Beruntung

Saya kira pagi itu saya sedang tidak beruntung.

Saya sudah berjanji dengan teman saya pada hari itu untuk bersepeda bersama. Janjian di jembatan halte Dukuh Atas karena kita mau ke utara. Kalau ke selatan janjiannya di jembatan halte Benhil. Sebenarnya harusnya hari sebelumnya sih, namun saya ketiduran setelah subuh, padahal malam sebelumnya sudah saya siapkan kostumnya, wkwkw. Saya dan teman saya baru saja mendapatkan jersey hasil ikut virtual run, jadi kami mau pakai saat bersepeda bersama. Setelah bangun saya langsung menjauh dari tempat tidur. Saya pompa kedua ban sepeda dan melumas rantai sepeda agar mudah mengayuhnya. Saya berencana untuk menempuh jarak yang lebih jauh, namun harus cepat agar tidak kesiangan masuk kerja.

Saya akhirnya berangkat jam setengah 6an. Ternyata memang sudah terang ya jam segitu. Saya biasanya berangkat paling pagi jam 6 karena saya kira masih gelap kalau berangkat sebelum jam segitu. Maklum, saya tidak punya jendela, jadi kurang mengobservasi.

Saya memang senang melihat-lihat kiri-kanan kalau sedang bersepeda. Mencoba menemukan hal yang menarik. Di perjalanan menuju halte, saya melihat spanduk menarik di depan suatu rumah. Saya sibuk membaca sambil berjalan sehingga tidak memerhatikan jalan. Ternyata saya berjalan terlalu pinggir dan ada lubang di depan. Jalanannya juga menurun sehingga saya meluncur cukup cepat. Saat melewati lubang, saya jadi oleng dan tidak bisa mengendalikan sepeda. Akhirnya saya terjatuh mengenai aspal.

Lutut saya terasa perih sekali, walau celana saya tidak robek. Saya belum merasa badan saya sakit sehingga saya berniat meneruskan perjalanan saja. Namun ternyata, stang saya bergeser ke kiri sehingga tidak bisa segaris lurus dengan ban sepeda. Untuk bisa berjalan lurus, stang perlu digerakkan ke kiri. Lucu juga kalau dipikir-pikir. Rem tangan pun jadi bergeser ke bawah. Saya coba betulkan ternyata sulit, mungkin tidak kuat kalau dilakukan seorang diri. Jadi saat itu saya pikir, karena tinggal 500 m lagi bisa lah saya bertemu dengan teman saya dulu, siapa tahu bisa dibetulkan bersama pakai tangan wkwk. Saya pun melanjutkan perjalanan dengan posisi stang yang miring XD.

Saat selesai melewati jalan menurun, tak lama setelah itu rantai sepeda saya lepas dari tempatnya. Saya pun berhenti dan mencoba membetulkannya sendiri, saya dulu pernah juga mengalami ini tapi di sepeda yang lain sih. Tak lupa saya mengirim pesan ke teman saya dulu, takutnya dia menunggu tanpa ada kabar. Saya coba memasang dan ternyata sulit, kok lepas terus ya, pikir saya.

Saya berkutat cukup lama di depan kantor kelurahan. Saya berpikir untuk pulang saja dengan menuntun sepedanya, karena memang sulit. Saat saya ingin pulang, tiba tiba ada bapak petugas kebersihan yang menghampiri saya. Dia sedang di warung saat melihat saya kesulitan membetulkan rantai. Bapak itu pun mencoba membantu saya untuk memasang rantai sepeda saya tersebut. Ternyata memang sulit dan perlu membuka penutupnya tersebut menggunakan obeng. Alhamdulillah bapak tersebut memiliki obeng yang pas di mobilnya. Kemudian ada bapak yang satu lagi datang menghampiri saya. Akhirnya saya dibantu oleh kedua bapak tersebut dan Alhamdulillah rantainya bisa terpasang. Karena saya baru memakaikan oli ke rantai tersebut, otomatis tangan kami hitam semua ahhahaha. Saya pun diberikan sabun colek dan spon yang mengandung air. Cuci tangan di pinggir jalan karena tidak ada keran. Tidak bersih-bersih amat namun saya kira saya mau pulang ini kan, jadi lanjut cuci tangan di rumah saja.

Saat mau pulang, terlintas ide untuk pergi ke bengkel langganan saya dulu. Sebenarnya saya tidak yakin kalau bengkelnya buka karena masih pagi. Tapi saya coba saja karena kalau sudah di rumah takutnya malas untuk membawanya ke bengkel. Saya rasa saya masih bisa mengendarai sepeda dengan badan miring kalau cuma 1,3 km saja. Cuma saya sebenarnya malas kalau ditanya kenapa bawa sepedanya begitu, wkwk. Saya berjalan fokus saja, mencoba tidak terlalu memerhatikan orang-orang yang lewat. Namun ternyata ada yang membuat awkward, orang yang lewat di depan saya memakai baju yang sama dengan saya XD (dan saya bertemu satu orang lagi yang memakai baju yang sama di hari yang sama).

Akhirnya sampai bengkel juga. Pintu gerbang ditutup yang berarti bengkelnya masih tutup. Namun saya beruntung karena pemilik bengkel sedang ada di depan pintu rumah. Bapak itu melihat saya dan menghampiri saya. Setelah menjelaskan masalah saya, Bapak pemilik bengkel mau membantu saya dan mengambil obeng yang diperlukan. Alhamdulillah stang saya akhirnya benar. Setelah selesai, Bapak tersebut bilang kalau beliau pikir sebelumnya saya driver Grab yang memakai sepeda karena saya memakai baju hijau XD. Tak lupa bapaknya menyuruh saya cuci tangan karena tangan saya yang masih hitam, wkwk.

Saya mencoba menghubungi teman saya kembali. Ternyata dia masih menunggu saya di jembatan halte dukuh atas. Saya langsung berjalan cepat menuju lokasi. Di jalan, saya melihat orang yang bersepeda juga menggunakan helm yang mirip dengan saya yang miliki. Saya baru sadar saya lupa membawa helm. Akhirnya saya ke kosan dulu untuk mengambil helm.

Saya pikir pagi itu saya sedang tidak beruntung: Jatuh, luka-luka, rantai lepas, ketemu orang yang bajunya sama. Ternyata tidak. Saya beruntung saya jatuh, jadi saya sadar kalau saya sering tidak fokus di jalan sehingga saya bisa lebih hati-hati ke depannya. Rantai yang lepas membuat saya bertemu bapak-bapak petugas kebersihan yang baik yang mau menolong saya membetulkan rantai (saat itu ada beberapa orang yang lewat dan bahkan satpam yang melihat saya tapi tidak bertanya sama sekali). Saya beruntung juga memakai baju hijau, yang walaupun banyak yang sama karena hadiah virtual run, tapi karena saya pakai itu Bapak pemilik bengkel jadi menghampiri saya, wkwk. Luka-luka mengajarkan saya untuk memiliki perlengkapan P3K. Lukanya cukup besar tapi saya baru berikan betadine sehari setelahnya karena tidak ada sama sekali di kosan, wkwk.

Review Mi Smart Band 5

Pada awalnya saya tidak terlalu tertarik untuk membeli smart band karena saya kira hanya untuk menerima notifikasi dan digitisasi jam. Saya sejujurnya lebih suka menggunakan jam tangan analog, itu pun saya sudah tidak pernah memakai jam lagi karena jam tangan yang terakhir saya punya rusak. Jam tangan saya biasanya ada sejarahnya. Jam tangan pertama adalah pemberian ibu saat ujian masuk SMP, saat itu memang dibutuhkan agar saya aware dengan waktu ujian. Jam tangan kedua saya beli sendiri dari hasil les privat anak tetangga saat SMA. Jam tangan ketiga pemberian ayah saya yang saya pakai saat kuliah. Yang terakhir pemberian teman saya saat sudah bekerja. Kok jadi ngomongin jam tangan, wkwk.

Beberapa bulan lalu saya sering merasa jantung berdetak cepat tiba-tiba padahal tidak sedang menonton film seram. Saat itu juga saya sedang memulai olahraga kembali sehingga saya takut tiba-tiba detak jantung saya terlalu cepat dan melewati batas normal (saya takut ada efek operasi padahal saat pra operasi sih pemeriksaan jantung saya normal). Saya merasa membutuhkan wearable device untuk mengontrol detak jantung. Tapi tidak langsung saya beli, saya pikir-pikir dulu mengingat harganya yang lumayan, sayang sekali kalau akhirnya tidak sering saya pakai.

Sampai akhirnya ada flash sale di suatu e-commerce. Saya pun mempertimbangkannya kembali. Saya melihat spesifikasi dari smart band yang dijual tersebut. Ternyata selain pemantau detak jantung, ada fitur-fitur lainnya yang saya butuhkan seperti sport tracker (ada 11 olahraga yang bisa ditrack), pemantau tidur, pemantau stress, melatih pernafasan (ini maksudnya supaya lebih tenang), period tracker (ini khusus wanita), pengingat kalau terlalu lama idle dan juga fitur umum seperti notification alerts, pemutar musik, alarm, stopwatch, dll.

Namun fitur yang paling saya suka ada 3:

  1. Sleep Monitoring
    Saya tidak pernah mencatat waktu tidur saya dan saat itu jam tidur saya sedang acak. Setelah saya menggunakan fitur ini saya jadi tahu lebih detil kapan saya mulai terlelap, kapan memasuki fase REM (Rapid Eye Movement, tahap penting untuk recovery), deep sleep, light sleep dan durasinya. Ada analisisnya juga yang bisa kita lihat untuk membantu kita mengetahui kualitas tidur kita. Saya sering kurang tidur kecuali saat bulan lalu, wkwk. Oh iya analisis tidurnya bisa dilihat di aplikasi Mi-Fit yang akan tersinkronisasi dengan Mi-Band dan bisa juga disinkronisasi dengan aplikasi kesehatan lain. Contohnya seperti ini:

2. Sport Tracking
Sebenarnya ada 11 olahraga yang bisa di-track : rowing machine, elliptical, yoga, outdoor running, outdoor cycling, pool swimming, indoor cycling, jump rope, treadmill, power walking, dan freestyle, namun yang saya lakukan cuma 3, yaitu outdoor running, outdoor cycling dan power walking. Sebenarnya bisa dilakukan oleh strava juga sih kalau mau tracking saja, tapi selain bisa sekalian mengecek detak jantungnya, saya juga bisa lebih mudah untuk dibawa, dibanding melihat handphone terus. Laporan hasil olahraganya juga ada di aplikasi Mi-Fit, saya paling suka melihat jumlah kalori yang dibakar wkwk dan juga zona detak jantungnya.

Saya sedikit ragu sebenarnya sama jumlah kalori yang di bakar.

Agak aneh ya mengapa anaerobik dan aerobik durasinya sama tapi grafiknya beda

3. Notification Alert dan Pengingat Idle
Ini penting banget saat WFH di kosan. Saya sering sekali kalau baca notifikasi pesan langsung di handphone itu malah jadi buka sosial media, terdistraksi gitu. Jadi sekarang tidak perlu banyak melihat handphone untuk mengetahui pesan penting yang masuk, tinggal menunggu smart band bergetar saja. Oh iya saya juga silent HP saya walau di kosan, saya baru sadar kenapa tidak dinyalakan saja suaranya ya lalu masalah selesai, hahahha. Saya baru sadar beneran guys. Tapi memang saya tidak terlalu suka bunyi notifikasi sih, wkwk alasan. Selain itu, saya juga suka fitur pengingat untuk bergerak jika kita diam di posisi yang sama dalam waktu yang lama (saya tidak tahu tepatnya), jadi pengingat saya untuk menari-nari sebentar.

Oh iya, yang termasuk dalam paket pembelian itu hanya band dengan strapnya dan chargernya saja. Charger Mi Band 5 sudah magnetic dan tidak perlu membuka strapnya dulu untuk charging. Strap bawaan berwarna hitam jika ingin warna lain bisa membelinya secara terpisah. Tema dari layar band juga bisa diganti-ganti dan menampilkan data seperti jam (tentunya), jumlah langkah yang telah dilakukan dan heart beat yang dipantau setiap menit.

Saya sih tidak menyesal untuk membeli ini karena saya bisa mengontrol kesehatan saya melalui kualitas tidur dan olahraga. Tapi sebenarnya kalau hanya ingin tracking olahraga banyak aplikasi yang gratis. Saya juga jadi termotivasi untuk olahraga juga karena bisa melihat estimasi kalori yang terbakar, wkwk.


Kemampuan Bahasa Inggris: Berbicara Di Depan Umum

Tahun tahun berikutnya setelah interview Bahasa Inggris di perusahaan Jepang itu saya tidak banyak berbicara bahasa Inggris lagi. Saat mendapatkan kerja pertama kali , lulus kuliah, lalu kerja lagi (proses hidup saya memang tidak semulus yang lain XD), saya tidak banyak berbicara Bahasa Inggris lagi sampai di perusahaan yang sekarang. Saya tidak mengira akan banyak menggunakan Bahasa Inggris lagi di perusahaan sekarang karena saya kira pegawainya adalah orang Indonesia semua. Walaupun VP Engineering dan CTO saat itu adalah orang asing, tapi mereka bisa bahasa Indonesia juga. Ternyata saat itu perusahaan sudah mengakuisisi BBM yang sebelumnya dimiliki oleh perusahaan Kanada (Blackberry Limited). Tidak hanya aplikasinya, namun juga beberapa kantor dan pegawainya yang ada di sana sehingga kami perlu berkerja sama dengan timezone yang berbeda. Perbedaan waktu dengan kantor di Canada (saya lupa di kota mana saja, yang saya ingat Mississauga) adalah 11 jam. Jadi saat itu kantor kami seperti on 24 jam, siangnya Indonesia bekerja dan malamnya Canada.

Saat pertama kali saya masuk, saya ditempatkan di team yang product manager-nya adalah orang Kanada. Saya saat itu sebagai test engineer perlu banyak berkomunikasi dengan PM untuk menentukan acceptance criteria dan juga jika ada ada masalah dengan bug yang didapatkan. Saat itu untungnya saya tidak sendiri karena pair programming. Saya masih ingat saat conference call pertama kali, gugupnya parah, dan perlu mengulang perkataan beberapa kali, haha. Selain dengan PM, kami juga ada conference call rutin per minggu dengan Test Engineer di Canada. Kadang malam hari kadang siang hari, gantian. Kalau ini karena ada teman saya yang lebih jago dari saya, saya jadi lebih banyak mendengarkan saja.

Sampai akhirnya ada saatnya perwakilan dari TE Canada yang datang ke Indonesia. Bahkan saya harus pair programming juga untuk sharing knowledge. Tentu deg-degan karena saya tidak pernah berbicara bahasa Inggris seharian dan perlu menjelaskan sesuatu haha. Di sisi lain excited juga karena bisa berbicara langsung dengan native speaker. Awalnya memang tidak mulus sih, karena saya gerogi parah, untung teman saya tersebut baik dan meminta saya untuk berbicara pelan-pelan wkwkwk. Setelah pengalaman pertama itu saya menjadi terbiasa. Hampir setiap bulan selalu ada kolega dari perusahaan luar yang datang. Saya juga pernah pair-programming lagi dengan TE dari Vietnam selama 2 minggu. Oh iya, saat itu perusahaan juga menghire outsource dari suatu perusahaan Vietnam. Tahun-tahun bersama BBM itu adalah tahun yang menyenangkan juga karena bisa menambah teman dari negara lain dan juga banyak jalan-jalannya. Sama seperti saat kuliah dulu, saya cukup sering menemani kolega dari luar negeri tersebut mengunjungi tempat wisata menarik di Jakarta (Monas termasuk tentunya) bahkan ada yang mau ikut naik KRL ke Bogor! Kami wisata kuliner dan mengunjungi Kebun Raya Bogor.

Oh iya mengenai public speaking,untuk meningkatkan skill bahasa Inggris terutama di depan umum, perusahaan memberikan fasilitas untuk belajar Bahasa Inggris melalui klub Bahasa Inggris yang bernama Toastmasters. Di klub tersebut tidak hanya ada orang kantor saja, tapi juga ada orang-orang lain karena memang klub yang dibuka untuk umum. Ada semacam kurikulum seperti level yang bisa dicapai setelah menyampaikan speech. Setiap menyampaikan speech pun diberi masukan dari teman-teman lain yang juga bisa digunakan untuk berlatih Bahasa Inggris, Saya ikutan namun saya tidak disiplin untuk rutin menyampaikan speech jadi levelnya tidak naik-naik XD. Hingga akhirnya harus presentasi dalam Bahasa Inggris di India karena menjadi pembicara di konferensi Appium. Saya menyesal tidak disiplin belajar public speaking di Toastmasters wkwkkw. Saya pun tidak banyak berlatih di depan umum jadilah geroginya muncul di level internasional hahahah.

Kemampuan Bahasa Inggris: Interpersonal

Dari semua komponen kompetensi Bahasa Inggris: Reading, Listening, Writing dan Speaking, memang Speaking lah yang dari dulu paling buruk. Apalagi kalau harus bicara di depan umum, dengan bahasa Indonesia saja saya masih sering salah. Saat di kampus dulu saya pernah diledek oleh teman saya, di depan cukup banyak orang di lab, kalau saya tidak bisa survive untuk hidup di luar negeri karena bahasa Inggris saya yang mungkin sulit dimengerti (kecuali kalau ditulis). Saat itu kalau tidak salah pas banget saya juga baru ditolak untuk research internship di Jepang dan gagalnya memang saat proses interview. Interview langsung dengan wakil dosen peneliti dari Jepang yang sedang berkunjung di kampus. Saya tidak marah ke teman yang meledek saat itu secara langsung karena dia benar, tapi hati tetap saja kesal.

Saya mengakui saat itu memang jarang berlatih percakapan bahasa Inggris dengan teman, apalagi native speaker. Tapi setelah kejadian itu, saya diberikan banyak kesempatan untuk berlatih berbicara dengan Bahasa Inggris, baik dengan orang Indonesia lainnya ataupun orang asing, baik native speaker maupun bukan.

Program studi saat saya S1 dulu itu memang dekat dengan beberapa universitas di Jepang, sehingga cukup banyak kesempatan untuk research internship ataupun melanjutkan kuliah di sana. Setelah teman-teman saya yang terpilih kembali ke Indonesia, ada beberapa mahasiswa dari Jepang yang juga berkunjung ke kampus saya. Sebenarnya tidak hanya prodi saya sih, tapi ada dari prodi lainnya juga. Saat mahasiswa dari Jepang datang ke kampus, saya berkesempatan untuk ikut menemani dan mengajak jalan-jalan di Bandung bersama teman lainnya. Dari situlah saya pertama kali bicara full Bahasa Inggris dan berusaha agar bisa dimengerti orang asing hahhaha.

Awalnya saya lebih banyak diam. Saya tidak percaya diri sama sekali apalagi setelah diledek (haha tidak boleh menyalahkan begitu ya harusnya). Saya tidak melempar banyak topik, dan membiarkan teman saya saja yang banyak mengajak ngobrol. Namun akhirnya ada momen saya ditinggal sendirian, dan ternyata tidak terlalu parah. Setelah pengalaman pertama itu saya jadi senang menjadi guide wkwk. Saya setuju saja saat ditawari untuk mengajak main keliling Bandung atau mengajak makan bersama (apalagi dibayari kaprodi wkwk). Seru juga jadi punya teman internasional. Tidak semua mahasiswa asing yang datang kemudian berkomunikasi lagi setelah pulang sih, lebih banyak jadi teman di Instagram atau Facebook. Hanya satu yang berkomunikasi lebih lanjut, lewt FB dan Line, menanyakan kabar masing-masing dan mengirimkan foto (bukan foto diri, tapi pemandangan tentunya). Namun setelah setahun berlalu akhirnya lupa juga sih hahaha.

Setelah menjadi guide untuk mahasiswa Jepang, kemampuan Speaking saya sih sebenarnya tidak meningkat tajam juga. Yang meningkat itu kepercayaan dirinya. Saya pikir saya tidak perlu grammar yang sempurna, yang penting lawan bicaranya mengerti. Efeknya terasa saat saya interview kerja dengan Bahasa Inggris di dua perusahaan Jepang. Saya merasa tidak terlalu terbata-bata dibandingkan saat interview research internship yang lalu. Hasilnya sih tetap saja ditolak, karena memang kemampuan teknikalnya yang memang biasa saja dibandingkan teman saya yang lain. Namun masih ada satu hal yang masih belum dipelajari: berbicara di depan umum dengan Bahasa Inggris.

September Mis(t)ery: Operasi Bukan Perjuangan Terakhir

Saya menemukan fakta lain saat bertemu psikiater. Saya baru ingat kalau ada bagian dari diri saya yang sudah hilang. Bagian tersebut sangat berarti untuk saya karena berperan penting untuk:

  • Melakukan kontrol terhadap proses pembakaran kalori yang dilakukan oleh tubuh.
  • Mengontrol kecepatan pengolahan makanan dalam sistem pencernaan.
  • Membantu mengatur irama detak jantung dan tekanan darah.
  • Menaikkan atau menurunkan suhu tubuh.
  • Mengontrol kecepatan tubuh dalam melakukan reproduksi sel.
  • Membantu pertumbuhan pada anak-anak
  • Mengoptimalkan pertumbuhan otak, terutama pada anak-anak.
  • Mengaktifkan sistem saraf untuk meningkatkan daya fokus dan kecepatan refleks tubuh.

Saya sudah tidak memiliki kelenjar tiroid. Ya, saya menjalani operasi thyroidectomy bulan Juli lalu yang membuat saya otomatis menjadi hipotiroid. Saya sebelumnya tidak menyadari akan ada perubahan berarti di tubuh saya. Dokter saya tidak banyak menjelaskan pengaruh kondisi hipotiroid pada tubuh. Saya hanya perlu rutin meminum Levothyroxine sebagai pengganti kelenjar tiroid yang hilang. Tidak ada pantangan apapun. Saya masih bisa beraktivitas seperti sebelumnya.

Awal-awal setelah operasi memang saya tidak merasakan ada yang berbeda dari sebelumnya selain lebih baik karena tidak sering sakit kepala dan demam lagi. Namun pada bulan bulan berikutnya saya merasa sering lemas. Keluhan keluhan yang saya sampaikan di pos sebelumnya. Setelah mengetahui fakta dari psikiater tersebut saya kemudian banyak membaca mengenai hipotiroid, mengikuti komunitas sesama pejuang gangguan tiroid di profil Instagram Pita Tosca, dan menonton video-video edukasi di kanal Youtube Pita Tosca.

Saya membaca dan menonton keluhan-keluhan dari sesama penderita hipotiroid. Ternyata hampir sama dengan saya: lemas di pagi hari, berat badan mudah naik, brain fog dan juga terkena mood swing yang dapat mengakibatkan depresi. Saya perlu aware dengan perubahan suasana hati yang sangat cepat dan berjuang untuk tidak terjebak di dalamnya. Stop berpikir negatif dan alihkan ke hal yang disuka. Kalau susah dilakukan sendiri, langsung melambaikan tangan ke teman – teman, no more diem diem aja dipendam sendiri. Boleh malas, tapi dibatasi. Strategi manajemen stress lengkapnya bisa ditonton di sini:

Saya juga perlu lebih memerhatikan apa yang saya makan. Ternyata ada makanan dan minuman yang mempengaruhi penyerapan hormon tiroid. Lengkapnya ada di halaman berikut: https://www.healthline.com/nutrition/hypothyroidism-diet. Saya tidak bisa meminum kopi sesering dulu. Karena makan sedikit saja berat badan mudah naik, saya perlu olahraga lebih rutin. Berlari dan bersepeda. Sayangnya saya tidak punya kolam renang sendiri jadi tidak bisa berenang di masa pandemi ini. Biar bisa ikut triathlon (gaya bangeeet)

Intinya sih, kesehatan fisik berkaitan juga dengan kesehatan mental. Men sana in corpore sano. Perlu mengenali kondisi diri sendiri. Kalau sekiranya ada kondisi mental bermasalah, segera mencari bantuan. Mungkin saja ada masalah dengan kondisi fisik. Jangan sampai sudah terlalu parah. Psikiater mahal juga FYI. Semangat berjuang!

September Mis(t)ery

Bagi Vina Panduwinata, bulan September adalah bulan yang membahagiakan. Berbanding terbalik dengan saya. Di bulan September ini saya seperti habis bertemu dementor dari kisah Harry Potter. Bagi yang tidak tahu, dementor menghisap segala kenangan kegembiraan dan kebahagiaan seseorang hingga tinggal segala kesedihan dan ketakutan yang tinggal di kepala. Kesedihan dan kekecewaan yang ditumpuk beberapa bulan ini seperti meledak di bulan September ini.

Suasana hati saya cepat sekali berubah Menangis sudah seperti rutinitas. Tidak percaya diri dan tidak bisa berpikir positif, atau berpikir sama sekali. Moodswing. Pelupa. Skip hal-hal penting. Puncaknya, saya cuti beberapa hari padahal tidak kemana-mana. Saya tidak bersosialisasi beberapa hari itu, tidak membuka media sosial ataupun membalas pesan yang masuk. Ibu penjaga kosan sampai bertanya kemana saja saya, padahal ya di kamar itu saja. Mungkin karena saya tidak terlihat ada di dapur lagi atau memang biasanya saya berisik kali ya, jadi aneh kalau tiba-tiba kosan sepi. Saya mencoba menenangkan diri alias banyak tidur. Biasanya segala rasa sedih atau kesal langsung hilang setiap bangun tidur. Ternyata tidak berhasil. Membaca Al-Quran membuat saya tenang, namun tetap menangis. Di saat bekerja pun tiba-tiba menangis. Saya pun memutuskan untuk menemui psikiater.

Sebelum ke psikiater saya sudah konsultasi ke psikolog secara daring. Mungkin karena tidak secara langsung jadi agak sulit menjelaskan masalahnya sehingga saran dari psikolog itu kurang manjur. Memang sih emosi tidak boleh ditahan, tetapi ini seperti tidak habis-habis. Saya tidak semangat melakukan hal-hal yang biasanya saya sukai. Saya berpikir sepertinya ada hal lain yang mengganggu dan saya akhirnya pergi ke psikiater untuk mencari tahu.

Bulan Bahasa dan Sastra

Karena bulan ini adalah bulan Bahasa dan Sastra Indonesia, marilah kita menulis lagi, walau tulisan saya ini belum memiliki keindahan yang bisa digolongkan sebagai sastra, wkwk. Setidaknya pakai bahasa Indonesia kan ya.

Bulan ini saya akan membahas buku bahasa Indonesia yang saya baca, tidak terbatas dari penulis Indonesia karena buku Bahasa Indonesia yang ada di kosan sedikit. Bukannya sok bahasa asing, tapi saya memang beli buku berbahasa Inggris itu agar terbiasa membaca bahasa Inggris saja. Kebanyakan dari itu juga yang saya beli saat di India karena harganya yang lebih murah. Buku bahasa Indonesia yang saya punya di kosan kebanyakan pemberian teman. Apalagi buku puisi, teman dekat saya yang membaca blog ini mungkin tertawa, sejak kapan si Ajul baca puisi apalagi sampai punya bukunya. Mumpung bulan bahasa, saya akan coba baca bukunya wkkwkw.

Target buku bulan ini

Oh iya, saya tidak pandai menceritakan kembali suatu cerita, apalagi mereviewnya, jadi ini bisa menjadi latihan bagi saya juga. Kecepatan membaca saya juga lambat. Jadi satu bulan ini saya rasa cuma bisa maksimal 3 buku. Semenjak kuliah saya tidak terlalu banyak membaca buku, jadi teman kuliah saya pasti heran kalau saya membaca buku. Tapi saat sekolah karena hiburan saya cuma itu, mau tidak mau jadi membaca buku. Buku yang saya baca saat sekolah adalah buku fiksi. Saat SMP kan zaman-zamannya membaca novel Indonesia lama seperti Dian yang tak Kunjung Padam, Salah Asuhan dan Siti Nurbaya. Kemudian membaca teenlit seperti Dealova, Fairish, dkk. Saat SMA berpindah ke Dewi Lestari dan JK Rowling, membaca semua seri Supernova dan Harry Potter. Setelah lulus SMA saya belum membaca buku Dewi Lestari lagi. Anehnya waktu kuliah dan setelahnya lebih suka membaca buku pengembangan diri, tapi Saya malah merasa lebih berkembang saat sekolah wkwkwk.