saya banyak membungkuk dan pegal-pegal. Mau beli meja dan kursi tinggi tapi di kosan sudah penuh dengan barang. Mungkin harus membeli kursi lesehan yang enak. Mari lihat-lihat dulu di online shop, wkwk

Semoga wabah ini bisa segera selesai dan kita bisa kembali ke aktivitas normal. Aamiin

Hari ke-17: Jajan

Hari ini saya mau mengapresiasi diri sendiri yang akhirnya minggu ini full bekerja dan masak sendiri tanpa izin sakit seperti minggu-minggu sebelumnya. Minggu ini terasa sangat cepat. Minggu lalu saya ragu apakah bisa betah di kosan, dan apa lebih baik pulang ke rumah saja. Melihat kondisi seminggu ini yang ternyata masih mudah mencari makanan dan masih ada teman seperjuangan lainnya di kosan, saya merasa tidak perlu terlalu merasa khawatir. Setelah dijalani, tidak seburuk apa yang saya pikirkan di awal.

Hari ini saya memutuskan untuk jajan keluar. Saya penasaran dengan kondisi daerah sekitar. Portal – portal di gang sekitar rumah sudah mulai ditutup sehingga tidak semua orang bisa masuk gang jika tidak ada keperluan. Gojek yang membawa paket atau makanan tidak dapat masuk sehingga dititipkan di keamanan di pintu masuk gang. Tempat cuci tangan pun sekarang ada dimana-mana. Di depan minimarket, di pintu masuk gang, dan tempat-tempat umum lainnya.

Di daerah sekitar kosan saya, di Setiabudi, warteg dan beberapa jajanan masih buka, walau tak sebanyak dulu. Warteg masih terlihat banyak yang membeli di siang hari, tapi tidak boleh makan langsung di sana. Masih mengantri kalau membeli. Makanan favorit saya, cimol dan batagor juga masih berjualan, namun tidak seramai sebelumnya. Jus buah dan penjual ubi bakar cilembu juga masih buka. Sayangnya, tukang buah dan rujak tidak terlihat sehingga saya perlu mencari penjual buah, beruntung saya sudah menemukan yang bisa dipesan lewat WA dengan harga lebih terjangkau dibanding di minimarket terdekat. 

Kalau melihat di sosial media, banyak yang membagikan keprihatinannya dengan penjual kaki lima, penjual keliling atau pengusaha warung yang sepi penjualannya di kala wabah seperti ini. Saya jadi termotivasi untuk jajan di luar sekali-kali walau di sisi lain, saya takut juga. Hari ini saja saya keluar sebentar tapi merasa tidak enak badan setelahnya. Mungkin saja karena saya yang kurang tidur tadi malam karena mencoba Dalgona Coffee buatan teman saya. Bisa juga itu adalah respon tubuh yang sedang bertahan melawan virus-virus dari luar. Semoga wabah ini segera berakhir agar pedagang-pedagang bisa kembali banyak yang membeli dan saya bisa jajan dengan tenang tanpa rasa takut. Aamiin

Hari ke-16: Mengenal Teman Kosan

Hampir setahun setengah saya di kosan dan saya hanya mengenal teman kosan yang juga teman kantor: Widya dan Fani. Sebenarnya banyak penghuni kosan saya ini, kurang lebih ada 20 orang (termasuk saya), tapi karena saya lebih banyak berada di kantor dibanding di kosan, saya jarang bertemu dengan penghuni-penghuni kosan, kecuali teman yang sekantor dan Mba kosan. Jangankan mau kenalan, bertemu saja jarang.

Kosan saya ini banyak sekali yang berminat, karena harganya yang murah untuk ukuran di Setiabudi. Walaupun murah, kosan ini bersih dan fasilitasnya cukup lengkap, harga sudah termasuk listrik dan laundry empat potong. Teman saya sering menanyakan ke saya jika kosan saya ada yang kosong. Sayangnya, jarang sekali ada kamar kosong. Jika ada, biasanya sudah ditag oleh temannya teman kosan. Saya pun juga begitu, jika ada yang kosong saya langsung menghubungi teman saya dan nge-tag kamarnya ke Mba Kosan.

Bulan Januari lalu, temannya teman SMA saya menghubungi saya jika ada kamar yang kosong. Dia sudah lama ingin pindah ke kosan saya, namun belum ada yang kosong. Dia mengekos di kosan di jalan sebelah dan harus pindah karena akan direnovasi.  Dia membutuhkan dua kamar kosan, satu untuk temannya, satu untuk dirinya sendiri. Pucuk dicinta ulam pun tiba, wkwk. Kebetulan sekali kosan ada yang kosong, tepat dua kamar. Saya langsung bilang ke Mba Kosan agar tidak diambil oleh orang lain. Akhirnya ada yang saya kenal lagi selain teman kantor, wkwk.

Semenjak wfh (work from home), saya menjadi mengenal lebih banyak teman-teman kosan. Saat keluar karena ada penyemprotan, saya menjadi kenal dengan penghuni kosan nomor satu, yang lampu kosannya selalu menyala kalau saya lewat pagi ataupun malam. Ternyata dia juga bekerja di bidang IT, menjadi programmer dengan bahasa C#. Dia bekerja remote, jadi dia memang selalu bekerja dari kosan, pantas lampunya selalu menyala.

Hari ini, saya berkenalan dengan tiga orang baru. Awalnya saya diajak teman kosan  saya (temannya teman SMA) itu untuk main ke kamarnya bersama teman kosan yang pindah bersamaan dengannya. Mereka mungkin kasihan melihat saya sendirian di kosan setelah ditinggal Fani dan Widya pulang ke rumah. Kami makan bersama. Mereka membuat pop corn dan kopi yang sedang populer: Dalgona Coffee. Kopi yang memerlukan tenaga ekstra untuk mengocok campuran kopi hitam, gula, dan air hangat. Mereka membuat banyak sekali sehingga mereka juga mengundang teman-teman kosan lain untuk menghabiskannya. Dari situlah saya bisa berkenalan dengan teman-teman kosan lainnya. Ada yang ternyata seangkatan dengan saya. Ada juga yang bekerja di narasi tv dan ada juga yang penghuni kosan dari awal berdiri.  Ternyata mereka juga stay di kosan, tidak mudik ke rumahnya. Saya jadi tidak merasa sendirian.

Sekarang saya sudah  mengenal 8 dari 19 orang penghuni kosan. Semoga besok saya bisa mengenal 11 orang lainnya.

The more the merrier.

XD

 

April!

Awal April ini menandakan tahun ketiga saya setelah wisuda. Dulu teman-teman saya sering meledek saya, wisudanya 1 April? jangan-jangan April Mop, wkwk. Banyak hal yang berubah setelah wisuda, yang bisa dibaca juga di pos-pos saya sebelumnya. Namun ada yang masih sama, perasaan ingin kuliah dengan lebih baik lagi.

Apakah berarti mau melanjutkan kuliah ke S2? Sempat terpikirkan, tetapi untuk sekarang mari fokus jadi iOS Engineer yang benar dulu. Jangan sampai menyesal karena belum bersungguh-sungguh, seperti saat kuliah dulu. Namun jika ternyata kesempatan terbuka, saya akan mencoba mengambilnya.

Bulan April juga merupakan bulan kelahiran saya. Saya tersadar saat membuka email dan mendapatkan ucapan ulang tahun dari suatu e-commerce padahal tanggalnya masih lama. Alhamdulillah mendapatkan promosi, wkwk. Kalau bulan kelahiran memang biasanya suka ada promo, seperti makanan atau minuman gratis gitu di tempat makan dekat kantor. Tahun ini, belum tahu bisa menikmati promo atau tidak, karena wabah Corona ini yang mengharuskan berada di rumah.

Di bulan ini juga bulan Ramadhan dimulai, yaitu tanggal 24 April 2020, yang berarti 23 hari lagi!. Saya berharap bulan puasa ini semua menjadi normal kembali dan saya bisa berkumpul bersama keluarga di rumah untuk berpuasa bersama. Semoga perekonomian membaik sehingga semua bisa menyambut Ramadhan dengan riang gembira tanpa khawatir. Aamiin