178 Hari

Sudah hampir 6 bulan berlalu semenjak kantor memutuskan untuk bekerja dari rumah (WFH). Saat itu Jakarta belum menerapkan PSBB sama sekali dan hingga PSBB transisi ke new normal pun masih diberlakukan bekerja dari rumah. Saat PSBB diperlonggar, kantor mengizinkan untuk bekerja di kantor dengan minta izin terlebih dahulu dan tentu jika masih melebihi kapasitas maksimal yang diperbolehkan. Saya menggunakan kesempatan itu sekitar tiga kali karena ada keperluan dan saya sangat senang bisa bertemu beberapa kolega walaupun tetap tidak bisa pair programming.

Pada awal WFH saya tidak menyangka akan berlangsung selama ini, bahkan hingga PSBB ketat diberlakukan kembali. Enam bulan ini terasa lama sekali. Sudah banyak hal yang terlewati. Seperti yang pernah saya ceritakan di pos sebelumnya, saya sempat demam tinggi beberapa hari karena tipes. Saya merasa kejadian itu sudah lama sekali, padahal terjadi pada tahun ini juga, di bulan Maret.

Awalnya saya hanya mengenal dua teman di kosan yang juga teman kantor. Kini saya sudah mengenali hampir semua penghuni kosan. Beberapa menjadi kenal karena hubungan bisnis, alias partner patungan wifi agar harganya lebih terjangkau. Beberapa menjadi lebih dekat karena menjadi partner ke pasar dan masak bersama. Ada juga yang kenal berawal karena meminjam pompa sepeda. Dari perkenalan-perkenalan itu, jadilah sebuah grup kosan di suatu platform media sosial. Sekarang kalau ada kelebihan makanan atau ingin beli makanan/minuman bersama agar lebih murah jadi lebih mudah. Jika ada butuh sesuatu di kosan tinggal tanya di grup.

Setelah dua tahun di kosan, baru saat WFH ini saya menggunakan rooftop kosan (gaya bener). Kosan saya cukup tinggi jika dibandingkan dengan rumah-rumah di sebelahnya sehingga bisa melihat cukup jauh, tapi tidak sampai melihat monas juga sih. Lumayan untuk hiburan di kosan saja. Kami pun bisa memesan makanan dari atas alias memakai katrol untuk mengangkut makanan dari bawah, haha. Trik yang digunakan oleh Mba Kosan untuk mengambil paket dari bawah.

Pada saat awal PSBB diadakan, saya cukup khawatir dengan persediaan makanan sehingga saya menyetok cukup banyak makanan (mayoritas makanan instan). Gang kosan pun diportal dan dijaga oleh satpam. Pengantar gofood pun tidak boleh masuk sehingga harus di jemput di depan gang, sehingga saya pikir saya harus menyetok makanan karena takut tidak bisa membeli makanan. Mungkin karena pertama kali menghapi situasi seperti ini sehingga saya menjadi panic buying. Stok makanan tersebut bahkan masih ada hingga saya menjalani operasi pada bulan lalu. Kalau sekarang sih sudah merasa cukup tenang, asalkan sudah menyimpan beras dan telur saja. Kalau tukang sayur lewat, beli ayam seekor, dibumbu kuning saja dan simpan di kulkas, bisa buat seminggu. Sayur sih yang saya agak susah, karena tidak bisa disimpan lama. Mungkin harus ikutan mba kosan menanam sayur di atas.

Saya penasaran apakah tanggal 14 nanti bersepeda masih dibolehkan. Seingat saya sih jalan sepeda baru dibuka saat PSBB transisi. Kalau tidak diperbolehkan berarti saya harus mencari cabang olahraga lain, wkwk. Saya butuh berolahraga karena anjuran dokter dan juga agar timbangan tetap stabil. Setelah operasi, Alhamdulillah nafsu makan meningkat drastis jadi saya makan banyak sekali. Kalau tidak berolahraga pasti sudah kembali ke angka timbangan tahun lalu, wkwkwk.

Dilihat dari perkembangan kasus Corona di Indonesia khususnya di Jakarta sampai hari ini memang sebaiknya tidak kemana-mana dulu. Saatnya melanjutkan misi produktif yang tidak tercapai juga saat 178 hari kemarin. Saya pikir masih sehat jasmani dan mental hingga hari ini saya sudah bersyukur, hehe. Semoga selanjutnya tetap diberi kesehatan, kelancaran dalam urusan, dan kecukupan rezeki, aamiin.

Published by

aisyahdz

iOS Engineer

Leave a comment