Rumah Nenek

Sebenarnya saya lupa apa saya sudah pernah cerita tentang rumah nenek di blog ini ya, tapi dipikir-pikir tidak apa apa lebih dari satu kali, hehe. Sedang malas untuk menggali lagi isi blog sendiri wkwk, yang pasti saat saya cari di pencarian dalam blog dan Google sih tidak ada.

Salah satu tempat favorite saya itu adalah rumah nenek. Nenek dari sisi ibu saya yang sebenarnya dipanggilnya sih harusnya Eni (dari bahasa Sunda nenek yaitu Nini), namun saya lebih sering memanggilnya nenek karena ibu dan bapak saya sering mengacunya begitu. Rumah nenek adalah rumah yang dipenuhi banyak kenangan. Selain merupakan tempat keluarga besar Ibu berkumpul setiap lebaran, saya juga pernah tinggal di rumah nenek saat saya masih kuliah. Setiap sudut rumah nenek memiliki arti tersendiri bagi saya *lebay* wkkw.

Rumah nenek saya itu ada di daerah Sukamiskin, Bandung. Dari kampus saya dulu, ada satu angkot yang melewati rumah nenek sehingga saya tidak perlu berganti angkot. Angkot berwarna pink cerah yang juga bisa mengantarkan kita ke pasar Gedebage. Supirnya banyak yang ramah, jarang saya menemukan yang menyebalkan atau mematok harga ketinggian. Ada juga yang suka bercanda. Pernah saya ditanya turun di mana, dan saat saya menjawab daerah rumah nenek saya tersebut, saya ditertawakan: “Miskin kok suka” wkwk.

Hal yang paling saya suka dari rumah nenek itu adalah udara dan suasananya yang khas. Dahulu saat saya tinggal di Jakarta atau Bojonggede, udara rumah nenek tentu yang paling adem. Saya senang mandi dengan air yang super dingin, mengingatkan saya yang sering dipaksa mandi subuh-subuh saat lebaran agar tidak berebutan kamar mandi dengan sepupu-sepupu, jadi bisa mandi sebelum shalat Ied dimulai. Dulu kamar mandi masih semi terbuka, jadi saat mandi plus angin berhembus rasanya super cooool.

Bagian yang paling saya suka di rumah nenek itu adalah terasnya. Bagian halaman depan rumah nenek ada sebagian yang diberi ubin dan juga dinding hingga selutut yang bisa dipakai untuk duduk-duduk. Saya dan sepupu-sepupu sering berlarian di atas tempat duduk yang sebenarnya untuk membatasi bagian rumah dengan halaman yang tidak berubin yang biasa dipakai untuk main sepeda atau bulu tangkis, apa ya namanya wkwk. Saya kadang tiduran di dinding tersebut menghadap ke atap rumah sambil menikmati angin semilir. Rasanya adem sekali dan masalah sejenak terlupakan. Oh iya ada banyak tanaman dan kebun juga di rumah nenek. Kebunnya ditanami pohon pisang kalau sekarang. Dulu sih seingat saya ada petai, jambu air, dan rambutan. Ada juga pohon stroberi. Dulu, Aki (kakek saya) suka bercocok tanam. Sekarang dilanjutkan oleh paman saya.

Tidak menyangka sekarang saya tinggal cukup dekat dengan rumah nenek, menjadi salah satu penduduk Bandung Timur. Sekarang seharusnya bisa lebih mudah mengunjungi nenek. Oh iya, di rumah nenek lebih banyak foto mama dibanding di rumah saya sendiri di Bojonggede karena memang di rumah tidak pernah memajang foto, hehehe.

Published by

aisyahdz

iOS Engineer

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s