Libur Lebaran

Selamat Idul Fitri 1422 H!
Walau sudah dua minggu berlalu, saya mohon maaf jika ada tulisan yang kurang berkenan untuk dibaca. Karena ke depannya kemungkinan ada lagi kesalahan, mohon dimaafkan saja #maksa

Tahun ini adalah tahun kedua lebaran di masa pandemi. Seperti tahun lalu, saya juga tidak pulang ke rumah tahun ini, tapi Alhamdulillah tahun ini terasa lebih baik karena saya sudah di kampung halaman ibu saya. Teman-teman kosan pun beberapa tidak pulang, jadi hari-hari liburan saya tidak sesepi tahun lalu. Tahun lalu memang agak mengenaskan. Masih terkenang oleh saya bagaimana saya menghabiskan malam lebaran dengan tidur karena demam dan sakit kepala. Saya sampai memberikan pesan ke teman saya untuk mengecek keadaan saya melalui chat besok hari takutnya saya kenapa-kenapa dan tidak ketahuan karena sendirian di kamar, sungguh sangat berlebihan ya haha. Tapi memang saya takut sekali sih karena banyak kejadian orang yang meninggal di dalam kamar dan tidak ketahuan berhari-hari. Saya tidak memberitahu orang tua saya karena takut khawatir di malam lebaran. Saya lupa kalau masih ada Mba Kosan yang juga tidak pulang. Besok paginya Mba Kosan mengetuk pintu dan memberikan seporsi opor ayam, Alhamdulillah.

Kantor hanya memberikan libur sehari sebelum lebaran, tapi karena lebaran jatuh di hari Kamis dan Jumat, libur jadi bisa dilanjutkan lagi hingga Sabtu dan Minggu, totalnya ada 5 hari. Libur hari pertama saya gunakan untuk bersih-bersih kamar, menyambut lebaran dan teman saya yang katanya mau menginap karena dia tidak pulang ke rumah. Saya mengajaknya ke kosan karena khawatir juga dia merasa sendirian seperti saya tahun lalu, karena setahu saya dia tidak dekat dengan teman-teman kosannya. Namun saya salah, dia punya teman-teman kantor dan kuliah yang sangat care, yang membawakan makan di rumah. Dia pun ada kegiatan lain sehingga tidak jadi ke kosan saya. Kok jadi ngomongin dia, wkwkwk

Tidak lupa saya menyiapkan sepeda saya agar siap dibawa ke rumah nenek saya yang jaraknya 16km kalau ditempuh dengan sepeda. Sebenarnya bisa lebih dekat kalau melewati jalan layang, namun saya tidak prefer melewati jalan layang karena selain dilarang, saya pun tidak kuat mendaki setinggi itu. Saya jadi ingat dulu pernah naik salah satu jalan layang di Slipi bersama Jun. Saat itu malam hari, setelah kami membeli helm di CP. Perginya sore-sore tanpa helm, pulang-pulang sudah berhelm. Karena sudah memiliki lampu, kami jadi pede pulang gelap-gelap. Kami lupa kalau jalan saat pergi dan pulang itu berbeda. Saat pulang, kami perlu melewati banyak jalan sepi dan menghindari jalan layang utama. Namun ternyata masih ada jalan layang lagi yang akhirnya kami lewati agar tidak terlalu berputar. Kami benar-benar menuntun sepeda melewati jalan tersebut karena tidak kuat, haha. Perjalanan masih jauh, jadi tenaga perlu dihemat. Alhamdulillah sampai rumah dengan selamat. Loh jadi OOT wkwk.

Malam lebarannya ternyata teman kosan saya mengundang untuk makan bersama di lantai atas. Dia mendapatkan banyak makanan dari Pak Gubernur dan juga dia telah memasak opor ayam sehingga dia mengundang kami agar makanan tidak mubazir. Alhamdulillah ronde pertama.. #eh. Malam itu saya dan teman-teman kosan yang tidak pulang lainnya berkumpul dan makan bersama. Tidak lupa kami bertukar cerita dan juga tertawa bersama karena banyak hal lucu seputar kosan sehingga tidak terasa sudah jam 10 malam. Akhirnya kami pulang dan tidur karena takut besok melewatkan shalat Ied.

Besoknya, hari lebaraan!! Saya dan teman kosan saya sudah berjanji untuk berangkat shalat Ied bersama. Saat kami keluar kosan, ternyata jalan depan kosan dipakai untuk shaf shalat wanita. Masjid memang hanya beberapa langkah dari rumah sehingga jalanan depan kosan dipakai untuk shaf wanita. Jadilah kami shalat depan kosan. Alhamdulillah langit sangat cerah hari itu. Hari yang cerah untuk jiwa yang hepi.

Pulangnya, ternyata bapak kosan sudah menyiapkan opor ayam dengan sambal goreng ati untuk kami. Alhamdulillah ronde kedua, wkwk. Saya yang tadinya mau langsung ke rumah nenek jadi makan dahulu. Tidak lupa menggoreng pempek untuk melengkapi menu lebaran pagi itu. Setelah makan bersama teman-teman kosan, saya langsung bersiap-siap untuk bersepeda ke rumah nenek agar tidak terlalu panas. Saat bersiap-siap dan karena sedikit lelah saya rebahan di kasur, ternyata saya ketiduran -_____-. Saat bangun saya kaget sekali karena jam sudah menunjukkan pukul 12. Dzuhur telah tiba. Dzuhur telah tiba. Setelah shalat dan bersiap-siap, saya langsung berangkat menggunakan ojek online. Tidak jadi naik sepeda XD. Sudah siang dan sudah terlambat. Ternyata mencari ojek online di hari lebaran ini cukup sulit. Alhamdulillah masih mendapatkan driver setelah menunggu cukup lama. Sampai rumah nenek, saya makan lagi, wkwkwk.

Sisa libur saya habiskan dengan keluarga dan teman-teman. Oh iya, ada tempat makan unik yang saya kunjungi bersama teman saya yang saya ceritakan di awal tadi. Namanya Food On Wall. Jadi konsepnya itu makanannya di taruh di dinding yang menyerupai lemari. Kita tinggal ambil makanannya di dinding dan setelah itu membawanya ke kasir untuk dibayar. Makanannya itu memang yang siap saji sih seperti burger, kentang, kroket, dan juga ada keripik pisang. Harganya tidak terlalu mahal, dimulai dari 14 ribu untuk kroket. City Burgernya lembut sekali dengan premium sliced beef yang sudah ada sertifikat halal dan juga keju cheddar dengan harga 17ribu. Promosi banget ya saya, haha.

Akun IG resmi Food On Wall Indonesia

Pulangnya, saya menemani teman saya halal bihalal dengan teman S2nya. Saya sih senang-senang saja kalau diundang makan seperti itu walaupun tidak ada yang saya kenal selain teman saya tersebut. Alhamdulillah teman-temannya baik-baik sehingga saya tidak terpojok sendiri menghabiskan makanan hahaha. Untung mereka tidak banyak membahas kuliah mereka tentang nanoteknologi XD, tapi sebenarnya tidak apa-apa sih jadi bisa menambah ilmu ya. Hari itu saya makan makan ronde kesekian. Sudah tidak terhitung haha. Alhamdulillah

Akhirnya libur lebaran berakhir dengan membetulkan baterai handphone yang sudah lama soak. Kebetulan sedang ada promosi di iColor sehingga hanya membayar setengah harganya saja. Harga untuk mengganti baterai iPhone yang biasanya 500ribu, menjadi 250ribu saja. Pelayanannya juga cepat. Kebetulan saya ke sana di jam buka, yaitu jam 10 pagi sehingga tidak banyak antrian. Saat saya datang, saya langsung dilayani. Mas-mas yang melayani sangat ahli, tidak sampai 15 menit saya sudah bisa membawa pulang hp saya dengan battery health 100%. Alhamdulillah. Oh iya, saya membetulkannya di iColor cabang ruko Paskal ya, saya tidak tahu kalau di cabang lain bagaimana. Tidak lupa membeli burger yang katanya enak pas pulang. BBQ Mountain Boys namanya. Alhamdulillah memang enak walau harganya tidak terlalu murah. Worth it karena burgernya memang besar dengan daging yang juicy. Promosi teruuus.

Promo service di iColor yang sudah berakhir namun tetap saya share.

Double Ma

Saat melihat salah satu topik yang sedang ngetren di Twitter kemarin, saya langsung teringat ibu saya karena bernama sama. Trending topic saat itu adalah Ibu Wati yang sedang ramai dibicarakan karena menuduh tetangganya melakukan tindakan pesugihan. Menariknya, ibu ini ternyata warga Bojonggede juga, namun beda kelurahan. Saya pun terpikir untuk menjahili ibu saya. Saya menelepon ibu saya dan bilang kalau ibu saya sedang banyak dibicarakan di Twitter.

Ibu saya tentu saja bingung haha. Apalagi ternyata ibu saya sedang tidak mengikuti berita karena sibuk mengejar target Ramadhan. Ibu saya sebenarnya termasuk orang yang up to date dengan isu terkini. Selalu mau tahu dengan teknologi terkini juga, biar tidak ketinggalan kata beliau mah. Ibu saya termasuk yang lebih suka nonton berita dibandingkan nonton sinetron. Saat saya jelaskan berita sebenarnya, ibu saya menertawakan perilaku Ibu Wati yang satu lagi yang terlalu berprasangka buruk. Selain saya yang memang kerja dari rumah, tetangga pun ada yang sudah bekerja di rumah terlebih dahulu dengan berjualan online yang bahkan bisa membeli mobil dari jualan online tersebut. Bayangkan jika Ibu Wati satu lagi itu adalah tetangganya, wkwk.

Sekalian saja ya saya cerita tentang ibu saya untuk membersihkan nama Ibu Wati wkwkwk. Ibu saya seorang ibu rumah tangga yang suka bersepeda. Sebelum Ramadan, setiap minggu ibu saya bersepeda dengan geng ibu-ibu di gang. Saya khawatir sebenarnya jika ibu saya bersepeda ramai-ramai seperti itu, namun ibu saya meyakinkan saya kalau beliau selalu menjaga jarak, rajin mencuci tangan, dan tidak membuka masker. Ibu saya termasuk orang yang aktif dan kompetitif. Ibu saya di pengajiannya tidak mau kalah dengan yang lain yang lebih muda dalam menghapalkan surat. Ibu saya suka ikut lomba hafalan AlQuran bersama teman pengajiannya. Walau belum pernah menang (kalau saya tidak salah ingat), tapi ibu saya dan teman-temannya tidak menyerah. Mungkin sudah senang dengan prosesnya. Kalau lomba 17an, ibu saya juga sering memenangkan hadiah karena memang paling niat. Niat menang maksudnya. Tetangga lain sepertinya tidak berambisi, wkwkwk. Dulu saat masih sekolah, agar bisa menang cerdas cermat saya dilatih untuk menghapalkan RPUL. Sekarang sih sudah lupa lagi.

Ibu saya sering ditunjuk menjadi ketua sesuatu semenjak sekolah karena supel dan tegas. Saya sering iri mendengar ceritanya karena saya tidak bisa sepertinya, apalagi saat masa sekolah. Ibu saya juga terampil dan kreatif seperti tokoh favorit di film kesukaannya, MacGyver. Ibu saya bisa membetulkan atau membuat sesuatu dengan barang yang tersedia di rumah. Saat saya tinggal di rumah nenek, saya baru sadar kalau ibu saya mencontoh kakek saya. Di masa tuanya selalu produktif dan anti malas-malas club. Mungkin karena almarhum Kakek saya dulu seorang ABRI, jadi sudah terbiasa bergerak aktif.

Walaupun ambisius dan tegas, ibu saya itu senang sekali melawak. Ibuku adalah penghiburku. Ibu saya pandai menggunakan stiker WA dan sepertinya kolektor stiker-stiker kocak. Setiap ekspresi selalu ada stikernya. Saya senang kalau menelepon ibu saya, ada-ada saja pasti yang dilakukan. Kalau video call dengan ibu saya, ibu saya sering berekspresi aneh-aneh sampai saya tidak fokus bercerita. Pernah juga saat saya menelepon, saya kaget karena diangkat oleh anak kecil tapi bukan suara adik saya. Ternyata ibu saya yang iseng memainkan suaranya, sengaja agar saya bertanya-tanya. Saat saya sedang serius menjelaskan bahayanya varian Covid baru, ibu saya malah bertanya, “Memang varian barunya rasa apa Kak?”. Tentu saja ibu saya bercanda, mungkin tidak tahan melihat wajah saya yang terlalu serius.

Seperti ibu-ibu lainnya, ibu saya juga sering menasihati saya dengan kata-kata motivasi yang menohok. Kalau saya malas belajar, ibu saya selalu bilang dengan santai: “Kalau harta pas-pasan, wajah pas-pasan, kalau tidak pintar apa yang mau dipilih?” Wakakaka, memang selalu straight forward ibu saya itu, tidak pernah berkata-kata manis wkkw. Saat saya patah semangat, ibu saya selalu bilang seperti ini, “Ayo ingat lagi niat awalnya apa”. Ibu saya bilang kalau niatnya sudah kuat akan lebih semangat menjalaninya.

Oh iya, saya juga merasa beruntung saat saya mendengar curhatan teman-teman saya yang disuruh cepat-cepat nikah oleh keluarganya karena ibu saya tidak begitu. Ibu saya sangat santai dan malah Ibu saya khawatir kalau saya terlalu memikirkan, padahal saya tidak pernah bilang apa-apa. Ibu saya menasihati saya untuk tidak mengkhawatirkan masalah jodoh karena jodoh sudah diatur oleh Allah SWT. Insya Allah akan diberikan di waktu yang tepat. Jika belum diberikan sekarang, berarti masih diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk memperbaiki diri. Jadi saya harus menikmati masa-masa sendiri ini. Jangan lupa berdoa dan banyak bersedekah. Dan jangan lupa untuk sering mandi wkwkwk

Learning Style

Saat membaca buku “You Do You” nya Koko Ruby, tepatnya di bab awal mengenai cara mengenali diri sendiri, saya jadi mencari tahu kembali style belajar yang saya sukai itu seperti apa. Di buku itu dijelaskan pentingnya mengenali style belajar agar bisa menjadi lebih produktif. Cara belajar yang dimaksudkan di buku itu adalah melalui media apa kita bisa mudah menyerap informasi dan juga waktu belajar yang paling efektif sesuai chronotype.

Cara belajar berdasarkan media yang dibahas di buku tersebut adalah berdasarkan VARK model, yaitu Visual, Auditory, Reading/Writing, dan Kinesthetic. Penasaran style yang disukai yang mana? Bisa coba mengikuti kuesioner di website VARK model ini: https://vark-learn.com/the-vark-questionnaire. Setiap orang tidak harus hanya memiliki satu style, tapi bisa saja gabungan dari beberapa style tersebut (multimodal). Hasil kuesioner saya menunjukkan saya gabungan dari semua media dengan hasil yang tertinggi di Kinesthetic dan Read/Write. Kalau saya pikir-pikir saya memang lebih mengerti pelajaran jika membaca bukunya dan menuliskan intisarinya. Saya sejujurnya tidak terlalu menikmati audio book karena saya merasa tidak bisa fokus jika hanya mendengarkan suaranya. Saya sudah mencobanya beberapa kali namun tetap tidak bisa belajar secara maksimal. Ujung-ujungnya baca teksnya juga. Sedih juga sih karena beberapa buku di Scribd yang saya suka hanya tersedia dalam format audio book tanpa ada teks.

Dalam mempelajari hal yang praktikal seperti coding, merajut atau merakit meja saya tidak bisa langsung mengerti dengan hanya membaca apalagi menulisnya. Saya perlu mempraktekkannya, melakukan trial dan error beberapa kali hingga akhirnya mengerti. Untuk coding saya rasa banyak orang yang sama seperti saya. Saat belajar merajut pertama kali, saya diberikan petunjuk tertulis yang termasuk dalam kit perajut pemula yang saya beli. Saat membaca petunjuk yang disertai gambar tersebut saya tidak terbayang sama sekali. Akhirnya saya membuka Youtube dengan kata kunci teknik merajut yang disebutkan di petunjuk tersebut. Saya menonton videonya berkali-kali, mencoba teknik merajut tersebut dengan cara yang berbeda-beda dari video berbeda-beda hingga akhirnya bisa dan menemukan cara yang paling mudah. Entah berapa kali rajutan tersebut dibongkar pasang. Saat merakit meja pun begitu. Saat melihat gambar petunjuknya saya mengerti bagian mana ke bagian mana yang perlu ditempel dan juga baut penyambungnya. namun ada baut yang tidak cukup familiar yang ternyata perlu urutan masuk khusus agar terkunci (saya lupa namanya). Akhirnya saya mencari videonya, dan mengikuti sesuai video. Alhamdulillah jadi juga setelah 4 jam berlalu, wkwk.

Memilih waktu belajar yang produktif juga penting, Ada orang yang lebih suka belajar di pagi hari, ada yang baru bisa belajar di malam hari. Dr Breus yang dikenal sebagai “Sleep Doctor” dan juga penulis “The Power of When” menyatakan bahwa ada 4 chronotype yang direpresentasikan oleh empat hewan (lumba-lumba, singa, beruang, dan serigala) yang dapat kita pakai untuk mengetahui waktu produktivitas kita berdasarkan waktu alami kita (kapan kita bangun, tidur, bersemangat). Saat mengetahui waktu alami kita, kita bisa menjadwalkan kegiatan kita untuk mengoptimalkan fokus dan performa sehingga bisa menjadi lebih produktif. Untuk mengetahui chronotype kita dapat mengikuti kuis di website Dr. Breus atau Doctor Oz. Contoh penjadwalannya dapat dilihat di gambar di bawah ini.

Saya sendiri memiliki tipe singa. Saya senang bangun pagi sekali dan bisa berpikir jernih di waktu tersebut. Dulu ibu saya sering membangunkan saya sebelum subuh untuk belajar karena saya mudah mengerti pada jam tersebut. Menurut penjadwalan di atas, waktu terbaik untuk olahraga adalah pukul 5-6 sore, namun saya tidak bisa karena beririsan dengan jam kerja sehingga saya olahraga pada pagi hari untuk berlari, atau malam hari untuk olahraga kekuatan wkwk. Selebihnya sih sesuai dengan jadwal di atas sampai jadwal minum kopinya pun persis sama. Dari jadwal tersebut, bisa diketahui saya tidak bisa mengerjakan sesuatu yang banyak berpikir di malam hari karena saya sudah mengantuk. Saat awal kuliah dulu, saya sempat kesulitan untuk menyamakan waktu bekerja kelompok dengan teman-teman karena teman-teman lain lebih banyak yang lebih produktif di malam hari. Solusi akhirnya yaitu mengubah metode pengerjaanya jadi shift-shiftan, teman saya mengerjakan pada malam hari kemudian saya melanjutkannya di pagi harinya.

Intinya memang kita perlu lebih mengenali diri kita sendiri untuk mencapai posisi dan hasil yang terbaik. Saya masih belum produktif karena terkadang saya nakal juga, waktu efektif belajar malah dipakai untuk menonton film atau bermain. Pelan-pelanlah ya. Semangat belajar!

Marhaban Ya Ramadhan

Mungkin sebenarnya sudah terlambat untuk mengatakan selamat datang pada bulan Ramadhan 1442 H. Malam hari ini saja sudah malam ke-5 Ramadhan. Namun bagi saya hari ini adalah hari pertama saya berpuasa haha, jadi saya baru bisa menulis ucapan selamat datang Ramadhan ini. Bukannya saya tidak mau mengikuti pemerintah, tapi saya memang baru bisa berpuasa karena tiga hari sebelumnya saya tiba-tiba terkena muntaber haha, kurang elit ya terdengarnya. Perut saya tiba-tiba sakit sekali pada pagi hari pada hari pertama puasa dan akhirnya terjadilah hal-hal yang tidak diinginkan sehingga perlu 3 hari beristirahat.

Ramadhan kali ini sebenarnya mirip-mirip tahun lalu namun di tempat yang berbeda. Masih sama di masa pandemi dan juga di kosan, namun di kota yang berbeda. Tahun ini saya tidak terlalu was-was dalam menyiapkan makanan seperti tahun lalu karena melihat pengalaman tahun lalu yang ternyata tidak sulit untuk mencari makanan. Masih banyak tukang penjual makanan di sore hari jika tidak sempat masak. Dulu saya masih excited untuk masak tajil sendiri, sampai malah jadi terlalu banyak padahal hanya dimakan sendiri. Teman kosan dulu pun biasanya sudah punya tajil sendiri dari kantornya. Saya pun malu menawarkannya wkwk. Sekarang saya akan membeli saja secukupnya. Makan sahur pun yang mudah-mudah saja. Rencananya sih ingin mengkreasikan oatmeal sebagai menu darurat, tapi mari kita lihat apakah saya akan bosan atau malah makin lama malah melewatkan sahur. Semoga saja tidak.

Hal yang bisa disyukuri dari Ramadhan tahun ini yang masih pandemi adalah tidak ada acara buka bersama lagi di luar. Sama seperti tahun lalu sebenarnya, namun mungkin akan lebih sepi karena teman kosan yang sekarang lebih sibuk sehingga tidak bisa diajak makan bersama di kosan. It’s ok karena saya juga akan sibuk wkwk. Saya berencana olahraga hingga buka puasa dan kemudian melanjutkan rutinitas. Semoga saja tidak tepar lagi haha. Intinya semoga ramadhan kali ini lebih baik dari Ramadhan Ramadhan sebelumnya. Selamat berpuasa!

Happy Ramadhan 1442 H!!!

April

Butuh waktu hampir sebulan untuk saya menulis lagi di blog ini. Bulan Maret memang bulan yang cukup “ramai” karena saya memang mencoba-coba kegiatan baru dan juga kunjungan teman yang datang dari jauh. Saya juga perlu beres-beres barang di kosan saya di Gang E karena sepertinya WFH masih akan lama sehingga saya memutuskan untuk di Bandung saja dulu selama WFH ini. Jika nanti sudah saatnya WFO dan saya belum mendapatkan kosan, saya bisa menjadi komuter dulu untuk sementara. Sedih sih sebenarnya, kosan yang ditempati hampir 3 tahun akhirnya dilepas juga. Masa-masa yang dilewati sebelum pandemi dan juga perjuangan masa-masa pandemi. Dari awalnya hanya membawa baju, hingga akhirnya perlu satu pick-up untuk memindahkan semua barang (saya perlu mempelajari minimalism). Sedih juga meninggalkan Mba kosan yang sudah seperti bro (?). Gang E Kitchen akhirnya resmi pergi meninggalkan Gang E. Mungkin harus diganti menjadi Jabar Kitchen karena semua anggotanya sekarang tinggal di Jawa Barat, wkwk.

Saya mencoba mencari kegiatan baru, salah satunya adalah merajut. Sebenarnya dari masa tugas akhir saat kuliah dulu itu saya sudah tertarik karena melihat teman saya yang senang merajut. Saya suka membuat sesuatu yang bisa dipakai. Saat itu saya rasa tidak punya waktu untuk merajut, wkwk. Keinginan tersebut akhirnya tertunda hingga bulan lalu saya melihat teman saya yang lain mengirimkan pos hasil rajutannya. Saya pun segera memesan kit awal rajut untuk pemula agar tidak menjadi wacana lagi. Saya memulai dengan membuat syal karena tekniknya mudah untuk dipelajari pemula, hanya perlu mempelajari 4 teknik: slipknot, cast on, garter, dan cast off. Ternyata seru ya merajut itu, saat merajut bisa lupa waktu karena terlalu fokus. Selama sebulan ini saya baru menyelesaikan setengahnya. Semoga akhir bulan ini sudah selesai, aamiin.

Masih ingat dengan pos percobaan badan yang saya tulis bulan lalu? Mulai bulan Maret itu saya memutuskan untuk mengikuti kegiatan di pusat kebugaran khusus wanita, yaitu Curves. Saya merasa membutuhkan target yang terukur yang bisa dilakukan di Curves. Latihan bisa dilakukan setiap hari menggunakan alat-alat dan diawasi instruktur. Setiap latihan harus menggunakan masker dan face shield. Alat-alatnya pun didisinfektan secara berkala. Jarak antar mesinnya pun cukup jauh. Karena saya latihannya di akhir waktu jam buka karena selesai jam kantor, tidak terlalu banyak orang di jam tersebut. Saya mencoba untuk latihan setiap malam, namun saya ternyata belum bisa serajin itu. Mungkin karena saya masih mengusahakan untuk olahraga juga di pagi hari, badan saya kadang terasa lelah sekali sehingga malas latihan wkwk. Sebenarnya bisa saja sih untuk menghentikan olahraga di pagi hari, tapi olahraga di pagi hari itu sangat menyenangkan dan bisa meningkatkan mood kerja setelahnya.

Oh iya, hasil percobaan badan bulan kemarin ini berat badan saya malah naik namun dengan berat otot saya bertambah dan presentase lemak tubuh berkurang. Ukuran lingkar tubuh juga berkurang. Wajar sih berat badan saya bertambah karena memang saya belum mematuhi pola makan yang baik. Saat teman dari jauh datang, saya menggunakan alasan itu untuk mencoba berbagai banyak makanan, wkwk. Saat merasa lemas pun langsung makan yang banyak, haha. Bulan April ini harus lebih disiplin. Pola makan seharusnya bisa lebih mudah diatur karena memasuki bulan Ramadan.Semoga hasilnya semakin baik dan semakin sehat. Semoga saja saya bisa melakukan kegiatan bermanfaat lainnya, seperti membaca buku yang sudah lama dibeli hehe. Jangan lupa juga amalan puasanya, 4 hari lagi!!

Percobaan Badan

Sebenarnya saya mau cerita ini minggu lalu saat sedang banyak dibahas di sosial media. Saat saya mencoba menulis entah mengapa idenya tidak mengalir sama sekali sehingga draftnya tidak mengalami banyak perubahan. Jadi minggu lalu itu sedang heboh membahas mengenai diet seorang artis yang cukup ekstrem, kalau dihitung-hitung bisa hanya mengkonsumsi 300an kalori dalam sehari. Jumlah kalori tersebut tentu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh yang bisa mengakibatkan gangguan bagi tubuh kita (penjelasan mudahnya di gambar di bawah ini ya). Nah, di pos ini saya tidak mau membahas mengenai diet sangat rendah kalori itu ya. Saya hanya ingin menceritakan pengalaman saya saat mencoba menurunkan berat badan dan efeknya ke badan saya.

Saya itu awalnya tidak sadar kalau saya kelebihan berat badan, walau sebenarnya tetangga sudah sering ngomongin kalau badan saya sekarang besar. Orang tua saya juga sering menasihati saya untuk tidak banyak ngemil. Saya dulu memang cuek sekali dengan kondisi fisik karena saya pikir tidak apa-apa selama sehat. Selain itu, saya juga belum paham mengenai BMI (body mass index) sehingga saya pikir memang badan saya saja besar sehingga normal saja untuk memiliki berat seperti itu. Setelah saya mengetahui BMI, saya kaget karena saya termasuk kategori yang overweight. Berat badan saya sempat di kisaran 75 kg yang berarti sudah berbeda belasan kilo semenjak kuliah wkwkkw. Baju-baju pun sudah tidak muat dan saya tidak pernah bisa membeli baju all size di online shop. All size itu adalah pembohongan publik, wakaka. Saya akhirnya memutuskan untuk mencoba mengurangi berat badan agar setidaknya saya bisa masuk dalam kategori BMI yang normal. Masalah ukuran baju sih bonus saja.

Saya memulai percobaan menurunkan berat badan pada Agustus 2019. Saya tidak melakukan diet ekstrem. Saya hanya mulai memasak makanan saya sendiri, tidak memakan banyak cemilan, dan bergerak lebih banyak. Saya beruntung memiliki teman seperjuangan saat itu yaitu teman kosan yang juga ingin hidup lebih sehat. Kami masak bersama sebelum bekerja. Saya bergerak lebih banyak dengan bersepeda setiap pagi sebelum memasak. Terkadang ke pasar untuk membeli bahan masakan, terkadang hanya berputar-putar keliling Setiabudi. Saat itu saya belum berani bersepeda jauh-jauh, paling hanya 12 km. Yang penting sepedaannya yang rutin. Saking seringnya saya bersepeda saat itu, ibu-ibu sekitar kosan sampai bertanya mengapa saya tidak memakai sepeda saya saat saya keluar berjalan kaki. Begitu juga ibu jamu di depan gang. Saat saya membeli jamu pertama kali, saya terharu saat ibunya tahu saya yang sering bersepeda berkeliling. Tentu saja itu jadi penyemangat saya untuk rajin bersepeda hehehe. Selain itu, saya mengusahakan untuk lebih banyak berjalan kaki saat berangkat dan pulang kantor.

Mungkin karena saya sebelumnya overweight, jadi dengan mengurangi sedikit makan dan perbanyak bergerak saja sudah efektif. Pada awal tahun berikutnya, saya sudah berkurang hampir 10 kilogram. Alhamdulillah sudah termasuk BMI yang normal. Sudah di-approve oleh ibu-ibu tetangga dan mba kosan dan meminta saya untuk mempertahankannya wkwkkw. Untuk ukuran baju sih tidak terlalu berkurang dan masih menggunakan ukuran lama. Saya ingin menurunkan berat badan kembali namun ternyata lebih sulit menurunkan badan setelah menjadi normal. Apalagi setelah memasuki masa pandemi di mana awalnya saya tidak bisa ke mana mana sehingga tidak bisa berolahraga dan banyak bergerak.

Saat pandemi saya tidak membatasi apa yang saya makan. Saya merasa hiburan saya ya makan. Teman-teman kosan yang sekantor sudah pergi sehingga saya sendirian di kosan dan tak ada teman main. Saya tetap memasak sendiri dan juga membeli banyak makanan untuk cemilan. Terkadang mencoba membuat cemilan sendiri di akhir minggu.Saya sempat sakit tipes saat awal pandemi sehingga berat badan saya sempat turun lumayan banyak namun setelah sembuh saya banyak makan lagi dan berat badan kembali ke sebelum sakit.

Setelah beberapa bulan pandemi, emosi saya yang terpendam sepertinya meledak sehingga saya sempat malas melakukan apapun. Sampai suatu hari saya mencoba bangkit dengan memperbanyak aktivitas. Saya mulai bersepeda kembali. Untungnya Junita baru membeli sepeda sehingga saya memiliki teman bersepeda. Saya mulai bersepeda dengan jarak yang lebih jauh di akhir minggu, tidak hanya sekitar Setiabudi. Saya jadi berani bersepeda di jalan raya Jakarta. Saat itu saya tidak ada niat untuk menurunkan berat badan. Tujuan saya cuma satu: happy saat pandemi. Bahkan saya tidak menimbang berat badan kembali agar tidak sedih.

Saya akhirnya mulai merambah ke dunia lari. Berawal dari mengikuti virtual run yang diikuti Junita. Saya memang terinspirasi dari Junita yang rutin olahraga. Dia tidak hanya bersepeda, tapi juga rutin lari. Saya juga melihat orang-orang yang rajin berlari itu banyak yang ramping hahaha. Akhirnya saya mencoba berlari sedikit demi sedikit tapi rutin. Saat awal-awal di Bandung malah saya berlari hampir setiap hari karena excited dengan udara paginya. Agar tetap tidak lemas saat berolahraga, saya tidak mengurangi porsi makan saya. Saya mencoba berolahraga setiap hari terlebih dahulu dan melihat hasilnya setelah beberapa bulan.

Ternyata berat badan saya tidak berkurang drastis, hanya sekitar 2-3 kilogram dari berat yang turun 10 kg sebelumnya itu. Uniknya, ukuran baju saya malah berkurang dua size padahal saya tidak mengurangi makan saya (saya bahkan banyak jajan karena jajanan Bandung enak-enak). Alhamdulillah saya sudah bisa membeli baju di online shop lagi wkwk (malah jadi meningkatkan kesempetan untuk boros XD). Ternyata setelah mencoba mengukur komposisi berat tubuh di pusat kebugaran terdekat, massa otot saya sudah lebih besar dibanding massa lemak yang membuat ukuran tubuh mengecil. Walau ukuran tubuh mengecil, umur metabolisme saya ternyata masih tua haha. Saya perlu mengurangi jajanan tidak sehat dan lebih banyak makan buah dan sayur. Tidak lupa cukup meminum air. Mari kita lihat selama beberapa bulan ke depan, apakah dengan makan yang lebih sehat dan tetap berolahraga umur metabolisme saya akan menjadi lebih muda dengan umur saya sekarang? Semoga saja iya, aamiin.

Inap

Salah satu yang membuat berbeda antara masa sekolah dan masa kuliah dan setelahnya itu adalah kebebasan. Kebebasan untuk melakukan yang bisa dilakukan jika tidak tinggal di rumah orang tua. Bukan berarti mau melakukan hal yang negatif loh haha. Walau kebebasan itu jadi mengorbankan kebersamaan bersama keluarga, sesuatu yang sangat asing bagi saya yang terbiasa berkumpul. Kebebasan yang membuat saya melakukan hal yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya, yaitu menginap di rumah teman.

Continue reading Inap

Rihat

Bulan ini terasa singkat. Memang sih bulan ini bulan Februari jadi memang lebih sedikit jumlah harinya. Saat saya merenungkan apa saja yang saya telah lakukan bulan ini, ternyata bulan ini tidak terlalu produktif dibanding bulan sebelumnya. Saya hanya mem-publish empat tulisan di blog saya pada bulan ini. Salah satunya bahkan hanya kiriman foto sebagai uji coba story di WordPress (yang ternyata seperti pos biasa tapi bisa diklik menjadi full screen seperti story). Saya biasanya meluangkan waktu pada malam hari sebelum tidur untuk menulis di blog ini, setidaknya cerita tentang masa lalu agar tetap belajar storytelling. Pada bulan ini, saya seperti kehabisan ide, dan juga tidak memaksakan diri untuk menulis. Saya sempat berpikir kalau tulisan saya ini kurang berguna untuk orang lain sehingga saya menunggu ide tulisan yang penting untuk datang. Saya lupa kalau saya menulis kan untuk diri saya sendiri agar saya terbiasa menceritakan sesuatu. Saya punya kelemahan untuk menceritakan kembali suatu kejadian. Mungkin dengan menulis blog ini saya bisa terlatih untuk menceritakan sesuatu dengan lebih detail, hehe. Anggap saja bulan ini saya rihat dari blog untuk mengingat tujuan saya di awal, wkwk.

Selain menulis, intensitas olahraga saya berkurang. Biasanya saya berolahraga, minimal dengan berjalan kaki, paling sedikit 5 kali seminggu. Setelah saya mengecek riwayat olahraga saya bulan ini, ternyata sekarang rata-rata hanya 3 kali seminggu. Selain karena hujan, saya juga merasa lebih malas, wkwk. Saya merasa kurang berenergi setelah bangun tidur sehingga saya berpikir untuk memperpanjang waktu istirahat saya. Padahal kalau mencoba keluar dari kamar sih langsung semangat lagi. Tapi energi aktivasi yang dibutuhkan sepertinya sangat besar pada bulan ini. Ya anggap saja saya istirahat sejenak dan kembali lebih kuat (come back stronger XD) di bulan depan, aamiin.

Seharusnya kalau tidak dipakai untuk olahraga atau menulis, saya bisa melakukan hal produktif lainnya ya, tapi kenyataannya tidak. Buku yang saya baca pada bulan ini lebih sedikit dibanding bulan lalu. Padahal saya sudah punya target minimal 4 buku per bulan di Goodreads. Bulan ini memang baca beberapa buku, tapi belum ada yang selesai XD. Saya membaca beberapa lembar awal suatu buku dan pindah ke lembar awal buku lainnya. Duolingo pun begitu. Awalnya saya semangat mengejar peringkat di liga dan menjaga day streak saya. Dua minggu terakhir ini malah bergantung pada streak freeze, wkwk. Lewat satu hari, beli persediaan streak freeze lagi. Saya lupa kalau yang penting bukan day streaknya, tapi mempelajari kata baru setiap harinya. Ya anggap saja saya sedang rihat (istirahat terooos), wkkw.

Saat lihat laporan durasi penggunaan handphone pada bulan ini ternyata turun drastis. Saya memang benar-benar istirahat bulan ini, haha. Dunia nyata dan dunia maya. Jadi bulan ini saya melakukan apa saja ya kalau banyak istirahatnya begitu? XD

Setengah Dekade

Bulan Februari ini menandai 5 tahun saya menjalani kehidupan pekerjaan profesional. Lebih terlambat dibanding teman-teman seangkatan yang lain, namun menurut saya sudah cukup cepat kalau dilihat dari tahun lulusnya, haha. Berawal dari mengunjungi booth job fair di kampus pada bulan Oktober tahun 2015. Saya mendaftar di salah satu perusahaan yang sedang melakukan pameran di sana. Alasan utama mendaftar di kantor itu sebenarnya dari rekomendasi teman-teman saya: Mba Ya dan Mba Wid yang sudah promosi dari semenjak mereka bekerja di sana. Saya sendiri sesungguhnya saat itu tidak punya banyak harapan dan keinginan mengenai benefit. Asalkan penghasilannya cukup untuk saya dan juga bisa bekerja dengan teman yang sudah dikenal. Jujur pada awal bekerja saya masih mencari tempat bekerja yang pegawainya ada yang saya kenal sehingga tidak terlalu banyak adaptasi. Di pekerjaan selanjutnya saya tidak mencari hal itu lagi, lebih banyak ke tempat kerja yang nyaman dan benefit yang sesuai.

Pemilihan jobdesk pekerjaan saat itu tidak saya pikirkan terlalu matang. Saya masih ingat ada beberapa lowongan yang tersedia sebagai mobile engineer, backend engineer, dan quality assurance. Saya tentu ingin sekali menjadi mobile engineer karena merupakan salah satu keinginan saya sejak saat lama. Impostor syndrom yang saya idap semenjak kuliah membuat saya tidak percaya diri dan tidak memiliki growth mindset. Saya pikir saya tidak akan kompeten jika saya daftar sebagai mobile engineer dan saya ingin sekali bekerja di sana. Saya pun memilih QA sebagai pilihan pertama. Kalau saya ingat-ingat lagi sekarang, saya sama-sama tidak kompeten di keduanya karena saya pun merasa tidak teliti dan tidak suka pekerjaan yang berulang. Menurut saya, menjadi QA perlu kesabaran yang tidak berbatas yang tentu saya tidak merasa memiliki itu. Akhirnya saya memilih QA sebagai pilihan pertama dan mobile engineer di pilihan kedua.

Oh iya, ini juga menandakan 5 tahun saya bekerja di Jakarta. Sebelumnya saya sebenarnya tidak terpikir untuk bekerja di Jakarta karena saya sebenarnya lebih suka di Bandung. Orang tua tentu saja menyarankan saya bekerja saya di Jakarta agar bisa bolak balik rumah. Saya pun tertarik bekerja di Jakarta karena teman-teman saya bekerja di Jakarta (lagi lagi saya dulu friend oriented). Saya pun resmi jadi komuter. Bolak balik ikut meramaikan kapasitas KRL. Dari yang awalnya berangkat sangat pagi sampai berangkat lebih siang. Mulai berani tapi tentu tidak sampai telat masuk kantor.

Awal menjadi QA, saya cukup banyak mengeluh dan sempat sampai menangis. Di kantor pertama saya, saya merasa QA diposisikan lebih rendah dibanding developer. Jika ada bug, yang disalahkan pun QA. Deployment juga merupakan salah satu tugas QA sehingga harus ikut deploy di tengah malam (karena ada down time sehingga memilih malam hari). Saya juga perlu mengetes manual dan melakukannya berulang setiap hari karena belum ada automation. Untuk memulai automation test, diperlukan resource yang cukup agar pekerjaan reguler tetap tertangani. Di sisi lain, saya juga belum mengenal automation test seperti sekarang. Pernah juga saya ditempatkan di bagian project dan kena omelan klien. Walaupun begitu, sebenarnya saya tidak terpikir untuk resign karena saya pikir ini adalah hal yang memang perlu saya hadapi, hingga suatu ketika teman-teman saya merencanakan untuk resign. Karena saya saat itu friend oriented, saya tidak mau ditinggal sendirian sehingga saya ikut mencari pekerjaan baru. Lucunya, saya yang duluan mendapat pekerjaan baru saat itu dan malah meninggalkan teman-teman.

Di kantor kedua, saya masih menjadi QA Engineer. Kalau kali ini, saya sudah berusaha untuk mendaftar sebagai software engineer namun saya tidak lolos di tahap interview. Saya kemudian ditawarkan untuk menjadi QA Engineer, dan akhirnya saya mencobanya dan Alhamdulillah diterima. Di perusahaan kedua ini saya tidak menguji manual lagi. Tugas saya saat itu merancang automation test untuk suatu divisi. Saya mulai menganggap QA sebagai pekerjaan yang menyenangkan dan memiliki banyak prospek ke depannya. Banyak hal yang perlu saya pelajari di automation. Namun di perusahaan ini saya hanya sebentar karena saya memiliki masalah lain yang pernah saya ceritakan di pos pos terdahulu.

Kantor ketiga adalah kantor saya sekarang. Uniknya, kantor ini ternyata pernah saya temui saat mengunjungi booth job fair di kampus dahulu. Dulu saya tidak mendaftar karena simply tidak ada teman yang saya tahu di sana, haha. Saat masuk kantor pertama, teman-teman saya bercerita kalau tes masuk sana termasuk sulit dan penyaringannya sangat ketat. Memang cukup unik sih tesnya, karena perlu pair programming dengan beberapa orang. Ternyata kantor ini yang membuat saya senang sekali untuk menjadi Test Engineer. Tidak ada perbedaan kasta antara developer dan tester. Banyak hal baru yang bisa digali, teman-teman yang suportif baik dari sisi pekerjaan maupun dari sisi sosial. Belum pernah saya merasa sesemangat ini bekerja. Di saat saya sudah menentukan career path ke depannya untuk menjadi Test Engineer (sudah survey ke automation tester terkenal di dunia *gaya*), perusahaan memberikan saya kesempatan untuk menjadi iOS Engineer. Impian saya dahulu. Tentu saja saat ditawarkan impostor syndrom ini muncul lagi. Saya sempat bilang saya tidak punya skill sama sekali sehingga takut tidak bisa kontribusi. Namun CTO saya bilang kalau saya bisa jadi super junior developer, banyak mencatat, dan belajar dari teman-teman lainnya. Saat CTO saya saja percaya, masa saya sendiri tidak percaya, haha.

Perjalanan setelah itu memang tidak mulus. Trauma-trauma coding di masa kuliah lalu kadang muncul dan membuat saya tidak percaya diri. Sempat berpikir untuk berhenti dan berbalik. Menginginkan kejayaan masa lalu. Tapi selalu ada yang menghentikan itu, entah saat 1 on 1 atau saat tidak sengaja membaca pengalaman-pengalaman orang. Saat menyelesaikan satu task, walau lama, membuat saya semangat lagi. Saat – saat pandemi juga merupakan saat-saat yang berat karena tidak bisa pair programming dan bertanya secara langsung. Masalah kesehatan dan masalah-masalah lain juga mempengaruhi pikiran saat itu. Sempat dua hari cuti (padahal tidak kemana-mana dan tidak melakukan apa-apa) dan berpikir jauh. Mengumpulkan semangat yang sudah berserakan entah kemana. Saya mencoba berjalan tanpa terlalu banyak berpikir ini jalan yang tepat atau tidak atau memikirkan jalan yang lain yang terlihat lebih mudah untuk saya. Saya tidak sadar kalau posisi saya sekarang sudah jauh lebih maju dibanding di awal. Saat penilaian kemarin, walau masih belum maksimal, ternyata saya berprogress. Saya kurang memberikan apresiasi pada diri sendiri dan terlalu melirik pencapaian orang. Sekarang saya mencoba mengobati impostor syndrom saya karena saya masih terlihat merasa inferior menurut superior saya. Sepertinya rasa inferior ini sudah menjadi luka batin yang perlu saya sembuhkan perlahan. Baru saya sadari setelah membaca suatu buku. Kapan-kapan saya share hihi. Terimakasih sudah membaca!