September Mis(t)ery: Operasi Bukan Perjuangan Terakhir

Saya menemukan fakta lain saat bertemu psikiater. Saya baru ingat kalau ada bagian dari diri saya yang sudah hilang. Bagian tersebut sangat berarti untuk saya karena berperan penting untuk:

  • Melakukan kontrol terhadap proses pembakaran kalori yang dilakukan oleh tubuh.
  • Mengontrol kecepatan pengolahan makanan dalam sistem pencernaan.
  • Membantu mengatur irama detak jantung dan tekanan darah.
  • Menaikkan atau menurunkan suhu tubuh.
  • Mengontrol kecepatan tubuh dalam melakukan reproduksi sel.
  • Membantu pertumbuhan pada anak-anak
  • Mengoptimalkan pertumbuhan otak, terutama pada anak-anak.
  • Mengaktifkan sistem saraf untuk meningkatkan daya fokus dan kecepatan refleks tubuh.

Saya sudah tidak memiliki kelenjar tiroid. Ya, saya menjalani operasi thyroidectomy bulan Juli lalu yang membuat saya otomatis menjadi hipotiroid. Saya sebelumnya tidak menyadari akan ada perubahan berarti di tubuh saya. Dokter saya tidak banyak menjelaskan pengaruh kondisi hipotiroid pada tubuh. Saya hanya perlu rutin meminum Levothyroxine sebagai pengganti kelenjar tiroid yang hilang. Tidak ada pantangan apapun. Saya masih bisa beraktivitas seperti sebelumnya.

Awal-awal setelah operasi memang saya tidak merasakan ada yang berbeda dari sebelumnya selain lebih baik karena tidak sering sakit kepala dan demam lagi. Namun pada bulan bulan berikutnya saya merasa sering lemas. Keluhan keluhan yang saya sampaikan di pos sebelumnya. Setelah mengetahui fakta dari psikiater tersebut saya kemudian banyak membaca mengenai hipotiroid, mengikuti komunitas sesama pejuang gangguan tiroid di profil Instagram Pita Tosca, dan menonton video-video edukasi di kanal Youtube Pita Tosca.

Saya membaca dan menonton keluhan-keluhan dari sesama penderita hipotiroid. Ternyata hampir sama dengan saya: lemas di pagi hari, berat badan mudah naik, brain fog dan juga terkena mood swing yang dapat mengakibatkan depresi. Saya perlu aware dengan perubahan suasana hati yang sangat cepat dan berjuang untuk tidak terjebak di dalamnya. Stop berpikir negatif dan alihkan ke hal yang disuka. Kalau susah dilakukan sendiri, langsung melambaikan tangan ke teman – teman, no more diem diem aja dipendam sendiri. Boleh malas, tapi dibatasi. Strategi manajemen stress lengkapnya bisa ditonton di sini:

Saya juga perlu lebih memerhatikan apa yang saya makan. Ternyata ada makanan dan minuman yang mempengaruhi penyerapan hormon tiroid. Lengkapnya ada di halaman berikut: https://www.healthline.com/nutrition/hypothyroidism-diet. Saya tidak bisa meminum kopi sesering dulu. Karena makan sedikit saja berat badan mudah naik, saya perlu olahraga lebih rutin. Berlari dan bersepeda. Sayangnya saya tidak punya kolam renang sendiri jadi tidak bisa berenang di masa pandemi ini. Biar bisa ikut triathlon (gaya bangeeet)

Intinya sih, kesehatan fisik berkaitan juga dengan kesehatan mental. Men sana in corpore sano. Perlu mengenali kondisi diri sendiri. Kalau sekiranya ada kondisi mental bermasalah, segera mencari bantuan. Mungkin saja ada masalah dengan kondisi fisik. Jangan sampai sudah terlalu parah. Psikiater mahal juga FYI. Semangat berjuang!

Published by

aisyahdz

iOS Engineer

One thought on “September Mis(t)ery: Operasi Bukan Perjuangan Terakhir”

Leave a comment