Terus Terang Terang Terus

Siapa yang membaca judulnya terus ingat jingle suatu produk? Wkwk. Akhirnya saya mencapai titik jenuh juga terlalu lama di kosan. Keluar sering-sering pun tidak aman dan paling mentok juga Alfamidi yang jaraknya tidak sampai 500 m. Saya akhirnya merombak posisi barang-barang di kosan (lagi). Lemari-lemari digeser, monitor akhirnya memiliki mejanya sendiri, tidak langsung terkena lantai. Kasihan soalnya nanti masuk angin XD. Beberapa barang yang tidak dipakai dimasukkan ke gudang. Alhasil kamar jadi terlihat jauh lebih luas. Ibu kosan pun kaget melihatnya, wkwk *lebay* Kalau begini, jadi rindu Gang E squad kumpul di kamar. Sekarang pasti jadi lebih nyaman. Settingan tempatnya sudah oke banget buat main AirConsole bersama-sama.

Tidak hanya mengubah posisi barang-barang di kamar. Saya akhirnya membeli barang yang sudah lama saya inginkan, yang sebenarnya tidak penting-penting amat sih, tapi mampu membuat kebosanan berkurang (setidaknya untuk sekarang-sekarang). Apa itu?

Lampu Pintar 9 Watt – RGBWW

Ya, saya membeli lampu pintar yang bisa terhubung dengan wifi sehingga bisa dikendalikan oleh aplikasi di platform Android maupun iOS. Kalau mau dikontrol lewat asisten virtual seperti Alexa, Siri, dan Google Assistant juga bisa. Kan pintar, wkwk. Saya membelinya berawal dari keinginan saya untuk mematikan lampu secara otomatis karena saya sering ketiduran dan lupa untuk mematikan lampu. Terkadang saya malas turun dari kasur lagi untuk berjalan mematikan saklar XD *jangan dicontoh* Selain itu, saya juga ingin mengatur intensitas kecerahan lampu. Saat bekerja di siang hari, saya lebih suka dengan cahaya yang lebih putih dan lebih cerah (Saya tidak tahu istilah tepatnya XD), kalau di malam hari saya lebih senang sedikit kuning.

Saya berpikir berkali-kali untuk membeli lampu ini, wkwk, takut keinginan sekejap semata. Saat banyak yang mereview Yeelight di sosial media, saya jadi terdorong untuk membelinya, dengan merk yang berbeda XD. Alasannya karena lebih murah tentunya dan kebutuhan saya pun sudah tercukupi dengan merk BARDI ini. Saya membelinya dengan harga 99ribu dan mendapatkan gratis ongkir ( kombinasi yang cukup hemat kan *pembelaan*). Reviewnya juga cukup baik sehingga saya tertarik untuk mencobanya.

Spesifikasi Lampu

Pengaturan awalnya cukup mudah. Kita perlu menginstall aplikasi “Smart Life” terlebih dahulu dan mereset lampu dengan turn off -turn on saklar 3-5 kali hingga kedap kedip. Sambungkan dengan wifi dan kemudian lampu sudah siap digunakan. Kita bisa mengatur warna, tingkat kecerahan, dan juga color temperature yang diinginkan. Saya mengaturnya dengan feeling saja sih sesuai mood, wkwk. Ada juga preset yang bisa dipilih seperti mode bekerja (lampu lebih putih dan terang), mode membaca (lampu sedikit kuning dan terang namun tidak seterang mode bekerja), mode malam, ajeb-ajeb (bisa berkelap-kelip dan mengatur kecepatannya), dkk.

Setelah mencobanya, saya bisa membayangkan saya berada di suatu tempat lain. Saya bisa berimajinasi saya sedang ada di kamar saya di rumah nenek yang lampunya biasanya berwarna kuning. Saya juga bisa membayangkan saya sedang di ruangan karaoke dengan mengatur lampu jadi berkelap-kelip wkwkkw. Sambil bernyanyi tentunya. Saya juga bisa mengatur lampu seperti di kamar saya di rumah yang sedikit biru, wkwk. Ya lampu ini bisa bermanfaat untuk menghibur diri juga selain otomatisasi.

Semoga awet ya, di buku panduannya sih diklaim bertahan hingga 50000 jam yang berarti sekitar 5 tahun.

Terimakasih sudah membaca XD

Sabar dan Menerima

Saya masih ingat perkataan dosen Probabilitas dan Statistika saat kuliah pertama, beliau memberikan semacam peringatan kepada mahasiswanya. Saya sebenarnya lupa kata-kata tepatnya *lagi*. Kurang lebih seperti ini: Kalau nanti di akhir perkuliahan mendapatkan nilai yang mepet atau mendekat nilai atasnya, tidak perlu memohon-mohon agar nilainya bisa naik ke nilai atasnya tersebut. Contohnya: Misalnya nilai kita mendapat nilai 78 dan untuk mendapat nilai A adalah 80, terima sajalah. Beliau bilang lebih baik sabar dan menerima, Insya Allah segala kelebihan nilai tersebut akan menjadi tabungan kebaikan, akan “terbalas” di mata kuliah lain atau tempat lain. Tidak ada yang sia-sia.

Sesungguhnya saya kurang mengerti saat beliau menyampaikan hal itu. Bagaimana bisa nilainya “terbalas” di mata kuliah lain, namun akhirnya saya mengerti saat mengalaminya di kemudian hari. Saya mendapatkan nilai yang cukup mepet ke suatu indeks di mata kuliah tersebut. Sesuai nasihat ibunya, saya tidak berniat untuk mengusahakan nilai tersebut menyentuh batas atasnya. Saya sebenarnya memang bukan tipe yang maksa sih wkwk. Kemudian saya bertemu Ibu di mata kuliah lain, mata kuliah yang lebih sulit, kalau tidak salah Intelejensia Buatan. Di mata kuliah ini, yang saya kira di awal saya akan mengulang, ternyata tidak, dan bisa mendapatkan nilai yang baik. Saya seperti diberikan kemudahan dan nilai akhir yang didapatkan akhirnya pas-pasan di suatu indeks, kurang sedikit saja bisa ke indeks di bawahnya XD. Mungkin ini maksud ibunya terbalaskan di mata kuliah lain.

Pengalaman sabar dan menerima lainnya yaitu saat bekerja. Saya pernah sedikit kecewa karena teman yang bekerja dengan beban yang sama sudah naik duluan dan ternyata gaji orang yang baru masuk lebih besar dari saya *salah sendiri saya nanya2*. Saya sempat sedih dan terpikir untuk bekerja tidak terlalu sepenuh hati, tetapi saya tiba-tiba ingat kata-kata Ibu Dosen bahwa tidak ada yang sia-sia, jadi saya menerima saja dan bersabar. Alhamdulillah akhirnya gaji saya naik melebihi ekspektasi saya dan tentu saja belajar dari kesalahan sebelumnya, saya tidak mau tahu atau memberi tahu nominal gaji ke orang lain. Saya juga manusia, yang tetap iri padahal kebutuhan orang kan beda-beda.

Sama seperti saat ini, saat wabah Corona melanda, saya harus bersabar dan menerima keadaan. Rencana jalan-jalan bersama teman-teman batal, padahal sudah beli tiket. Saya juga sudah lama tidak bertemu dengan orang tua, adik-adik, dan juga teman-teman dekat. Bulan Ramadan ini benar-benar sahur sendiri dan buka puasa sendiri. Sempat sih satu dua kali bersama teman kosan yang masih ada, sisanya benar-benar sendiri. Jauh berbeda dengan tahun lalu. Idul Fitri pun akan dijalani sendiri di kosan. Rumah saya sebenarnya tidak sejauh teman-teman lainnya, tetapi kalau pulang sekarang, sia-sia dong pengorbanan selama dua bulan untuk tidak menularkan virus ke keluarga, wkwk. Alhamdulillah orang tua saya sangat mengerti dan tidak memaksa saya pulang. Soalnya takut juga ketularan XD. Orang tua saya juga kasihan dengan tenaga kesehatan.

Saya masih beruntung karena masih bisa WFH dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang perlu berjuang menghadapi wabah secara langsung dengan APD lengkap dan segala ketidaknyamanan lainnya. Jadi, saya pikir tidak apa-apa untuk tidak bertemu dengan keluarga untuk sementara ini. Insya Allah jika kita bersabar dan menerima, akan ada sesuatu yang baik yang menanti di depan. Biarlah orang-orang yang memaksa tetap mudik atau yang malah ke mal cari baju. Jangan iri atau malah ikut-ikutan. Kesal pun hanya menghabiskan energi. Semoga pemerintah segera diberikan taufik dan hidayah untuk membuat kebijakan yang lebih baik lagi.

Selamat menyambut Idul Fitri 1441 H!

Semoga kita ‘menang’ dalam menghadapi ujian kita masing-masing ya.

Ke Dokter Gigi Saat PSBB

Sudah dua bulan saya menahan sariawan di mulut akibat kawat behel rahang atas bergeser terlalu jauh keluar dari lintasannya. Setiap mengunyah, kawat tersebut menusuk ke pipi belakang, dan makin lama kawatnya makin keluar jalur dan menusuk lebih dalam. Selain itu, bracket saya juga beberapa lepas. Seharusnya saya kontrol ke dokter gigi setiap sebulan sekali, namun karena ada virus Corona ini, saya menunda jadwal kontrol. Saya pikir tidak apa-apa menahan sebulan dua bulan. Namun akhirnya saya memutuskan untuk ke dokter gigi pada hari Senin lalu, karena sudah terlalu sakit yang menyebabkan saya malas makan. Positifnya, berat saya turun sampai 4 kg sih, tetapi saya sepertinya jadi kurang gizi XD. Saya tidak berani potong kawat sendiri, karena jika tidak rapi, akan lebih membahayakan lagi.

Walau sebenarnya tidak disarankan untuk ke dokter gigi di saat wabah seperti ini, tetapi ternyata sulit juga mendapatkan jadwal. Jadwal terisi penuh. Saya akhirnya mendapatkan jadwal yang kosong di hari Senin jam 13.00. Saya mengambil cuti setengah hari setelah memperhitungkan waktu tempuh Jakarta-Depok-Jakarta dan waktu kontrol, bisa memakan waktu 3 jam. Belum lagi saya tidak bisa menggunakan ojek online, sehingga saya perlu waktu tambahan untuk berjalan kaki dari kosan ke stasiun Sudirman, stasiun Depok ke Klinik, dan sebaliknya.

IMG_6695
Gang kecil dekat kosan

IMG_6704
Jalan Menuju Stasiun

Memangnya masih bisa naik KRL?

Alhamdulillah saat hari Senin lalu saya masih bisa naik KRL tanpa ditanya apapun. Saat saya melihat berita hari ini ternyata sudah mulai ditanyakan surat tugas dari tempat bekerja jika ingin naik KRL walau baru sosialisasi. Stasiun Sudirman sangat sepi di siang hari. Tampak di lorong pintu masuknya ada tukang ojek sedang duduk-duduk berteduh. Menunggu penumpang yang sebenarnya illegal. Di depan tempat tap kartu masuk ke stasiun dipasang temperature monitor dengan layar yang cukup besar. Saya bisa melihat suhu badan saya saat masuk adalah 36,2 derajat. Saya bisa masuk tanpa ditanyakan apa-apa.

IMG_6707
Roti’O masih buka

IMG_6736
Peron menuju Bogor yang sepi dan ada penanda tempat berdiri

IMG_6717
Kereta datang!

Saya pikir di dalam kereta akan sepi. Namun ternyata semua tempat duduk yang boleh diduduki banyak yang sudah terisi. Alhamdulillah saya masih kebagian. Setiap kursi yang panjang hanya boleh diduduki sebanyak 4 orang diselingi dengan pembatas. Jika ada yang berdiri tidak boleh berhadapan dengan tempat duduk. Terdapat petugas di perbatasan gerbong untuk menertibkan.

IMG_6721
Pembatas antar tempat duduk

Di stasiun tujuan (Depok) saya tidak diperiksa apapun juga. Saya tap keluar dan kemudian berjalan kaki menuju klinik dokter gigi. Gang depan di Stasiun Depok pun tidak seramai biasanya. Saya biasanya perlu minggir-minggir karena banyak orang dan kendaraan yang keluar masuk, namun sekarang lebih leluasa.  Oh iya, saya beruntung karena cuaca cerah walaupun prediksi BMKG adalah hujan pada jam tersebut.

IMG_6725
Gang depan Stasiun Depok Lama

IMG_6726
Klinik Dokter Gigi yang ternyata juga Sepi.

Sesampainya di klinik, saya diminta untuk mengisi form yang berisi pertanyaan mengenai kesehatan saya dan apakah saya habis bepergian ke luar negeri dan memiliki symptom akhir-akhir ini. Saya juga diukur temperaturnya dan hasilnya sama dengan sebelumnya, 36,2. Saat masuk ke ruangan dokter gigi, dokter gigi dan perawat menggunakan APD lengkap dengan hazmat suit. Saya merasa aman melihatnya. Akhirnya saya scaling seperti biasa, dan kemudian memasang bracket yang lepas dan juga mengganti kawat dan karet behel.

IMG_6761
Pencapaian terjauh selama dua bulan terakhir. Bahkan sebelumnya tidak ada log sama sekali karena kalau harus keluar pun saya tidak membawa hp.

IMG_6746
Bonus ilalang di pinggir jalan Sudirman

IMG_6749
Bonus foto ilalang (lagi)

 

Alhamdulillah saya sampai ke kosan lagi dengan selamat. Kereta saat pulang lebih sepi bahkan hanya terisi +- 5 orang dalam satu gerbong.  Sesampainya di kosan. saya langsung bersih-bersih dan lalu kerja kembali. Senang sekali bisa berjalan jauh hari ini. 4,8 km! wkwk. Pencapaian terjauh selama karantina #yaiyalah. Saya juga senang bisa menggunakan ransel saya lagi :’). Semoga saya tidak terkena virus corona ataupun menyebarkannya selama perjalanan ini. Aamiin

P.S: Alhamdulillah sekarang sudah nyaman mengunyah. Namun ternyata malamnya satu bracket lepas lagi dan ketelan bersama makanan buka. XD

 

Day ?? : Kisah Sedih Masa Korona

Entah sekarang sudah hari ke berapa dari masa karantina dimulai. Sudah malas menghitung hari, nanti jadi lagu Krisdayanti lagi XD. Awal minggu ini saya mulai dengan kisah kesedihan, saya menonton drama Korea super sedih yang menguras air mata (walau ada komedinya juga sih), Hi Bye Mama. Saya sebenarnya sudah lama berhenti menonton drama Korea, tetapi saya sudah terlanjur berlangganan Netflix untuk menonton film yang saya ingin sekali tonton. Saya pikir saya harus memanfaatkan masa langganan sebulan ini.

Saat menelusuri daftar film di halaman muka Netflix, akhirnya saya menemukan poster yang menarik: seorang anak kecil lucu di antara dua wanita. Saya coba menonton episode pertamanya terlebih dahulu dan ternyata menarik dan akhirnya saya penasaran dan saya tonton hingga akhir episode. Tidak langsung sehari sih, beberapa hari dengan melompati beberapa adegan yang terlalu sedih.

Hi Bye, Mama!: Season 1
Hi Bye Mama

Jadi film ini mengisahkan seorang wanita yang menjadi hantu setelah meninggal dunia karena kecelakaan. Dia meninggal saat hamil besar dan anak yang dikandungnya berhasil diselamatkan. Setelah 5 tahun, dia selalu menemani keluarganya, walau tidak terlihat. Suaminya pun sudah menikah lagi. Pada suatu waktu, dia diberikan kesempatan hidup selama 49 hari dan dapat hidup secara permanen jika dia bisa mendapatkan posisinya kembali: menjadi ibu dari anaknya dan menjadi istri dari suaminya kembali, yang berarti perlu “menyingkirkan” istri baru suaminya.

Mengapa saya jadi cerita tentang film ya? haha. Intinya saya menjadi gloomy setelah menonton film itu. Film tersebut tidak hanya bercerita tetang kehidupan wanita tersebut, namun juga mengenai kehidupan hantu lain yang memiliki kisah tersendiri. Kisah yang membuat hati sesak dan membuat kita mensyukuri  karena kita masih diberikan kesempatan hidup.

Selain mengawali minggu ini dengan menonton kisah sedih, terdapat beberapa berita duka yang terjadi di minggu ini. Berita bahwa Didi Kempot dan Adi Kurdi meninggal dunia, hingga Mcd Sarinah yang ditutup permanen pada 10 Mei 2020. Saya sebenarnya bukan fans beratnya Didi Kempot. saya hanya tahu beberapa lagunya saja. Walaupun saya tidak mengerti bahasa Jawa, saya punya aplikasi penampil lirik yang ada translasinya XD. Saya turut berduka karena saya merasa Alm. Didi Kempot sangat baik, walau saya hanya melihat dari layar kaca dan tweet di akun Twitternya.

Beda Penampilan Karakter Pemain Keluarga Cemara Dulu dan Kini ...
Keluarga Cemara (Sumber: https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3692160/beda-penampilan-karakter-pemain-keluarga-cemara-dulu-dan-kini)

Alm Adi Kurdi adalah aktor yang memerankan Abah di sinetron Keluarga Cemara. Saya senang menonton Keluarga Cemara saat kecil. Series yang menceritakan kehidupan sederhana Abah, Emak, dan anak-anaknya: Euis, Cemara, dan Ragil. Saya sedikit merasa related karena saya juga memanggil bapak saya dengan sebutan “Abah”.  Selain itu, jalan ceritanya juga sedikit mirip, walau abah saya tidak menjadi supir becak setelah kesuksesannya berakhir.

Berita sedih selanjutnya yaitu McD Sarinah ditutup. Saat saya masih tinggal di Jakarta dan keuangan keluarga sedang baik-baiknya, setiap Sabtu saya diajak makan di luar oleh abah saya. Saya senang dibelikan paket Happy Meal. Tentu saja karena berhadiah mainan. Hadiah mainannya kualitasnya bagus, bahkan awet hingga sekarang. Saya masih menyimpannya di rumah. Setiap mainan dari Happy Meal memiliki tahun pembuatan di bawahnya, jadi walau saya tidak ingat, saya tahu kapan saya mendapatkan mainan tersebut. Abah selalu membawa saya ke McD Sarinah itu. Saya tidak ingat sih bagaimana rupanya saat dulu dan tidak ada foto juga. Ibu saya yang selalu cerita setiap melewati daerah sana.

McD Sarinah (Sumber: https://www.ayobandung.com/read/2020/05/08/88631/akhir-kisah-mcdonalds-sarinah-yang-berujung-tutup-permanen)

Selain memori masa kecil, McD Sarinah juga tempat saya membeli Happy Meal dengan uang saya sendiri setelah saya bekerja sampingan saat kuliah. Berbeda dengan saya dan adik saya yang pertama, adik saya yang kedua dan ketiga tidak pernah dibelikan Happy Meal karena kondisi keuangan yang pas-pasan. Saat saya punya uang lebih dan kebetulan sekali saya sedang melewati Sarinah (Saya biasanya naik kereta dari Bandung ke Gambir kemudian lanjut KRL hingga Bojonggede), saya jadi mampir ke McD terdekat untuk beli Happy Meal sebagai oleh-oleh untuk adik saya. Oleh-oleh dari Bandung beli di Jakarta XD. Nah, McDnya itu McD Sarinah. Jadi, McD Sarinah termasuk tempat yang berkesan untuk saya.

Walaupun banyak hal sedih minggu ini, ada juga hal yang menggembirakan. Saya mencoba beberapa situs yang dapat menghasilkan uang. Bukan judi online loh. Karena portofolio saya belum bagus di freelancer.com,  saya mengerjakan tugas-tugas cukup simple di situs uji coba perangkat lunak seperti testerwork.com dan juga membantu anotasi data untuk AI di remotasks.com. Tidak seberapa sih feenya, tapi satu dolar demi satu dolar lama-jadi beberapa dolar. Lumayan untuk mengisi waktu dibanding nonton film yang sedih XD

“I have to keep walking, to keep me from falling down” Man On A Wire – The Script

 

1 Dekade

Screen Shot 2020-05-08 at 21.53.38

Setelah melihat notifikasi wordpress beberapa hari yang lalu, saya baru sadar sudah 10 tahun saya membuat blog di WordPress. Walaupun saya baru aktif ngeblog setahun terakhir XD. Total post yang di-publish ada 79 post, terlalu sedikit untuk 10 tahun sebenarnya.

Sebelum di WordPress ini sebenarnya saya sudah punya blog di Blogspot dan membuat website dengan domain gratisan (yang saya buat untuk tugas saat SMA XD). Saya lupa apa yang saya tulis di sana, dan benar-benar lupa nama akunnya. Saya juga mempunyai akun Tumblr yang sekarang sudah terbengkalai, tempat tersimpannya kegalauan dan kegajean masa-masa kuliah. Banyak tebak-tebakan juga di sana, kalau ada yang berminat membaca, wkwk.

Semoga kedepannya saya semakin semangat untuk menulis agar tulisannya menjadi lebih baik. Sempat kepikiran mau menulis puisi, tapi saya pernah mencobanya dan tidak ada indah-indahnya, ujung-ujungnya jadi komedi XD