Sate Maranggi dan Sop H. Maya

Tumben kan saya pos review makanan, hehe. Dipikir-pikir selain bermanfaat juga untuk mengasah kemampuan menulis review produk, semoga bermanfaat juga untuk yang lain dalam menentukan pemilihan makanan, wkwkwk. Sudah beberapa minggu kemarin saya penasaran untuk mencoba salah satu tempat makan baru yang ada di Jalan Djunjunan kurang lebih 1,7 km dari Gerbang Tol Pasteur, yaitu Sate Maranggi dan Sop H. Maya. Lokasinya itu sebelumnya adalah Pasteur Hyper Point yang telah dibongkar menjadi pool travel dan taxi. Jalan di depannya biasanya sangat becek dan berlumpur, apalagi kalau hujan (setiap saya lari melewatinya pasti berhenti sejenak karena takut licin) hingga akhirnya rumah makannya diresmikan dan jalan depannya sudah tidak berlumpur lagi. Terimakasih Sate Maranggi *lho*

Sebenarnya saya tidak terlalu penasaran hingga melihat IG story teman saya yang bilang kalau sate Maranggi H Maya ini enak sekali dan rasanya sama dengan Sate Maranggi H Yetty yang ada di Purwakarta. Saya belum pernah mencoba sate Maranggi H Yetty yang di Purwakarta sebenarnya jadi tidak tahu seenak apa, tetapi teman-teman kantor saya sangat suka dan selalu mampir ke sana kalau ke Bandung. Bahkan ada beberapa yang memang sengaja ke Purwakarta hanya untuk membeli Sate Maranggi H Yetty ini. Mumpung sekarang jaraknya hanya 1 km-an dari rumah, langsung saja saya ke sana untuk membuktikan kelezatannya haha.

Review salah satu foodblogger di Instagram

Sebelum ke sana, saya mencoba mengecek jam bukanya terlebih dahulu. Karena tidak terlihat di akun Instagram resminya, saya mencoba menghubungi kontak WA yang tercantum di bio profil Instagramnya tersebut. Saat mau menghubungi, ternyata tertulis di status WAnya, yaitu buka jam 09.00-21.00. Untuk hari operasional tidak disebutkan di sana, sepertinya sih setiap hari sih kalau begitu. Kebetulan saya ke sana hari Minggu dan buka di hari itu. Saat saya datang sekitar jam 10 pagi, ternyata sudah lumayan banyak pengunjungnya, namun tidak penuh. Oh iya, areanya cukup luas, ada parkiran, mushalla, toilet, dan tentu tempat makannya, hehe. Jumlah kursinya tidak saya hitung, tapi mungkin bisa terlihat dari foto di bawah ini:

Saat memasuki area makan, kita akan diminta untuk cuci tangan terlebih dahulu dan kemudian dilakukan pengecekan suhu. Saat masuk saya ditanya jumlah orang yang akan datang, karena saya hanya sendiri jadi bisa bebas memilih duduk di mana saja. Setelah duduk, salah satu teteh-teteh menghampiri saya dan kemudian saya diberikan menu yang seperti struk, kurang lebih seperti ini:

Menu

Teteh itu menunggu pesanan saya, mungkin karena belum ramai. Saya memesan beberapa menu untuk makan di tempat dan untuk takeaway. Semuanya pesan di awal agar setelah makan tidak perlu menunggu pesanan takeaway lebih lama lagi. Saya memesan es kelapa jeruk, sate maranggi sapi dan ayam, dan juga nasi tutug oncom. Walaupun harga sate ditulis per tusuk, tapi kita tidak bisa membeli sate satu tusuk saja, minimalnya adalah 5 tusuk. Oh iya, saya dapat teh tawar hangat gratis juga, jadi sebenarnya tidak perlu memesan minuman. Mungkin karena saat itu sedang tidak terlalu ramai, saya hanya menunggu beberapa belas menit hingga semua pesanan saya datang.

Saya suka sekali nasi tutug oncom di sini. Selain oncom, ada juga suwiran ikan tongkol di atasnya. Tidak pedas menurut saya. Nasinya pun tidak keras. Suwiran tongkolnya banyak jadi tidak habis duluan sebelum nasi, hehe. Untuk porsinya sendiri menurut saya sih cukup untuk saya, tapi porsi nasi saya biasanya memang tidak terlalu banyak. Bagi yang suka makan banyak nasi mungkin bisa pesan lebih. Kalau nasi putih saya sempat ditawarkan menggunakan bakulnya langsung, jadi mungkin porsinya lebih banyak dibanding nasi tutug oncom ini. Sate marangginya, baik yang sapi maupun ayam keduanya sama-sama lembut. Saya yang memakai kawat gigi ini dapat mengunyahnya dengan mudah. Masalah rasa, menurut saya ini sate maranggi paling enak yang pernah saya coba, bumbunya sangat meresap ke dalam. Sambal tomatnya enak tapi saya tidak kuat pedas jadi tidak saya habiskan. Baru makan satu lembar tomat saya sudah tidak kuat wkwkwk. Jadi buat yang tidak bisa pedas bisa mencocol sari-sarinya saja, menurut saya sudah cukup enak.

Teh tawar hangatnya rasanya tawar dan hangat #yaiyalah. Tidak terlalu wangi dan tidak ada ampasnya. Es kelapa jeruknya meredam rasa pedas saya. Helaian kelapanya sangat lembut dan tidak ada bagian kerasnya. Mungkin karena menggunakan kelapa yang masih benar-benar muda. Rasa jeruknya sedikit masam, tapi itu yang menambah kesegaran.

Tidak lama sebelum saya selesai makan, pesanan takeaway saya sudah datang. Saya memesan sop iga dan sate untuk nenek saya. Saat diantarkan wangi sop iganya sangat harus dan membuat saya lapar lagi XD. Kalau kata nenek saya sih enak dan mudah dikunyah. Nenek saya lebih suka sate ayamnya. Sebenarnya kalau di Instagramnya ada menu mie kocok dan es campur, tetapi pas saya lihat menu dan tanyakan ke teteh penjaganya ternyata tidak ada. Mungkin ada di cabang lain di Cimahi atau Purwakarta. Oh iya saat naik gojek menuju rumah nenek, bapak gojeknya memberikan saran untuk mencoba Sate Hadori yang katanya terkenal enak. Hmmm..

Published by

aisyahdz

iOS Engineer

3 thoughts on “Sate Maranggi dan Sop H. Maya”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s