Saya kira pagi itu saya sedang tidak beruntung.
Saya sudah berjanji dengan teman saya pada hari itu untuk bersepeda bersama. Janjian di jembatan halte Dukuh Atas karena kita mau ke utara. Kalau ke selatan janjiannya di jembatan halte Benhil. Sebenarnya harusnya hari sebelumnya sih, namun saya ketiduran setelah subuh, padahal malam sebelumnya sudah saya siapkan kostumnya, wkwkw. Saya dan teman saya baru saja mendapatkan jersey hasil ikut virtual run, jadi kami mau pakai saat bersepeda bersama. Setelah bangun saya langsung menjauh dari tempat tidur. Saya pompa kedua ban sepeda dan melumas rantai sepeda agar mudah mengayuhnya. Saya berencana untuk menempuh jarak yang lebih jauh, namun harus cepat agar tidak kesiangan masuk kerja.
Saya akhirnya berangkat jam setengah 6an. Ternyata memang sudah terang ya jam segitu. Saya biasanya berangkat paling pagi jam 6 karena saya kira masih gelap kalau berangkat sebelum jam segitu. Maklum, saya tidak punya jendela, jadi kurang mengobservasi.
Saya memang senang melihat-lihat kiri-kanan kalau sedang bersepeda. Mencoba menemukan hal yang menarik. Di perjalanan menuju halte, saya melihat spanduk menarik di depan suatu rumah. Saya sibuk membaca sambil berjalan sehingga tidak memerhatikan jalan. Ternyata saya berjalan terlalu pinggir dan ada lubang di depan. Jalanannya juga menurun sehingga saya meluncur cukup cepat. Saat melewati lubang, saya jadi oleng dan tidak bisa mengendalikan sepeda. Akhirnya saya terjatuh mengenai aspal.
Lutut saya terasa perih sekali, walau celana saya tidak robek. Saya belum merasa badan saya sakit sehingga saya berniat meneruskan perjalanan saja. Namun ternyata, stang saya bergeser ke kiri sehingga tidak bisa segaris lurus dengan ban sepeda. Untuk bisa berjalan lurus, stang perlu digerakkan ke kiri. Lucu juga kalau dipikir-pikir. Rem tangan pun jadi bergeser ke bawah. Saya coba betulkan ternyata sulit, mungkin tidak kuat kalau dilakukan seorang diri. Jadi saat itu saya pikir, karena tinggal 500 m lagi bisa lah saya bertemu dengan teman saya dulu, siapa tahu bisa dibetulkan bersama pakai tangan wkwk. Saya pun melanjutkan perjalanan dengan posisi stang yang miring XD.
Saat selesai melewati jalan menurun, tak lama setelah itu rantai sepeda saya lepas dari tempatnya. Saya pun berhenti dan mencoba membetulkannya sendiri, saya dulu pernah juga mengalami ini tapi di sepeda yang lain sih. Tak lupa saya mengirim pesan ke teman saya dulu, takutnya dia menunggu tanpa ada kabar. Saya coba memasang dan ternyata sulit, kok lepas terus ya, pikir saya.
Saya berkutat cukup lama di depan kantor kelurahan. Saya berpikir untuk pulang saja dengan menuntun sepedanya, karena memang sulit. Saat saya ingin pulang, tiba tiba ada bapak petugas kebersihan yang menghampiri saya. Dia sedang di warung saat melihat saya kesulitan membetulkan rantai. Bapak itu pun mencoba membantu saya untuk memasang rantai sepeda saya tersebut. Ternyata memang sulit dan perlu membuka penutupnya tersebut menggunakan obeng. Alhamdulillah bapak tersebut memiliki obeng yang pas di mobilnya. Kemudian ada bapak yang satu lagi datang menghampiri saya. Akhirnya saya dibantu oleh kedua bapak tersebut dan Alhamdulillah rantainya bisa terpasang. Karena saya baru memakaikan oli ke rantai tersebut, otomatis tangan kami hitam semua ahhahaha. Saya pun diberikan sabun colek dan spon yang mengandung air. Cuci tangan di pinggir jalan karena tidak ada keran. Tidak bersih-bersih amat namun saya kira saya mau pulang ini kan, jadi lanjut cuci tangan di rumah saja.
Saat mau pulang, terlintas ide untuk pergi ke bengkel langganan saya dulu. Sebenarnya saya tidak yakin kalau bengkelnya buka karena masih pagi. Tapi saya coba saja karena kalau sudah di rumah takutnya malas untuk membawanya ke bengkel. Saya rasa saya masih bisa mengendarai sepeda dengan badan miring kalau cuma 1,3 km saja. Cuma saya sebenarnya malas kalau ditanya kenapa bawa sepedanya begitu, wkwk. Saya berjalan fokus saja, mencoba tidak terlalu memerhatikan orang-orang yang lewat. Namun ternyata ada yang membuat awkward, orang yang lewat di depan saya memakai baju yang sama dengan saya XD (dan saya bertemu satu orang lagi yang memakai baju yang sama di hari yang sama).
Akhirnya sampai bengkel juga. Pintu gerbang ditutup yang berarti bengkelnya masih tutup. Namun saya beruntung karena pemilik bengkel sedang ada di depan pintu rumah. Bapak itu melihat saya dan menghampiri saya. Setelah menjelaskan masalah saya, Bapak pemilik bengkel mau membantu saya dan mengambil obeng yang diperlukan. Alhamdulillah stang saya akhirnya benar. Setelah selesai, Bapak tersebut bilang kalau beliau pikir sebelumnya saya driver Grab yang memakai sepeda karena saya memakai baju hijau XD. Tak lupa bapaknya menyuruh saya cuci tangan karena tangan saya yang masih hitam, wkwk.
Saya mencoba menghubungi teman saya kembali. Ternyata dia masih menunggu saya di jembatan halte dukuh atas. Saya langsung berjalan cepat menuju lokasi. Di jalan, saya melihat orang yang bersepeda juga menggunakan helm yang mirip dengan saya yang miliki. Saya baru sadar saya lupa membawa helm. Akhirnya saya ke kosan dulu untuk mengambil helm.
Saya pikir pagi itu saya sedang tidak beruntung: Jatuh, luka-luka, rantai lepas, ketemu orang yang bajunya sama. Ternyata tidak. Saya beruntung saya jatuh, jadi saya sadar kalau saya sering tidak fokus di jalan sehingga saya bisa lebih hati-hati ke depannya. Rantai yang lepas membuat saya bertemu bapak-bapak petugas kebersihan yang baik yang mau menolong saya membetulkan rantai (saat itu ada beberapa orang yang lewat dan bahkan satpam yang melihat saya tapi tidak bertanya sama sekali). Saya beruntung juga memakai baju hijau, yang walaupun banyak yang sama karena hadiah virtual run, tapi karena saya pakai itu Bapak pemilik bengkel jadi menghampiri saya, wkwk. Luka-luka mengajarkan saya untuk memiliki perlengkapan P3K. Lukanya cukup besar tapi saya baru berikan betadine sehari setelahnya karena tidak ada sama sekali di kosan, wkwk.