Sama seperti Desember tahun lalu, akhir tahun kantor sepi karena banyak teman-teman kantor yang mengambil cuti. Walau sekarang tidak terasa karena bekerja dari rumah, tapi masih terlihat dari jumlah orang yang ikut stand up call pagi harinya. Yang biasanya sampai ratusan, tadi pagi hanya sekitar 60 orang. Anggota tim saya sendiri bisa dihitung dengan jari. Memang sih hanya diperlukan 6 hari cuti untuk mendapatkan libur selama 2 minggu. Apalagi selama wfh kebanyakan orang tidak menggunakan cutinya karena tidak bisa dipakai kemana-mana. Jadi memang saat yang tepat untuk memakai cuti sebelum hangus tahun depan.
Saya sebagai outlier tentunya tidak merasakan hal yang sama, haha. Cuti saya sudah habis untuk mengurus urusan rumah sakit dan saya yang cenderung butuh libur saat wfh. Saya pun butuh kontrol gigi yang jadwalnya sulit sekali ditemukan di weekend. Jaraknya cukup jauh sehingga saya butuh setengah hari cuti setiap kontrol. Untungnya selama pandemi ini saya tidak kontrol setiap bulan. Walau sering mengambil cuti, untungnya cuti saya tidak minus, haha. Kantor saya cukup fleksibel sehingga bisa menghutang cuti jika dibutuhkan. Walaupun bisa, saya tidak mengambil cuti karena saya malah butuh bekerja untuk mengisi waktu.
Saya tidak mudik juga pada liburan kali ini. Sebenarnya kalau pulang masih bisa wfh sih, jadi bahkan tidak perlu cuti sebenarnya. Namun saya masih ragu untuk pulang. Rumah saya tidak terlalu besar sehingga saya tidak bisa isolasi mandiri dulu selama dua minggu. Saya tidak membawa kendaraan sendiri, bahkan perlu naik kereta, KRL atau grab yang harus bertemu orang sehingga bisa mudah terekspos. Saya terkadang merasa apakah saya yang terlalu hati-hati atau malas ya. Covid test pun ditanggung kantor sebenarnya jadi bukan masalah uang. Saya benar-benar takut jika saya yang menularkan virus ke orang tua saya, apalagi saya masih butuh keluar rumah. Bisa menyalahkan diri sendiri seumur hidup. Jadi saya putuskan untuk tidak pulang, semoga tidak dicap anak durhaka. (semoga) Saya tidak menjudge orang-orang yang memilih untuk mudik, mereka pasti punya alasan sendiri dan mungkin lebih tahu untuk menjaga diri dan keluarga mereka sendiri. Mungkin juga jika sendirian di liburan ini akan lebih menyakitkan dibanding covid itu sendiri. Itu pilihan masing-masing orang.
Oh iya juga, pada Desember tahun lalu, seakan seperti teaser tahun 2020, beberapa hal membuat saya patah hati dan semangat hidup menurun. Saya diberitahu oleh Pak Kabag bahwa saya perlu melakukan PIP (performance improvement plan) karena performance tahun lalu yang buruk. PIP dilakukan pada bulan Januari yang membuat liburan saya kurang tenang haha. Saya perlu membaca buku buku teknikal pada saat liburan untuk mengejar ketertinggalan saya. Mungkin karena pikiran yang sedang kacau, badan saya pun ikut lemah kala itu. Saya juga mendapatkan hasil tes biopsi dari leher saya pada masa-masa itu. Saya masih ingat saya membuka surat hasil lab di tengah-ruang tunggu rumah sakit. Isi surat itu menyatakan jaringan yang diuji adalah jaringan yang memiliki sel yang ganas. Di umur 26 yang menurut saya masih muda, saya menderita kanker tiroid papiler. Saat itu saya memendam hasil itu sendiri. Saya belum menceritakannya ke orang tua ataupun teman saya. Saya cuma ingin menikmati liburan bersama teman-teman saya di akhir tahun.
Akhir tahun lalu saya ke Bandung bersama teman kampus saya untuk liburan bersama. Kami menyewa satu kamar apartemen di Braga City Walk untuk 4 orang. Saya, Rindy, Ami, dan Mba Wid. Dua hari sebelumnya sebenarnya saya sakit, namun saya tetap ikut, mungkin kalau sekarang mah tidak boleh ya haha. Kami menghabiskan hari terakhir di tahun itu untuk melihat-lihat Braga dan sekitarnya. Malamnya ternyata ada semacam festival di dekat alun-alun, ada beberapa wahana dan tentu saja tempat makan untuk kulineran.Oh iya, sorenya saya kehujanan dan malamnya saya tidak memakai jaket. Jadilah besoknya saya demam tinggi dan batuk hingga saya ke IGD karena tidak ada dokter rawat jalan. Awal tahun sudah ke dokter XD. Kalau sekarang mungkin sudah curiga covid.
Tahun ini saya akan menghabiskan akhir tahun di Bandung lagi, tapi bukan dalam rangka berlibur. Akhir tahun ini saya perlu banyak bersyukur karena tidak seperti tahun lalu, saya tidak mendapatkan surat PIP lagi XD. Alhamdulillah saya juga sudah sembuh dan saya tidak sering sakit. Saya jadi semangat berolahraga agar tetap sehat dan tidak overweight wkwk. Saya rasa kelebihan berat badan membuat saya mudah terserang penyakit dan juga malas. Tidak harus sekurus artis-artis Korea, normal saja saya sudah cukup. Olahraga ternyata menyenangkan kalau kita bersemangat. Benar kata kolega saya, melakukan sesuatu mau dilakukan dengan semangat atau tidak membutuhkan energi yang sama, namun menghasilkan output yang berbeda. Insya Allah yang dilakukan dengan bersemangat hasilnya akan lebih baik. Semangat!!!